B A B 9

26 4 6
                                    

Tidak bisa dibayangkan reaksi teman teman Rissa saat mengetahui bahwa gadis itu akan pulang dengan Alvis. Bel sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Rissa juga sudah merapikan peralatan sekolahnya. Tapi dia masih duduk di bangku sambil melihat siswa siswi keluar meninggalkan kelas. Sisil masih ke kamar mandi dengan Grita. Dan Marta mungkin lagi maksa Falah buat nganterin dia pulang. Falah itu ketua basket yang paling bebal. Tapi masih dalam batas wajar. Kayak Awkarin.

Rissa menyalakan ponselnya. Dari tadi malam ponsel itu mati karena lowbatt. Waktu sampai rumah, Rissa langsung mencharger ponselnya. Tapi dia nggak sempet nyalain. Ia hampir melupakan segalanya cuman gara gara Alvis.

Ia menepuk dahinya sendiri saat sadar bahwa ia melupakan Milio. Tapi kenapa Milio nggak datang kerumahnya ya malam itu? Biasanya kalau Milio khawatir, dia bakalan langsung datang ke rumah Rissa.

Sepuluh misscall dan enam pesan masuk membuat Rissa menganga. Dia langsung menghubungi Milio saat itu juga. Setelah beberapa detik menyambungkan, akhirnya Milio mengangkatnya.

"Milio maaf ya gue semalem nggak ngehubungin lo lagi." Kata Rissa.

"Hm.. iya nggak papa.. lo baik baik aja?." Tanya Milio. Tumben banget Milio nggak kepo. Nggak banyak nanya juga. Biasanya aja nyerocos mulu.

"Lo.. lo marah sama gue ya? Maafin gue. Nanti kita ketemu di kafe deh." Rissa merasa bersalah. Wajar kalau Milio marah. Tapi keadaan malam itu benar benar membuat Rissa panik.

"Gue nggak tau bisa ke kafe apa enggak. Maaf." Kalimat itu membuat Rissa benar benar sedih. Kenapa Milio tiba tiba secuek ini. Sekejam apapun Rissa, biasanya Milio menanggapi semuanya dengan santai. Apakah menurut Milio masalah semalam itu benar benar menyakiti hatinya.

"Gue putus ya. Gue masih sibuk nih." Kata cowok itu lalu memutus sambungan telepon mereka. Ah! Milio kenapa jadi gini?.

Teriakan Marta dipintu kelas membuyarkan lamunan Rissa.
"Rissa! Katanya lo nggak ada apa apa sama Alvis! Tapi kenapa dia sampe jemput lo segala sih!" Ia berdecak kesal.

"Ha..hah?." Cowok itu memang bilang kalau akan menjemput Rissa. Tapi tunggu, kenapa Marta bisa tau. Jangan jangan..

"Tuh! Dia sampe main basket dilapangan! Jantan banget ya ampunn!." Marta menunjuk ke arah lapangan.

Aduh, ini ada apa lagi sih! Tu cowok nggak bisa ya bikin tenang sebentar aja

Rissa bangkit dari duduknya dengan terpaksa. Ia berjalan ke arah luar kelas lalu melihat ke bawah. Benar saja! Cowok itu sedang main basket dengan Falah dan Akbar. Tampak banyak sekali siswi perempuan yang berdiri disamping lapangan sambil sesekali berteriak. Saat Rissa melihat ke arah Alvis, kebetulan Alvis juga mendongak sehingga mendapati Rissa yang sedanga melihat ke arahnya.

"Ayo cepet! Gue nunggu lo dari tadi!." Teriak cowok itu dengan bola basket yang berada di tangannya. Ia menghentikan permainannya.

"Haduhhh!" Rissa merutuki dirinya sendiri.

"Subhanallah Ris.. dia ganteng banget ya dari atas. Apalagi jarak deket! Nggak bisa bayangin!." Marta masih memandang Alvis dengan mata yang berbinar binar.

Cowok itu bikin ulah lagi!

Tanpa menghiraukan kalimat Marta barusan, dengan secepat kilat Rissa langsung berlari ke kelas untuk mengambil tas. Ia harus menghentikan aksi cowok itu. Rissa berlari menuruni tangga dan menuju ke lapangan. Sedangkan Alvis dengan santainya melanjutkan permainan basketnya. Lengan cowok itu ditarik paksa oleh Rissa. Teriakan dari siswi yang sedari tadi berdiri disamping lapangan tidak membuat Rissa berhenti. Ia tetap menarik lengan cowok itu walaupun cowok itu berjalan terseret seret.

"Mana tas lo?." Tanya Rissa

"Di mobil." Jawab Alvis sambil nyengir kuda.

Mereka berdua berjalan ke arah pagar depan sekolah. Rissa sudah tidak tahan dengan teriakan siswi.

"IH KOK ADA ALVIS."

"ALVIIIS TEMBAK AKU!."

"ALVISS AKU SIAP JADI ISTRIMU!."

"TU CEWEK GANJEN BANGET!."

Rissa melepaskan genggaman tangannya pada lengan Alvis saat mereka berdua sampai di luar pagar sekolah.

"Kok udah dilepas sih?" Alvis menyodorkan lengannya kembali agar digenggam oleh Rissa.

"Lo ngeselin banget sih! Lo ngapain pake kesini?." Rissa berkacak pinggang.

"Kan gue jemput lo." Jawab cowok itu santai sambil bersandar ke bagian depan mobilnya. "Lagian lo lama banget. Gue aja langsung bolos pelajaran terakhir buat jemput lo. Eh lo nya nggak keluar keluar."

"Siapa suruh?! Kalo lo kayak gini lagi gue bakalan laporin lo ke kepsek. Biar lo dikira penyusup." Omel Rissa.

"Ya gue jelasin lah kalo gue mau jemput lo. Sekalian aja biar kita dihukum bareng bareng sama kepsek lo."

Rissa mendengus kesal. Cowok satu ini benar benar membuatnya emosi.

"Udah marahnya? Ayo pulang." Alvis membukakan pintu mobil untuk Rissa. "Cepet masuk."

Sepanjang perjalanan Rissa hanya cemberut. Saat ditanya Alvis apakah Rissa pengen mampir ke suatu tempat, gadis itu hanya diam. Bahkan sesekali melirik tajam ke arahnya. Tapi kenapa Alvis justru ingin tersenyum melihat tingkah gadis itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MarissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang