B A B 7

16 5 6
                                    

Gadis itu menghela napas. Ia benar benar lega Alvis hanya mengatakan seputar uang yang Ia lempar pada Alvis. Bukan caranya memberikan uang itu.

"Gue nggak butuh duit lo." Sambungnya.

DEG!

Rissa lantas menoleh pada Alvis yang tengah berdiri dengan gitar yang menggantung di punggungnya itu. Gadis itu menyerngit, dasar cowok sombong!

"Kenapa? Karena lo udah punya duit sendiri gitu? Lo kan waktu itu nyalahin gue... yaudah gue ganti. Sekarang lo nggak nerima. Lo minta apa?." Rissa mengomel dengan ekspresi yang sengaja dibuat buat. Ini kesempatannya untuk menyalahkan cowok sok sok an ini.

Sepasang mata biru itu memandang Rissa lekat. Hingga bibir Rissa yang tadinya mengomel itu kini menjadi tertutup tanpa suara. Alvis mengeluarkan uang dari sakunya lalu menarik lengan Rissa dan meletakkan enam lembar uang seratus ribuan itu ke telapak tangan Rissa. Setelah itu, Alvis langsung berlalu tanpa mengatakan apapun pada Rissa. Sedangkan semua teman Rissa kini memandang Rissa penuh tanda tanya.

SIAP SIAP QUESTION AND ANSWER NIH!

***

"Risssss!!!!! Lo nggak bisa gini in gueee!!!! Jelasin lo ada apa sama Alvissss." Marta bicara dengan suara kas toa nya itu saat mereka semua sampai di kelas. Keadaan kelas lumayan sepi. Hanya ada beberapa siswa yang malas melihat penampilan penampilan di aula. Semua siswa kontan menoleh pada Rissa dan kawan kawannya.

"Gue nggak ada apa apa." Jawab gadis itu singkat. Uang enam ratus ribu masih setia diatas bangku Rissa.

Marta menjentikkan jarinya,
"Jangan jangan Alvis udah narget lo! Pake dikasih duit lagi." Ia menebak.

"Woi enak aja. Gue bukan cewek gituan." Elak Rissa.

Sisil yang daritadi diam kini angkat bicara. Sepertinya dia sudah tidak tahan dengan ocehan Marta yang lama lama merambah kemana mana. "Gue tau. Itu pasti cowok yang waktu itu bikin lo terlambat masuk kelas kan??." Sisil ingat kejadian tentang kecelakaan yang diceritakan oleh Rissa kapan hari. Tapi sampai sekarang Sisil belum tau jelas kronologi kecelakaan itu.

"Iya Sil. Dia tuh yang bikin gue dihukum sama Bu Wid! Sampe sekarang gue masih kesel sama dia. Eh bisa bisanya kita ketemu lagi." Sekarang gantian Rissa yang mengomel.

"Trus nasib uang itu gimana Ris?" Sahut Grita setelah menghadap ke bangku Rissa.

"Ya gue kasihin lagi ke dia lah. Biar dia tau kalo gue bisa ganti motornya yang lecet." Rissa mengambil uang tersebut dan memasukkannya ke dalam tas. "Gue pasti ketemu lagi sama dia."

***

Matahari sudah mulai tenggelam. Rissa baru saja keluar dari kafe dengan setelan baju merah marun yang terlihat pas di kulitnya yang putih. Rambut coklat itu kini terlihat semakin gelap karena sinar tak lagi menerpanya. Rissa melangkah gontai, mencari bus yang kemungkinan masih ada. Hari ini Milio tidak datang ke kafe karena ada kelas sore katanya.

Saat mendapat telepon dari Milio bahwa dia tidak datang, Rissa terpaksa mengurungkan niatnya untuk bertanya pada cowok itu. Ratusan pertanyaan menyeruak dipikirannya. Ada Alvis di rumah Milio. Apa mereka bersaudara? Bahkan dari sorot matanya pun mereka terlihat tak sedarah. Yang terpenting sekarang, Rissa harus mengembalikan uang enam ratus ribu itu.

Lamunannya buyar seketika saat handphone didalam tas nya berdering. Menandakan ada panggilan masuk. Layar tersebut menampilkan nama "Milio". Dengan cepat Rissa mengangkat panggilan itu.

"Ada apa Mil?" Gadis itu membuka percakapan.

"Lo dimana? Udah pulang?." Milio kembali bertanya.

"Lagi halte sih nunggu bus..."

"Gue jemput aja ya. Gue udah pulang dari kampus."

Ia berpikir sebentar. Tapi apa salahnya dianter Milio pulang. Toh dia yang nawarin.

"Boleh sih. Tapi lo nggak lama kan? Gue takut diculik kalo kelamaan duduk sendirian disini."

"Buat apa nyulik lo? Dijual? Apaan yang bisa dijual?." Terdengar Milio terkekeh dengan kalimatnya sendiri. Sedangkan Rissa manyun sendiri.

"Dasar!"

Rissa mengembalikan handphone nya kedalam tas. Sebenarnya Ia sudah biasa menunggu bus sampai pukul enam bahkan tujuh. Tapi kali ini entah mengapa suasana tidak mendukung. Jalanan tidak terlalu ramai seperti biasanya.

Matanya menyusuri tiap jalanan didepannya. Saat ia menolehkan kepalanya ke kanan, nampak gerombolan lelaki yang berpenampilan sedikit menakutkan menurut Rissa. Sekarang Rissa hanya menunduk. Memainkan jemari kakinya untuk mengalihkan rasa takut. Apalagi gerombolan itu berjalan mendekat, ia benar benar takut kali ini.

"MASUK!" Rissa terkejut dengan teriakan seorang cowok dari dalam mobil yang berhenti didepannya.

untung Milio datang, batinnya.

Sesegera mungkin ia melangkah ke arah mobil dan masuk. Ia menghela napas sambil memegangi dadanya. Kepalanya menoleh ke kanan dan mendapati Mil------

SEBENTAR!

Dia bukan Milio. Rissa benar benar panik kuadrat saat ini. Nggak tau mau ngapain. Bagaimana kalau ini kasus penculikan. Tidak, Rissa tidak mau diculik.

Si Dia yang dikira Milio itu tetap fokus menyetir dengan kaca mata hitam yang bertengger dan baseball cap abu abu yang terpasang rapi dikepalanya. Penampilannya bukan seperti penculik. Tapi tingkat kepanikan Rissa makin tinggi saat si Dia menyetir semakin keras.

Tidak membuang waktu, Rissa langsung membuka pintu. Apapun resikonya, Rissa harus keluar dari mobil ini. Tapi ia memekik saat menyadari bahwa pintu mobil itu terkunci. Bagaimana mungkin penculik itu bodoh. Gadis itu menyesal. Sepertinya gerombolan menakutkan tadi hanya pancingan agar gadis itu masuk kemobil. Sekarang ia menyadari bahwa dirinya yang bodoh. Ia benar benar menyesal!.

"PLIS LEPASIN GUE!!!!! JANGAN CULIK GUEEE!!!!." Teriakan Rissa membuat si penculik menginjak rem mendadak. Rissa sedikit terkejut saat tubuhnya maju kedepan. Untung saja ia bisa menahannya. Kalau enggak, sudah benjol dahinya.

"Jangan bunuh gue! Gue janji bakalan nurutin permintaan lo! Tapi jangan bunuh gue!." Rajuknya sambil menarik narik kaos hitam si penculik.

Penculik itu berdehem pelan, "yakin?"

Pertanyaan itu dibalas anggukan keras dari Rissa. "Yakin. Asal lo lepasin gue!."

Cowok berkaos hitam melepas topinya perlahan. Lalu melemparnya ke arah belakang. Kaca mata hitamnya juga ia lepas perlahan.

Kini Rissa terkejut lagi bahwa si penculik itu adalah Alvis!. "Alvis? Lo mau nyulik gue?"

Rissa mematung ditempat. Apa ini acara balas dendam Alvis padanya. Emang segitu sakit hatinya dia sampai tega ngelakuin ini ke Rissa.

Tidak ada jawaban. Mereka berdua diam

My MarissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang