B A B 3

29 7 6
                                    

Tangan Gadis itu sibuk membolak balikkan buku Fisikanya. Besok Bu Nurul pasti memberikan beberapa soal yang cukup sulit sebagai latihan. Jadi, untuk berjaga-jaga agar tidak kesulitan, malam ini Rissa berlatih mengerjakan soal.

Ia melirik jam dinding, sudah pukul sembilan malam.

tok tok tok

"Sayang udah tidur?" Tanya wanita paruh baya dari balik pintu kamar.

"Belum tante. Buka aja... nggak aku kunci pintunya" sahut Rissa sambil memasukkan buku Fisikanya ke dalam tas yang tentunya besok akan dibawa.

Revi masuk kedalam kamar Rissa sambil tersenyum hangat. "Habis belajar ya?"

"Iya. Tante, Papa nggak pernah ngehubungin Tante?" Gadis itu menunjukkan sorot mata kesedihan yang membuat Revi tidak tega melihatnya. Gadis itu rapuh tanpa seorang Ibu.

"Untuk sekarang belum. Rissa jangan sedih. Papa mungkin masih sibuk. Kamu percaya kan sama Papa?" Wanita itu kembali bertanya.

Rissa menangguk perlahan lalu memposisikan tubuhnya untuk tidur dengan pikiran yang masih berkecamuk.

"Oh iya, kamu masih kerja bareng Milio? Tante kepo banget loh kerjaan kalian apa? Emangnya kalian punya bisnis sendiri ya?" Revi mengalihkan pembicaraannya.

Sebenarnya Gadis itu tidak bercerita kepada siapapun tentang pekerjaannya di Caffe itu. Bukan untuk apa apa, Ia tidak ingin Revi khawatir. Karena Rissa tahu, Revi sudah menganggap gadis itu sebagai putrinya sendiri.

"Hmm..." gumam Rissa sambil memejamkan matanya.

***

Gedung SMA Cahaya Bangsa sudah penuh dengan siswanya. Langkah kaki gadis itu baru turun dari bus. Rambutnya di kuncir rapi dengan beberapa helai yang sengaja tidak diikutkan.

Jalanan pagi itu padat sekali. kalau pengen nyebrang, kita harus barengan biar lebih gampang. Tapi sepertinya kalau Rissa nunggu barengan buat nyebrang, gerbang sekolah bakalan nutup dan Rissa terlambat. Rissa memang terbiasa turun dari angkutan umum di daerah situ. Kurang lebih masih 500 meter dari sekolah. Nggak mungkin kalau bus itu nganterin sampai depan gerbang. Itu bukan antar jemput.

Langkahnya dipercepat setelah ia melihat jam tangan yang menunjukkan sudah pukul enam dua tujuh. Tiga menit lagi masuk!. Gadis itu sedikit berlari lalu menyebrang. dan.....

BRAK!

Cowok yang memakai jaket dengan logo nike kecil di dadanya dan celana seragam sekolah itu bangkit dari jatuhnya lalu memasang wajah yang siap memakan manusia. Helmnya masih senantiasa terpasang, tapi dari matanya bisa dilihat kalau anak itu sedang emosi. Cowok itu bangkit tanpa memperdulikan keadaan motornya yang masih roboh.

Rissa melotot. Dia terpaku ditempat sambil meremas rok abu abunya. Dia berpikir sejenak,

bukan gue kan penyebab dia jatuh

Tapi anggapan itu 100% salah saat cowok itu berjalan ke arahnya. Rissa memejamkan matanya beberapa detik untuk mengumpulkan nyalinya.

"Lo bisa nggak sih nyebrang? dimana mana nyebrang itu nunggu sepi!" katanya dengan nada yang lumayan tinggi.

Rissa menelan ludah,
"Maaf... lagian masak gue nunggu sepi? jalanan ini nggak bakalan sepi. Namanya aja jalan raya." Elak Rissa.

Sepertinya ini memang kesalahan Rissa.

"Setelah lo bikin motor gue rusak kayak gitu, lo masih bisa bikin gue emosi. Lo nyebarang nggak make mata apa? Kalo lo nyebrang pelan pelan gue nggak bakalan nge-rem ndadak! Gue nggak mau tau ya..."
Sebelum cowok itu menyelesaikan kalimatnya, Rissa sudah menghentikannya.

"GUE BAKALAN GANTI OKE!"

Kalimat itu sukses membuat orang orang mengalihkan perhatian kepada mereka karena volumenya yang bisa dibilang cukup keras.

Cowok itu melepas helmnya lalu membenarkan motornya yang roboh dipinggir jalan. Keadaan motor itu tidak parah. Namun, lebih baik dibawa ke bengkel karena ada beberapa bagian yang rusak. Sedikit. Cowok itu bikin Rissa berhenti napas karena wajahnya mengingatkan Rissa pada artis artis Hollywood. Matanya biru, rambut coklatnya terlihat sedikit berantakan namun memberikan aksen badboy yang begitu kental. Alisnya juga tebal, kulitnya putih dan tingginya sekitar 20 cm diatas Rissa, mungkin 180 cm.

Mereka berdua berjarak kurang lebih dua meter. Jadi Rissa bisa liat dengan jelas kerusakan motor itu. Keliatannya itu motor mahal banget sih. Kayak motor sport gitu. Rissa nggak tau pasti kronologi nya dia jatuh gimana. Yang jelas, dia nggak sampai nabrak Rissa. jadi menurut Rissa, dirinya tidak melakukan kesalahan.

"Lihat nih! emang lo bisa ganti motor gue?"

Rissa kontan melotot sekaligus kaget. Dasar cowok ganteng nggak bisa jaga mulut. Kesan pertama untuk cowok ini, sombong dan ketus. Karena sama sama emosi, Rissa langsung membuka tas ranselnya. Dia mengeluarkan enam lembar uang seratus ribu an dan melemparnya ke arah cowok itu. Cowok itu tetep berdiri ditempatnya. Ia tersenyum, tapi bukan senyum tulus. Melainkan amarah yang sepertinya ditahan. Entah bagaimana nasib uang itu.

***



SAYA ADALAH AMATIRANNN HEHEHEHEHEWWW LOVE YOU💕💕

My MarissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang