"Alaska, Alaska, Alaska" ujar lelaki itu sambil menutup kupingnya dan memejamkan mata.
Berusaha untuk menghilangkan rasa emosi di dadanya karena Celvin, ayahnya yang memancing dan selalu membeda-bedakannya dengan adiknya, Nawa.
"Nawa lagi, Nawa lagi panas kuping gue dengernya" gerutu Alaska kesal.
Papanya itu memang selalu membeda-bedakan Alaska dan Nawa karena Nawa jauh lebih pintar dibanding Alaska, bahkan Nawa diberikan mobil yang lebih bagus daripada Alaska, belum lagi tiada hari tanpa omelan dari Papanya untuk Alaska, yang mana membuat Alaska sebal, namun begitu adanya.
Setelah merasa bahwa dirinya sudah tenang dan kembali seperti semula, Alaska melangkah keluar dari kamar nya dan berjalan ke meja makan dimana Mama, Papa , dan Nawa baru saja selesai melaksanakan makan malam.
dengan santai Alaska duduk di kursi meja makan lalu mengambil nasi dan lauk pauk yang berada di meja makan.
Tatapannya bertemu oleh mata Hazel Nawa.
"seriously?" gumam Nawa sambil mengangkat sebelah alisnya.
"maaf ya Al telat, abis menenangkan hati, pikiran dan jiwa hehehe" Alaska cengengesan sendiri sementara anggota keluarga yang lain menatapnya dengan datar.
Celvin beranjak dari meja makan lalu masuk kedalam kamarnya, sedangkan Milena, mama nya masih duduk di hadapan Alaska.
"Al sayang, lain kali kamu harus ikut makan malam ya, Papa kan jarang ada dirumah" ujar Milena sambil tersenyum kepada Alaska.
"iya mah, kapan-kapan aku ikut makan malem, kalo papa udah ga ngebanding-bandingin aku sama Nawa" Alaska melirik ke mamanya sambil tersenyum lalu kembali sibuk dengan makan malamnya.
"Al, are you in third grade or something?jangan dibawa perasaan lah, papa kayak gitu harusnya lo jadiin motivasi aja" Nawa menatap Alaska dengan malas.
"udah selesai nih, Al mau cuci piring dulu" ujar Alaska lalu mencium pipi mamanya, sekaligus mengalihkan topik.
Alaska bukan mesin penangkap motivasi, tidak semua hal bisa dia jadikan motivasi, apalagi kalau yang menjatuhkannya adalah ayahnya sendiri, tetapi untung ia selalu bisa mengontrol emosinya dan berlagak bahwa ia baik-baik saja dengan Celvin yang seperti itu.
•••
Hari ini adalah hari pertamanya menjalani tahun kedua di SMA, Alaska mengambil roti yang sudah di siapkan oleh mamanya lalu melangkah keluar rumah dan mencium pipi mamanya yang sedang sibuk menyirami bunga kesayangannya.
"Alaska berangkat!" ia menaiki sepedanya lalu menggoes sambil memakan sarapannya dengan tangan kirinya.
*****
"liat tuh Alaskaaaaa! makin ganteng aja deh"
"my baby Alaska, udah seabad gaketemu dia"
"aduh ganteng banget sih"
"beh wanginya"
"liatdeh tuh aah dia ngelirik ke gue"
semua jeritan-jeritan alay cewe-cewe itu masuk ke indera pendengaran Alaska, kalau dipikir2 udah lama ngga tebar-tebar pesona.
"hai viola" ujar Alaska sambil mengedipkan sebelah matanya yang dibalas oleh jeritan heboh nan lebay.
"hai hai semuanya kangen deh sama kalian semua heheh" ujar Alaska cengengesan, dan semakin banyak jeritan-jeritan alay memasuki indera pendengarannya.
"Alaska duluan ya cantikk" ujar Alaska sambil tersenyum lebar lalu memasuki ruang kelasnya.
sedangkan cewe-cewe di luar koridor tetap menggosipkan Alaska.
"bonjour, comment allez vous Syeena!" ujar Alaska antusias, sambil duduk di sebelah Chairmate nya selama satu tahun, dan kebetulan mereka sekelas lagi dan akan menjadi 2 tahun.
"bonjour, im okay" Syeena membalas dengan malas.
"gila, ngga excited apa lo sekelas sama gue? bakalan ada yang siap menghibur lo dikelas, udah ganteng, baik, wangi, ngga sombong lagi" Alaska menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum lebar.
"cuih, muak tau nggak" Syeena pura-pura meludah lalu mendorong dada bidang Alaska.
"yang ada tuh ya, setiap hari ada yang gerecokin gue, gangguin gue tidur, minta pr ke gue tiap hari bisa sinting gue" ujar Syeena sambil memutar bola matanya sebal.
"yang penting ganteng" Alaska mengangkat kedua kakinya keatas meja lalu menyumpalkan telinganya dengan earphone.
"Bye Syeena, Alaska mau terbang dulu ke awang-awang" ujar Alaska memejamkan matanya.
finally i tried to write some stories again, hope u like it
vomments!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Fiksi Remaja"Gue tau kok, gue belom pantes jadi siapa-siapa di hidup lo, gue nggak bisa membantu meringankan masalah-masalah yang ada dihidup lo, bahkan hidup gue sendiri aja belom bisa gue urus dengan benar. Tapi gue janji bisa bantu lo buat lupain hal-hal yan...