Beton. Nama yang cocok untuk tempat ini. Tempat yang mungkin bisa dianggap tempat mati. Hampir tidak ada orang yang melewati jalan ini. Jalan yang lumayan sempit. Jalan diantara dua tembok yang sangat besar.
Gelap. Disini gelap sekali. Cuma ada satu lampu penerangan yang sudah redup. Dan tiang listrik yang sudah tidak terpakai lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.#RayaProv
Rihad dan Rian pun duduk dibawah tiang listrik itu. Lumayan, ada sedikit semen beku yang bisa diduduki.
Lala semakin tidak jelas. Entah mau kemana. Aku sudah tidak kuat untuk mengikutinya lagi.
Aku hanya bersandar dibawah salahsatu tembok tinggi itu.
Nizam dan Alvin terus-terusan bermain lari²an kesana-kesini. Saling mengejar, membawa sarung dan tarik²an sarung.
Tiba² Nizam menaiki tembok yang sedang ku senderkan. Ia naik dari ujung sana.
Ku pejamkan mata, dan cuma mendengar percakapan Lala dan Dona.
Tidak lama, Alvin berlari kearahku, ia tertawa terbahak² namun aku menghiraukannya.
BRUKKKK!
Seperti tertimpa oleh buah semangka yang sangat besar, kepala ku langsung pening. Tak lama, aku membuka mataku..
Nizam sudah berada diatas tubuhku..
Aku mau marah, ingin menghindar. Tapi, matanya yang indah nan coklat itu terus menajam menatap wajahku. Entah kenapa, aku semakin gugup.
Beberapa menit kemudian, dia mulai mengukir senyum dibibirnya. Rasa tak ingin menghindar.
"WOYYYYY!!!"
Teriakan Lala yang memecahkan keheningan itu.
Tatapan Nizam kembali menjadi tatapan yang menyebalkan, senyumnya yang belum selesai terukir dengan sempurna pun musnah begitu saja.
"Sorry.."
Ucap nizam dan langsung bangun dari tubuhku.
Tidak ada rasa kasihan sedikitpun, sudah menibanku langsung pergi meninggalkanku begitu saja.
Badan ku terasa sakit, tapi itu sangat indah. Aku tidak bisa membayangkan, matanya tadi menatapku dengan penuh arti.
Entah mengapa, hati ku merasakan sesuatu yang beda.
*****
Tidak lama kemudian, Indra (mantan dari Lala) pun datang. Dengan badan yang tegap dan besar,tinggi dan muka yang menyeramkan itu terus saja berteriak memanggil Lala.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Lala dan yg lain bersembunyi di samping beton.
Tetap saja ketahuan. Meskipun bersembunyi diatas awan pun indra bisa melihatnya.
Dengan kasarnya Indra menyeret Lala untuk pulang. Lala terus saja mengelak.
Aku tidak tega dengan Lala yang terus²an memberontak dari mantan pacarnya itu yang sangat kasar. Pantas saja ia diputuskan oleh Lala. Toh, kelakuannya saja sudah seperti jagoan. Sudah putus saja masih mencampur adukkan antara urusan Lala dan dia.
Rihad,Rian dan Alvin pun mundur. Mita dan Dona sudah lari duluan. Entah kemana perginya mereka hanya menyelamatkan dirinya sendiri.
Di satu sisi Indra itu teman abangnya Dona dan Indra adalah saudaranya Mita.
Tinggal aku yang berdiri didepan jalan melihat Lala memberontak dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada Indra.
Ku rasa, dibelakang ada yg sedang memegang bajuku. Ternyata nizam, ia bersembunyi dibelakang badanku.
Ingin tertawa karna melihat wajah Nizam yang sangat lugu dan takut. Tapi, aku harus terlihat jutek didepannya.
Aku menarik tangan Lala dengan spontan.
"GAUSAH IKUT CAMPUR SAMA URUSAN GUA DAN LALA!!!"
Teriak Indra tepat pada kupingku. Rasanya ingin ku pecahkan saja kepalanya. Cowok egois seperti itu.
Aku langsung memberanikan diri untuk menatap mata Nizam untuk kedua kalinya.
tetapi, Nizam tidak mengerti apa yang ku maksud.Dengan seluruh keberanianku untuk menolong temanku,aku memberanikan diri untuk pertama kalinya menggenggam tangan Nizam.
Tangan Nizam yang begitu dingin,tidak membalas genggaman tanganku. Sekali lagi, aku terus menatap Nizam.
Alhasil dengan kode²an lewat kontak mata, Nizam pun mengerti.
Dengan ragu, Nizam menggenggam balik tanganku. Hatiku berdegup tak karuan.
"Harusnya gue yang nanya sama lo. Ada perlu apa dan ada hak apa lu larang² Lala buat main disini? Sampe kasar gitu sama perempuan. Inget ya! Gue ga suka sama cowo kasar model kaya lo. SAMPAH!" Cetusku.
Nizam langsung melangkah kan kakinya untuk mensejajarkan tubuhnya dengan ku.
jantungku semakin berdegup kencang serasa ingin copot. Tak disangka, aku bisa melawan indra. Aku masih tidak percaya kata² itu keluar begitu saja dari mulutku.
Indra masih saja menggenggam tangan LALA.
"Gue kira lo cowok baik². Setelah putus dari gue, lu sama aja masih brengsek! Lepasin tangan gue atau gue teriak biar semua warga tau kalo lo pengen perkosa gue?"
Cetus lala.Dengan sangat tidak rela, indra melepas tangan Lala.
"Gu..gue cuma disuruh sama abang lo buat jemput lo disini." kata Indra Gugup.
"Lala disni lagi nemenin gue pacaran. Lo ga berhak disini." Ketusku lagi.
Nizam langsung bingung menatapku. Apalagi dengan Lala yang sangat shock mendengar kata²ku tadi.
"Okey, sorry gue ganggu!"
Indra pun menepuk pundak nizam dengan sinis dan langsung pergi.*****
Nizam pun spontan langsung melepas genggaman tanganku. Entah, kurasa ia marah karna aku sudah mengaku² jadi pacarnya.
Belum sempat bilang "maaf" dia pun sudah pergi begitu saja meninggalkan aku dan Lala.
Rihad menghampiri lala dan berbisik lembut.
"kalo udah punya pacar bilang. Gue jadi ga enak sama cowo lu. Bukan takut. Tapi gue bukan PHO La. Gue pamit.."
Rihad dan kawan² meninggalkan aku dan Lala. Begitu juga Dona dan Mita, sudah entah dimana.
Aku pun berharap Nizam menoleh kepadaku, ternyata dugaan ku salah. Tak sama sekali Nizam berniat untuk menoleh.
Aku dan Lala saling tatap, saling bertanya.
"Mengapa susah sekali melepas mereka pergi?"
Dalam hatiku tersiksa pertanyaan² yang selalu memaksa untuk dijawab.Aku menyuruh Lala untuk pulang, Lala masih saja menatap kepergian itu.
Akhirnya, dengan sisa tenaga yang aku punya, aku menarik Lala untuk pulang.
Rihad dan yg lain pun entah dimana. Sudah lenyap dari mata..
*******
Terimakasih yang sudah membaca💓 Tetap menghargai karya siapapun dengan Vote yaaaaa😊
Terimakasih😊
