B A B 1

45 13 16
                                    

'KRIIIIINGGGGG'

Jam beker berwarna silver di atas nakas itu mulai berdering. Rissa menggeliat. Ia meraih jam beker itu lalu mematikannya. Tubuhnya bangkit dan bergerak menuju kamar mandi. Sekitar sepuluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan kaos pendek dan celana jeans pendek serta handuk yang terlilit di kepalanya.

Hari ini hari Minggu. Seperti biasa, Rissa akan menghubungi Milio. Gadis itu meraih handphone diatas meja belajarnya dan memeriksa notifikasi yang masuk di handphone nya.

Tidak banyak. Hanya ada beberapa notification orang-orang yang memfollow akun Instagramnya. Serta direct messeges dari teman teman SMAnya. Ada yang minta kenalan hingga ID Line. Wajar saja hal tersebut terjadi karena tidak bisa dipungkiri bahwa gadis itu memang memikat. Ingat! Tanpa susuk ya!.

Masih dengan handphone digenggamannya, Ia mencari nomor telepon Milio, cowok yang selalu nemenin Rissa kemana mana. Kalau hari libur sekolah begini, Rissa biasanya akan mengajak Milio makan bareng atau sekedar pergi ke taman bermain untuk refreshing.

Berawal dari keseringan datang ke kafe itu, Rissa mengenal Milio. cowok itu unik menurutnya. Rissa rela kerja di kafe itu biar bisa ketemu terus sama Milio. Milio memiliki kulit putih dan tubuh tinggi. Matanya sipit. Mungkin, kalau ada yang belum kenal dia, mereka bakal ngira Milio orang korea atau jepang. Kalau Rissa ngelist siapa aja orang yang dia sayangi, Milio ini akan masuk ke list nya yang ketiga setelah orang tua nya. Milio sudah menjadi kakak untuk Rissa sejak ayahnya, Fadi, bekerja diluar negeri.

"Ngapain lo nelpon gue pagi-pagi?! mau ngajak gue ke dufan?! ogah! lo pasti ngajakin gue naik wahana yang bikin isi perut gue keluar semua. OGAH GUE MAH!" bahkan sebelum Rissa bicara, cowok itu sudah nyerocos nggak karuan.

Rissa menahan tawanya.
"Plissss temenin gue kesana lagi. kemarin masih banyak wahana yang belum gue coba sumpah!."

Terdengar suara menghela napas dari dalam telpon.

"Emang harus dufan banget ya? gimana kalo kita ke taman? sekalian kencan gitu biar romantis"

"Jijik banget gue. udah ah pokoknya gamau tau. Jam sembilan pas lo udah ada di rumah gue."

Rissa mematikan sambungan teleponnya secara tiba tiba. Itu artinya Milio harus tetap datang walaupun Ia sama sekali tidak berminat pergi ke Dufan. Rissa mulai sibuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer sambil mengaca.

Setelah sekitar dua puluh menitan, ia mematikan hairdryernya lalu menyisir rambutnya rapi sambil bergaya senyum senyum nggak jelas.

Gadis itu meraih macbook di depannya lalu berjalan ke arah kasur dengan secuil harapan. Berharap akan ada e-mail dari papanya. Mungkin saja lelaki itu sedang sibuk hingga lupa bahwa Ia memiliki putri yang selalu menunggu kabarnya. Tapi seketika harapan itu pupus saat melihat tidak ada pesan baru yang dikirim ke e-mailnya.

Mungkin papa sibuk.

Rissa mematikan Macbooknya. Melihat ke arah jam dinding. Sudah pukul delapan lebih empat puluh menit. Ia membuka lemarinya dan memutuskan untuk memilih Tshirt pink muda, jeans light blue dan jaket parka hitam. Ia merapikan rambutnya sedikit. Wajahnya masih terlihat sangat cantik walaupun tanpa make up sedikitpun.

Suara klakson mobil mengejutkan Rissa. Emang ya kebiasaannya yang satu ini nggak ilang ilang. Milio pasti mencet mencet klaksonnya sampai bikin gendang telinga Rissa pecah. Milio jarang banget masuk ke kamar Rissa. Rissa tinggal di rumah tantenya. Kamarnya lantai dua dan balkonnya langsung menghadap ke halaman depan rumah. Jadi, Rissa pasti langsung bisa lihat siapa tamu yang datang. gadis itu segera membuka pintu kamarnya dan berlari menuju ke luar sambil menenteng sepatunya.

"Bisa nggak sih lo itu nggak berisik?! gue lempar sepatu nih!" gadis itu melotot.

"Dilempar pake hatimu aja"
jawab Milio sambil mengedipkan matanya dari dalam mobil. Ia menurunkan jendela mobilnya hingga wajah manisnya itu keliatan jelas.

"Lo jijik banget sumpah geli gue!" Gadis itu bergidik ngeri sekaligus mencibir Milio.

Setelah selesai memakai sneakersnya, Dia berlali menuju mobil Milio. Cowok itu termasuk cowok yang bener bener mandiri. Keluarga nya termasuk keluarga kaya dibandingkan tantenya Rissa. Milio memiliki keinginan bayar kuliah nya sendiri. So, dia mempunyai beberapa usaha yang bisa menghasilkan uang untuk bayar kuliah.

"Welcome to my car princess." Ucap Milio.

TAKKKK

Tangan gadis itu menjitak kepala Milio. Tapi setelah itu, Rissa meringis karena merasa bersalah atas jitak-annya yang sepertinya terasa sakit. Sedangkan Milio hanya mengaduh sambil tetap memegang setir.

***

"why you gotta hug me like thatttt everytime you seee meeeeee!!!"
mungkin sebentar lagi gendang telinga Milio bakalan pecah karena carpool karaoke Rissa. Suara gadis itu termasuk dibawah rata rata. Bukan nggak normal, tapi sedikit mengganggu telinga saat bernyanyi. Milio harus bertahan!

"Astaghfirullah nih anak! gue sumpel lo ya" katanya disela sela menyetir.
tangan kirinya bergerak mematikan lagu request-an Rissa yang berujung menjadi perusakan telinga Milio.

"Ih kok lo matiin sih!" Rissa cemberut sambil memandang ke arah Milio.

"Berisik! gue gak konsen nyetir." Jawab cowok itu sambil terus memandang kedepan.

"Ih sok sok an banget sih lo." gadis itu memutar bola matanya.

Setelah sekitar tiga puluh menit menempuh perjalanan, mereka sampai di pintu masuk Dunia Fantasi Ancol. Tanpa pikir panjang rissa turun dari mobil dan disusul Milio di belakangnya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke loket dan membeli tiket. Dengan langkah yang cepat, Rissa masuk ke Dufan sambil terus merekahkan senyumnya. Walau disela sela senyumannya itu, masih banyak kesedihan yang tersimpan.

lo cantik banget kalo lagi senyum

***

WOII 800 KATA WOIII !!! THANK YOU MAAF YA GJ BANGET HAHAHAHA

My MarissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang