03

1.9K 204 83
                                    


***

Mungkinkah sekarang gue jatuh hati padanya???

.
.
.
.
Nggak! Nggak mungkin!
Gue terlalu cepat menyimpulkan.
Gue pasti cuma kebawa perasaan aja.

Gue ngambil nafas dalam dan melihat ke atas biar air mata gue berhenti.

"Sorry ya aku jadi melow gini." ujar gue dan Chanyeol nanggepin dengan tatapan penuh arti.

"Udah lega sekarang?" tanyanya.

Gue ngangguk dan Chanyeol melepas genggaman tangannya di tangan gue. Genggaman yang gue rasa begitu hangat dan menenangkan.

"Pulang sekarang?" Chanyeol bertanya lagi.

"Iya."

Sepanjang perjalanan berikutnya kita saling diam. Entah apa yang dipikirin Chanyeol. Dia cuma sekali noleh ke gue dan tersenyum. Senyuman itu nggak berubah sejak dulu. Bedanya, kini gue merasakan ada sesuatu yang lain dalam diri gue setiap melihat dia tersenyum.

"Kenapa?" tanya Chanyeol membuat gue sadar kalau gue memandangnya dalam waktu yang lama.

Gue menggeleng dan segera mengalihkan pandangan.

Detik berikutnya gue mendengar dering telpon. Yang jelas bukan dari Hp gue tapi milik Chanyeol.
Chanyeol memeriksa Hpnya sebentar lalu mengantonginya lagi. Gue sempet melirik, dia dapat panggilan tapi kenapa dia nggak angkat telponnya?
Apa karena ada gue?

"Mau mampir makan dulu nggak?" tiba-tiba Chanyeol bersuara.
"Bentar lagi masuk jam makan malam."

"Nggak usah Chan, kasihan Mami kalau aku makan di luar." tolak gue.

"Oke." gue denger dia menggumam.
"Oh ya gimana kabar Mami?" tanyanya kemudian.

"Mami baik, Papi juga." jawab gue ngasih tahu kabar Papi juga sebelum dia nanya.

"Syukurlah. Kangen juga sama mereka lama nggak ketemu."

Denger kata kangen keluar dari mulutnya membuat jantung gue berdesir. Padahal kata itu bukan buat gue.
Kamu nggak kangen sama aku???

Bodoh! Kenapa gue berharap?!

"Kapan-kapan boleh mampir ke rumah?"

Mampir ke rumah?
Gimana ya?
Bukannya gue nggak boleh, tapi gue cuma belum siap aja lihat reaksi Mami sama Papi saat ketemu sama Chanyeol lagi. Gue aja shock apalagi mereka.

"Nggak maksa kok, kalau nggak boleh juga nggak apa-apa." lanjut Chanyeol karena gue masih belum ngasih tanggepan apa-apa.

"Boleh aja, silakan kalau mau mampir." ujar gue ragu.

Chanyeol tersenyum lagi "Makasih."

Gue hanya ngangguk.

Nggak lama dering telpon Chanyeol kedengeran lagi. Tapi lagi-lagi dia mematiin telponnya.
Gue penasaran siapa yang nelpon? Kenapa Chanyeol masih nggak mau angkat?
Gue punya firasat kalau itu telpon dari pacarnya atau bahkan mungkin...is-trinya???

Jujur saat memikirkan itu ada rasa nyeri di hati gue.

Perjalanan terasa kikuk setelah pembicaraan berakhir. Dan gue  melega saat mobil yang kita kendarai sampai di depan rumah gue.
7 tahun berlalu nggak membuat Chanyeol lupa jalan ke rumah gue.

"Makasih ya udah mau nganter." Gue melepas sabuk pengaman dan bersiap turun.

"Hyun.." panggil Chanyeol.

"Hm?" gue menatapnya.

"Maaf kalau kehadiran aku dikantor membuat kamu nggak nyaman." ucapan Chan membuat gue membisu.

Gue memang merasa nggak nyaman sejak dia dateng. Dia seperti mengusik kehidupan gue lagi. Hal yang udah gue buang selama bertahun-tahun mendadak muncul lagi. Sungguh itu nggak nyaman. Apalagi posisi disini gue yang bersalah.

Dulu gue nggak terluka tapi justru luka itu baru gue rasakan sekarang.

Rumit!!!

"Jujur aku nggak tahu kalau kamu kerja disana." lanjutnya.

"Bukannya aku nggak nyaman,..." kilah gue.
"...tapi, hanya belum terbiasa aja."

Chanyeol belum mengalihkan pandangannya dari mata gue.
"Setelah aku berpikir, mungkin emang bener apa kata kamu tadi pagi. Lebih baik cukup kita berdua yang tahu tentang masa lalu kita. Karena jika ada yang tahu, kamu akan semakin nggak nyaman ada di kantor."

Aku nggak cuma mikirin diri aku sendiri Chan, tapi mikirin kamu juga. Apa kamu nyaman jika orang lain tahu hubungan kita dulu?...
Gue hanya mampu berujar dalam hati.

Akhirnya gue memilih untuk nggak memberikan komentar apapun. Lebih baik gue segera turun dan keluar dari situasi yang membuat gue nggak bisa berfikir jernih. Gue masih butuh waktu untuk menerima kehadirannya lagi. Meski kehadirannya sekarang bukanlah menjadi laki-laki yang mencintai gue seperti dulu, melainkan laki-laki yang harus gue hormati sebagai atasan gue di kantor.

"Chan, aku turun dulu ya.." pamit gue.

"Oke, salam buat Mami sama Papi."

Gue ngangguk. "Nanti aku sampein. Sekali lagi makasih untuk tumpangannya."

"Sama-sama. Sampe ketemu di kantor."

Setelah gue turun, mobil Chanyeol kembali melaju.

Ya Tuhan, kenapa setelah sekian lama gue dipertemukan lagi sama dia?
Dan kenapa situasinya seperti ini?
Mungkinkah sekarang gue akan menerima pembalasan gue setelah apa yang udah gue lakuin dulu terhadap Chanyeol?

Ya Tuhan... jika memang ini pembalasan, jangan buat keadaan menjadi berbalik. Gue nggak siap jika seandainya gue jatuh hati pada Chanyeol dan dia menyakiti gue, seperti apa yang gue lakuin dulu.
Sungguh gue nggak menyiapkan hati untuk itu.

Gue melangkah gontai memasuki rumah.

"Mi, aku pulang..." seru gue nggak bersemangat begitu membuka pintu.

"Ya.." Mami nyaut dari dalam. Kayaknya dari arah dapur. Mungkin lagi nyiapin makan malam.

Tumben rumah sepi. Papi juga nggak kelihatan.

"Sampe malem?" tanya Mami saat gue nyimpen sepatu di rak.

"Iya Mi, kerjaan lagi banyak." gue beralasan. Padahal aslinya, seharian nggak dapet kerjaan apa-apa.
Maafkan anakmu Mi yang udah berbohong.
"Papi mana kok nggak kelihatan, biasanya udah di depan TV nonton bola."

"Papi dijemput sama temennya, suruh nemenin beli apa gitu Mami lupa."

Gue cuma manggut-manggut.

"Udah sana mandi dulu, kayaknya capek banget."

Bukan capek Mi, tapi anakmu ini dibikin baper seharian sama mantan jadinya lemes gini.

"Iya Mi, ke atas dulu ya." gue menurut dan bergegas naik ke kamar gue buat merelaxkan tubuh dengan mandi.

Saat gue memasuki kamar, bayangan masa lalu gue terkuak lagi di hadapan. Gue seperti melihat bayangan Chanyeol sedang duduk di karpet dekat tempat tidur, lagi ngerjain tugas Sekolah punya gue.
Dia nggak pernah protes saat gue minta dia ngerjain semua tugas-tugas dari guru. Dia melakukan itu dengan senang hati. Tapi apa yang gue lakuin? Gue malah mainan Hp, chatingan sama kakak kelas yang akhirnya jadi selingkuhan gue.

Huhhh,, sakit hati gue mengingat itu.

Gue memejamkan mata sejenak untuk menghapus bayangan masalalu Chan dari pikiran gue. Tapi semakin gue berusaha justru bayangan Chan dewasalah yang muncul di hadapan. Tatapan matanya, senyumannya, suaranya sampai genggaman tangannya, satu persatu memainkan perasaan gue.

Kenapa seperti ini???

Apakah ini yang disebut karma???

***

Pernahkah kalian mengalami hal seperti ini??

Atasan rasa Mantan (ChanSeo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang