Ramai sekali di PS bang tio. Ya iyalah, malam-malam bulan ramadhan begini biasanya dibuat begadang. Karna buat persiapan bangunin sahur.
Disitu juga ada saudaraku,Rayhan.
Setelah aku datang, sebenernya aku dan Lala mengurungkan niat untuk menjumpai Rihad dan yang lain. Aku hanya berniat menunggu Nizam di depan PS saja. Tapi, takutnya Nizam begadang dan aku ketahuan sama Rayhan kalau tengah malam berada diluar PS cuma buat nunggu cowok doang.
Akhirnya, aku menyimpan rasa maluku dan langsung menemui Rihad dan yg lain di dalam PS.
"Had.. Sebelumnya.."
Lala membuka mulut untuk langsung to the point ngomong ke rihad.
Karna rihad masih asyik bermain PS dan tidak bisa berhenti bicara seperti "GOLLLLL...... AHHHH GIMANA SIH NIII KIPERNYA...."
Lala pun diam.
"Udah yuk ray, kita pulang aja. Ngapain juga disini ga di hargain."
Aku pun mengangguk dengan ragu karna masih merasa bersalah kepada Nizam
Lala menarik tanganku.
"Kalo mau ngomong. Ya ngomong aja. Gue dengerin ko."
Rihad pun memberhentikan langkah Lala.
Karna perasaan yang jengkel, Lala pun mematikan TV diantara Rihad dan Nizam duel PS.
"AH LU APA-APAAN SI!!!! GA LUCU TAU!! KALO MAU NGOMONG SAMA RIHAD YA SAMA RIHAD AJA!!! KENAPA HARUS TV-NYA DIMATIIN COBA!!! GAADA URUSAN SAMA GUA!!!"
Nizam pun membentak-bentak lala.
Aku semakin tidak berani untuk ngomong sama Nizam.
Lagi-lagi ku urungkan niat untuk tidak berkata satu katapun.
Aku menundukkan kepala.
Akhirnya,rihad dan Lala pun berbicara 4 mata di belakang.
Aku masih kaku dengan perkataan Nizam tadi. Walaupun ada Hp, tapi aku mengurungkan niat untuk bermain HP. Masih saja aku menelan ludah dan menundukkan kepala. Seperti terpenjara didalam PS bersama singa-singa yang ganas. Berharap cepat-cepat keluar dari sini bersama Lala.
"YAKIN GA ADA YANG MAU MINTA MAAF SAMA GUE NIH? OH YAUDAH!!!!!"
Ketus Nizam lagi.
Aku pun mengangkat kepalaku.
Dilihatnya TV sudah dinyalakan oleh Rian dan alfin.
"Hhhhhh~ ngantuk gue. Mending gue tidur"
Sambung Nizam lagi.
Ia pun mengambil posisi untuk merebahkan badannya.
Selang beberapa menit kemudian, aku memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Nizam.
"Zam,maaf..."
Kalimat pertama yang mengawali permintaan maaf ku.
Nizam masih saja tidak menjawab.
Aku menghela nafas.
"Zam, sebenernya gue ga ada maksud buat itu ko..."
Sambung ku lagi.
Nizam masih saja tidak menjawab.
Alfin dan Rian tertawa geli.
Aku semakin curiga. Ku beranikan diri untuk menghadap ke Nizam.
Ternyata Nizam sudah terlelap.
Aku mendekatkan badanku ke wajah Nizam.
Ku tatap matanya dalam-dalam.
Aku lihat secara detail bentuk wajahnya, apa yang menarik darinya dan nafasnya.
Aku membuang muka lagi.
Lagi,lagi dan lagi aku menatapnya.
Begitu saja terus.
Ku beranikan diri membangunkan dia.
ku koyak-koyak badannya, tetap saja tidak bangun.Ku pegang tangannya.
Ternyata hanya mukanya saja yang bersih. kukunya sangat seperti macan.
Udah panjang, kotor pula.untung aku selalu membawa kunci rumah Lala yang tadi. Gantungan kunci nya adalah gunting kuku. akhirnya ku guntingin kukunya. Biarin aja kalau dia bangun marah-marah.
Yang penting, kukunya bersih.
****
Selang beberapa waktu, tak ada perubahan. Ia tetap saja terlelap. kali ini, bibirnya mulai membiru. Tangannya mulai dingin.
Benar saja, ia menelungkup melindungi dirinya dari dingin. Tetap saja kedinginan.
Akhirnya,kupaksa rian membuka jaketnya untuk Nizam. Rian pun mengiyakan.
Ku beranikan diri untuk membangunkan Nizam untuk memakai jaket tapi tetap saja tidak bangun. Kebo juga dia.
Dengan susah payah akhirnya ku putuskan untuk menyelimutinya saja dengan jaket.
Lucu sekali dia, baru kedinginan sedikit saja sudah sebiru itu. Apalagi tinggal di kutub sana?
Pasti bukan lagi biru. Mungkin bentuknya sudah berubah bukan lagi seperti Nizam.***
Aku terus saja menggenggam tangan Nizam dan menatap wajahnya.
Entah mengapa rasa nyaman itu selalu muncul."Eh ray, anak orang di pegangin mulu"
Cetus Nizam.Aku melepas tangan nizam.
***
Tiba-tiba, Mita memasuki PS dengan nafas yang terengah-engah.
"Gawat ray!!! Gawat!!!"
Teriak Mita.Nizam pun seketika bangun.
"Kenapa??"
Jawab lala yang langsung menyudahkan obrolannya dengan rihad."Anu laa.. Anuu.."
jawab mita masih terengah-engah.Aku dan lala saling bertatapan.
"Si indra ada didepan PS laaa!!! Dia nungguin lo sampe lo keluar!!!!"
Sambung Mita lagi sambil menyuruh lala untuk keluar melalui jendela."Ah gila lu ta. Masa iya gue harus manjat-manjat jendela si."
Jawab lala lagi yang kali ini mulai panik.tiba-tiba rihad langsung melompat melalui jendela dengan paniknya.
"AYO BURUAN LA! SINI GUE BANTU"
Teriak rihad sambil jingkrak-jingkrakkan karna panik.Lala pun melompat jendela.
Rian dan alvin sibuk membantu Nizam mengumpulkan nyawa.
"Had PS BELUM BAYAR!!!!!"
Teriak Nizam.Rihad pun menghiraukan Nizam.
Akhirnya, Nizam menaruh uang disamping televisi dan langsung melompat bersama alvin dan rian.
Aku masih terpaku, melihat kepanikan mereka yang sama sekali tidak perduli denganku.
Aku masih berdiri menatap jendela yang sudah kosong.***
Selang beberapa waktu, aku membalikkan badan untuk pulang lewat pintu.
Tiba-tiba...
"RAY LU MAU KEMANA? AYO LOMPAT!!!!!!"
Teriak seseorang dari luar jendela.Nizam, dengan muka paniknya ia menyuruhku untuk lompat jendela.
Aku menggelengkan kepala dan langsung berjalan mundur seolah menjauhi jendela.
"Ayo gue bantu"
Sambung Nizam lagi.Akupun langsung tersenyum, dan menghampiri Nizam.
Ku raih tangan Nizam dengan sangat hati. Kali ini dia menggenggam tanganku.
Akhirnya akupun keluar dari PS.
