B A B 5

21 5 6
                                    

Kafe nampak begitu ramai. Rissa tengah kesana kemari mengantarkan pesanan pelanggan. Mulai dari coklat panas hingga roti bakar disajikan di kafe itu. Sedangkan Milio sibuk membuatkan pesanan pelanggan. Cowok berkulit putih itu memang pandai memasak. Karena kafe bertambah ramai, Rissa jadi sedikit kebingungan mengantarkan pesanan. Pelayan di kafe itu hanya ada dua. Siapa lagi kalau bukan Rissa dan Milio.

"Mbak! Gimana sih kok saya dikasihnya Vanilla Latte. Saya mesennya coklat panas!" Nada bicara pelanggan itu meninggi saat mencicipi minuman yang baru saja diantar oleh Rissa.

"Ma..maaf.. mungkin saya salah nganterin minumannya. Maaf ya mas. Saya ganti." Pelanggan yang berusia kurang lebih dua puluh tahunan itu terlihat sangat emosi. Padahal ini hanya masalah minuman.

"Udah udah! Nggak perlu! Saya udah nggak haus!" Tangan pelanggan itu memegang secangkir Vanilla Latte lalu menumpahkannya secara kasar di meja. Posisi Rissa yang sangat dekat dengan meja jadi terkena imbasnya. Celemek dan bajunya sedikit ternodai. Gadis itu hanya menunduk penuh penyesalan. Ada rasa takut yang menyelimutinya.

Dari belakang, Milio langsung menyiram baju pelanggan itu dengan coklat hangat. Raut wajah pelanggan itu langsung bertambah marah.

"Maaf ya mas. Saya nggak sengaja. Mas pulang aja ganti baju dulu." Kata Milio sarkas. Padahal Milio memang sengaja melakukan itu untuk membalas perlakuan pelanggam terhadap Rissa. Milio nggak terima!

Sedangkan Rissa masih terpaku di tempat sebelumnya. Sedikit terkejut, tapi lengannya langsung ditarik oleh Milio untuk mengarah ke dekat dapur. Entah bagaimana keadaan pelanggan itu tadi. Gadis itu hanya menunduk. Bulir air mata menetes secara tiba tiba.

"Udah jangan nangis. Kita emang lagi banyak pelanggan. Jadi wajar aja ada yang salah." Milio mencoba untuk menenangkan.

Tangan Milio meraih beberapa lembar tisu lalu membersihkan noda di celemek dan baju Rissa. "Baju lo kena noda nih. Nanti beli baju aja."

"Nggak usah... ini cuma noda dikit Mil. Gue masih punya baju." Jawab gadis itu disela sela tangisnya.

"Yaudah kalo gitu jangan nangis. Kalo lo masih nangis entar gue cium."

Gadis itu mendongak, lalu Milio mengedipkan matanya genit ke arah Rissa. Cowok itu menghapus air mata Rissa perlahan dan menangkupkan tangannya pada pipi Rissa yang sudah bersemu merah. "Jangan nangis."

***

Rintik hujan membasahi kota Jakarta. Sepulang dari kafe, Milio mengajak Rissa untuk pergi ke toko buku. Cowok itu membeli beberapa buku untuk perlengkapan kuliahnya.

Rambut coklat milik Rissa basah akibat tetesan air hujan yang tak mau berhenti. Milio tidak membawa mobil. Akibatnya mereka berdua menaiki motor sport milik Milio dan pakaian mereka basah. Untung saja, toko buku tersebut memberikan kemasan yang membuat buku milik Milio tidak terkena imbasnya.

"Rissa, baju lo basah. Mampir kerumah gue dulu ya." Kata Milio sedikit keras karena mereka sedang berada dijalan. "Lo bisa ganti baju dulu."

"Nggak usah. Udah malem. Gue mau pulang aja." Jawab gadis itu dengan lengan yang setia memeluk pinggang Milio dari belakang. Itu hasil paksaan Milio. Bukan keinginannya sendiri. "Kalo lo nggak pegangan sama gue, lo pulang sendirian." Kata cowok itu tadi. Hari sudah lumayan petang, tidak mungkin Rissa pulang seorang diri.

"Gue nggak mau nganterin lo kerumah pake baju basah."

"Tapi gue takut kemaleman mil. Takut tante khawatir." Tolak Gadis itu.

"Nanti biar gue yang jelasin ke tante."

Rissa menghela napas panjang,
"Emang lo punya baju cewek?."

"Lo bisa pake baju gue yang kekecilan." Jawabnya.

***

Rumah bercat putih dengan nuansa elegan itu membuat Rissa terkagum kagum. Rumah milik orang tua Milio ini benar benar mewah. Lamunannya seketika buyar saat Milio mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mereka berdua disambut oleh wanita tua yang dipanggil Milio bi Siti. Milio langsung masuk ke kamarnya dan keluar dengan membawa kaos berwarna putih tulang.

"Nih. Lo ganti baju dulu ya, habis lo ganti kita langsung pulang." Jelas Milio. "Kamar mandinya dideket dapur." Sambungnya.

Rissa mengangguk dan segera melangkah menuju kamar mandi.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Rissa keluar dari kamar mandi dengan kaos Milio yang katanya kekecilan itu. Padahal tubuh Rissa rasanya tenggelam didalam kaos itu. Setelah menyisir rambutnya dengan jari jari, Ia melangkah ke arah ruang tamu. Tapi ada sosok cowok yang membuatnya terkejut sekaligus takut. Cowok itu turun dari tangga dengan kaos hitam dan celana jeans selutut yang membuat tubuhnya makin eye catching.

Dia Alvis, cowok yang tempo hari kecelakaan dan menuduh Rissa sebagai penyebabnya.

"Lo?" Gadis itu tidak sengaja mengucapkan kata itu.

Alvis hanya berlalu, tanpa mengucapkan satu kata pun. Meninggalkan Rissa yang cengo seketika.

-------

YG VOTE KUDOAKAN MASUK SYURGA HEHEHEHEHEH💕💕💕💕

My MarissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang