[2]

7.6K 1K 74
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


    Jika dunia memang berputar, akankah waktu bisa kembali?

Mereka tidak benar-benar melihat Jungkook di rumah duka. Menurut kerabatnya, Jungkook di bawa pergi oleh kerabat dari pihak sang ayah karena anak itu terus  histeris mengetahui Orangtuanya telah pergi selama-lamanya.

Pergi kemana? Entah mereka sendiri tak tahu.

Dan hari ini di depan figura dua orang yang kini telah di sisi Tuhan, mereka meletakkan setangkai krisan dengan dada bergemuruh. Tak menangis namun tubuh gemetar mereka ketara saat berdiri menghadap  potret kedua orangtua Jungkook.

Bahkan Sejin harus memapah Seokjin yang terus terpaku, tubuh pemuda itu tak bisa bergerak menjauh dari area penghormatan. Tak ada kata yang muncul selama perjalanan. Mobil penuh hening dengan penghuni yang sibuk dengan emosi masing-masing.

Sejin tahu itu. Mereka tengah diliputi ribuan rasa sakit dan rasa bersalah. Mata mereka sendu, penuh dengan gumpalan air mata yang sengaja di tahan di tempatnya.

"Tolong berhenti, Hyung. Pinta Jimin.

Mobil tak lama menepi. Tepat di sebuah jalanan sepi, Jimin melangkah keluar dengan gontai. Jemarinya meremat satu sama lain. Menutup pintu mobil lalu bersandar lemas di sana. pemuda itu sungguh tak kuat lagi menahan gejolak di hatinya.

Tak ada yang berniat menengok apa yang tengah Jimin lakukan di luar sana. Semuanya tengah bergelut dengan emosinya masing - masing.

"Aaarrgghhh..!!"

Jimin berteriak histeris dengan jemari yang meremat kuat rambutnya. Tubuhnya merosot ke jalanan dengan isakan begitu memilukan. Sejin bergegas menghampiri pemuda itu lalu memeluknya segera agar pemuda itu melepas rematannya yang terlihat begitu menyakitkan.

Namun, alih -alih tenang, Jimin malah semakin berteriak histeris. Menangis sejadi-jadinya seolah-seolah  tengah menghukum dirinya sendiri karena telah berbuat dosa. Sejin tak lagi menghentikannya, lelaki itu membiarkan Jimin terus histeris di dalam pelukannya.

Di dalam mobil susana tak jauh berbeda. Alih-alih ketenangan yang tercipta, nyatanya mereka berlima ikut hanyut bersama Jimin dengan rasa sakit yang sama. Mereka berlima menggigit bibirnya kuat, menahan isakan yang sengaja di sembunyikan dengan tameng pura-pura tertidur.

Nyatanya air mata mereka terus mengalir walau mata itu tertutup rapat. Dunia mereka terbalik dalam semalam. Membuat luka baru yang mereka sadari sulit di maafkan bahkan oleh diri mereka sendiri.

"Aku berhenti."

Langkah lesu  memasuki dorm seketika menjadi kaku tegang setelah lontaran kalimat dari mulut Jimin tercipta. Ucapan tadi seperti membuka kenangan menyakitkan tentang seorang pemuda yang mengatakan hal yang sama beberapa hari yang lalu. Tak ada yang benar-benar bersuara, bahkan ketika Jimin memilih masuk kamarnya tanpa memberi penjelasan lebih lalu keluar dengan menarik kopernya tergesah, tak mau bertemu pandang dengan mereka semua agar rasa sakitnya tidak bertambah.

Healing [√] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang