***
Setelah beberapa pekan pertemuan dengan bang arya berlalu. Kami jadi sedikit akrab bahkan kami sering bertukar kabar yah walaupun kami jarang bertemu. Kuliah juga lagi sibuk begitupun juga dengannya. Abang ganteng ku sudah balik penugasan lagi.
"Bi, ngapain ngalamun meluk hp sambil senyum2 gitu" laras tiba-tiba datang ke kamar kosku
" yaelah, ini anak itu kalau mau masuk ketuk pintu dulu atau nggak salam. Kebiasaan nggak ilang-ilang deh" kataku dengan nada sebal
" udah kali non, malah sampai merah nih tangan tapi yang aku lihat kamu sambil peluk hp senyum-senyum nggak jelas" katanya sambil menenggok hp yang ku pegang. Jangan sampai dia tahu aku lagi chat sama abangnya bisa diolok-olok aku batinku.
"Maaf ras, egh ngapain pagi-pagi udah sampai sini kamu ras" ucapku mengalihkan pembicaraan
"Aelah aku jadi lupa nih, mau ngajak kamu ke rumah dinas abangku ngambil barang titipan bunda" ucapnya
"Sekarang banget ras, masih pagi ini masak kesana pagi banget" ucapku aduh bakal ketemu abangnya ini batinku
" iya ayo lah bi, aku ada kelas jam 9 soalnya"ucapnya dengan nada memohon
"ya udah mandi dululah, tunggu ya " ucapku langsung menuju kamar madi
Setenggah jam kami sampai didepan rumah dinas abang laras. Setelah membelah jalanan Yogyakarta yang mulai macet. Maklumlah pagi hari kan mulai aktivitas. Kami turun dan mengetok pintu dan terdengar orang membuka pintu. Wajahnya kaget pertama melihat kami lebih tepatnya aku. iyalah lha wong kami habis chat batinku.
"Kenapa muka abang hitu banget, lihatin temen laras" ucap laras seketika bang arya mengubah ekspresinya menjadi biasa saja
" nggak papa, aku kira kamu sendiri dek. Trus sama siapa itu kok nggak dikenalin abang" ucapnya berlagak nggak kenal.
"lah tumben-tumbenan abang perhatian peduli sama adek bawa siapa?"ucap laras dengan nada penasaran, aduh jangan ketahuan dulu semoga abang nggak ngomong abang nggak aneh-aneh batinku
"Yaelah sewot banget neng pagi-pagi, cuman tanya ini" ucap bang arya
"Ya udah, bang kenalin ini temen aku biana" ucapnya dengan mengenal kan ku dengan abangnya padahal aku mah udah kenal batinku. Kami saling menjabat dan bang arya memberikan isyarat untuk diam dengan gelengan kepala.
"Udah kek salaman nya bang, nanti temenku tangannya luntur lagi dipegang terus sama abang"kata laras
"Yaelah, abang bukan ditergen lagi ras"kata bang arya dengan muka sebal
"udahlah ras, katanya mau ambil barang trus langsung pulang biar nggak ketinggalan kelas nanti"kataku mencairkan perdebatan tak berfaedah ala anak-anak tk
"Oya bi, untung kamu ingetin. Nih gara2 abang kan jadi lupa. Dan mana barang dari bunda"ucapnya dengan melototi abangnya. Aku hanya bisa geleng-geleng saja dengan tingkah mereka
"Iya bentar abang ambilin, lagian abang juga mau apel pagi ngapain ngeladeni kamu"ucapan ya sambil berlalu sebelumnya mengacak rambut adiknya yang dibalas dengan aksi pukulan lengan
Setelah mendapatkan barang yang kami dapatkan. Kami pamit pulang dari rumah dinas bang arya. Sepanjang jalan yang kami lihat barisan para tentara yang berjalan hendak menuju lapangan yang kami lewati. Seketika mengigatkanku akan sosok bang wira, tanpa sadar air mataku jatuh.
"Bi kamu kenapa? Are you okay?"tanya laras yang menyadarkan ku setelah nostalgia masa lalu yang tiba-tiba menghampiri memori ku
"Nggak kok ras"ucapku sambil menghapus air mata dan tersenyum pada nya.
"Kamu inget dia lagi ya bi. Kamu udah ikhlas kan bi. Inget kamu harus jalan terus mengawali semuanya bi. Masih banyak jalan lain bi bahkan bang wira bakalan sedih kamu terpuruk"ucapnya sarat akan kepeduliannya
"Iya ras, cuman keinget aja kok"ucapku dengan senyum agar laras bisa tahu aku baik-baik saja
***
MAAF YA UPDATE LAMA 😁
SEMOGA SUKA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
TINGGALAKAN JEJAK YANG BAIK YA
KAMU SEDANG MEMBACA
Biana
ChickLitPerjodohan membuatku tertekan apalagi dijodohkan tanpa tahu seperti apa orangnya. Nasib jadi perempuan tunggal di keluarga. Sikap keluarga yang overprotektif menjadikan perjodohan jalan yang baik. Semoga saja lelaki yang dijodohkanku lelaki yang bai...