Chapter 33

17.1K 808 3
                                    

Ella ada di dalam mobil bersama dengan Ashley. Dia akan datang ke rumah laki-laki itu. Bagaimana kabar Edmund? Jujur saja, dia sangat merindukan Edmund.

Setelah beberapa menit perjalanan, dia sampai di rumah yang megah. Ella segera berjalan turun dari mobil.

Ashley membimbingnya untuk menaiki tangga, dan Ashley menghentikan langkah kakinya ketika tiba di depan kamar Edmund.

"Masuklah." Ashley tersenyum.

"Terima kasih, Ash." Ella memeluk Ashley singkat, lalu Ashley pun berjalan menjauh dari sana.

Akhirnya Ashley bisa lega, karena tau bahwa anaknya akan baik-baik saja setelah ini.

Ella mengetuk pintu, menunggu laki-laki itu mengijinkannya masuk.

Dia terus mengetuk pintu, tapi tak mendengar jawaban.

Akhirnya, Ella pun memberanikan diri untuk membuka pintu. Ella membuka pintu itu perlahan-lahan dan melihat Edmund yang tidur meringkuk, tapi memunggunginya, sehingga dia tak bisa melihat wajah laki-laki itu.

Apa yang dia tau adalah, laki-laki itu terlihat semakin kurus.

Ella berjalan mendekati Edmund, lalu memanggilnya.

"Ed." Ella tak bisa lagi menahan kerinduannya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Edmund." Akhirnya, Edmund pun menoleh lalu mereka bertatapan.

Ella bisa melihat tatapan bingung dan sedih laki-laki itu.

"Oh, Tuhan. Apa aku terlalu merindukannya sampai-sampai dia menjadi nyata di mataku?" Edmund berbisik, berkata-kata pada dirinya sendiri.

"Ed. Ini aku." Ella tak kuat lagi menahan tangisnya.

"Ini aku. Aku Ella." Edmund tetap terdiam dari posisi awalnya. Apa bayangan Ella juga bisa berbicara?

"Edmund! Berbicaralah padaku! Peluk aku! Aku merindukanmu!" Ella berteriak, berusaha menyadarkan laki-laki itu. Apa laki-laki itu tak sadar juga bahwa dia adalah Ella yang sesungguhnya, bukan hanya sekadar bayangan.

"Ella." Edmund segera berdiri dari posisi tidurnya lalu memeluk perempuan itu.

Edmund memeluk Ella erat-erat, tak peduli jika dia bisa saja meremukkan tubuh kecil perempuan itu.

Edmund bisa menghirup aroma perempuan itu. Memang benar, ini Ella.

Oh, Tuhan. Bisakah waktu berhenti? Dia ingin terus memeluk perempuan ini. Dia butuh perempuan ini.

"Ella, aku... Aku rindu..." Edmund memeluk perempuan itu erat.

"Aku tau. Aku juga merindukanmu." Ella tersenyum lalu mengecup bibir laki-laki itu singkat.

"Ella." Edmund mendekatkan wajahnya pada perempuan itu lalu mencium bibir Ella dengan kasar. Dia rindu perempuan ini. Ciuman itu tak berhenti, tapi makin lama makin melembut. Di sela-sela ciuman itu, Edmund terus mengatakan bahwa dia merindukan perempuan itu.

"Ella. Kumohon jadilah milikku. Aku tak peduli lagi jika ibumu tak merestui hubungan kita. Kumohon tetaplah..."

"Ibuku mengijinkanku bersamamu." Ella tersenyum.

"Bohong."

"Apa kau tak bisa mempercayaiku, Edmund Bradley?"

"Aku serius." Ella berkata dengan nada mengingatkan.

"Kau... Serius?" Edmund tak sadar bahwa suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

"Mmm. Mom mengijinkanku. Dan aku tau, Dad pasti juga. Dad pasti ingin agar aku bahagia."

"Oh, terima kasih, Tuhan. Ella, aku sungguh mencintaimu." Edmund kembali memeluk Ella, lalu mencium Ella tak habis-habis.

Edmund rasa, ini adalah hari terbaiknya. Hari dimana kesalahan terbesar dalam kehidupannya termaafkan. Hari dimana dia benar-benar akan hidup bahagia bersama dengan Ella.

***

Ella dan Edmund berjalan menuju ke toko bunga tempat Ella bekerja. Hari ini dirinya dan Edmund berencana untuk pergi ke pemakaman. Entah kenapa, Edmund yang mengajaknya untuk pergi kesana.

"Ayo." Edmund tersenyum lalu mengelus puncak kepala Ella.

Mereka turun dari mobil lalu masuk ke dalam toko bunga.

Edmund membeli bunga lalu mereka menuju ke pemakaman.

Ella pun berjalan lebih depan menuju ke pemakaman ayahnya.

Ella berjongkok lalu mengelus nisan yang bertuliskan nama ayahnya.

"Hey, Dad. Aku sangat merindukanmu. Maaf jika aku tak berkunjung bersama Mom hari ini. Tapi aku berkunjung dengan Edmund kali ini. Kurasa Edmund ingin mengatakan sesuatu pada Dad. Aku pergi dulu, Dad. Aku mencintaimu." Ella berdiri lalu membiarkan laki-laki itu menghampiri pemakaman ayahnya.

Beberapa menit kemudian, laki-laki itu berdiri, melihatnya, lalu tersenyum padanya.

"Ayo. Kurasa kau pasti lapar sekarang." Edmund menggenggam tangan Ella.

"Apa yang kau katakan pada Dad?"

"Rahasia, Ella. Sudah pasti bahwa aku meminta maaf dan restunya. Aku juga berjanji akan selalu mencintaimu." Edmund mengecup samping kepala Ella, lalu mereka berjalan keluar dari pemakaman dengan keadaan tenang.

Ella dan Edmund ada pada pemikirannya sendiri-sendiri, tapi yang jelas, mereka memiliki harapan bahwa hubungan mereka akan semakin baik setelah ini, seiring berjalannya waktu.

Next update: tomorrow 💨

Lovely Angel [LS #3] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang