"Hyung, apa kau bahagia sekarang?"
Seulas senyum tipis terukir, sedikit mengikis dingin yang terus mengusik tubuh. Park Jimin tersenyum mendengar tanya Jihyun dari seberang sana.
"Aku bahagia Jihyunie."
Lebih tepatnya sedang mencoba membangun bahagia. Langkah Jimin terhenti, matanya lurus menatap sosok yang kini tengah bersandar di sebuah tiang, Jimin lekas mematikan panggilannya sepihak. Matanya tak bergeming menatap sosok yang telah lama tak dia lihat, hingga tatapan mereka bertemu dan sosok itu mengulas senyum kecil.
Min Yoongi datang.
Apartement Jimin tak begitu luas, namun rapi dan bersih. Hanya terdiri dari satu kamar dan ruang tamu yang berbagi fungsi dengan dapur.
Min Yoongi lah pengunjung pertama apartement milik Jimin. Padahal dia mengira Taehyung yang akan menjadi yang pertama. Namun hingga lewat 2 hari setelah pertemuannya dengan Taehyung, pemuda itu tak kunjung datang atau bahkan menelfonnya.
"Dua hari ini Taehyung terus murung. Jadi aku memutuskan untuk datang ke sini."
Pemuda yang lebih pendek dari Yoongi itu kini mengambil duduk di samping Yoongi. Menatap luas pemandangan kota dari atas balkon. Semilir angin sejenak membiarkan kalimat Yoongi menjeda.
Itu karena Jimin sudah tahu akan hal itu, bahkan sudah bisa menduga dengan baik. Kim Taehyung tak pernah berubah, selalu keras memikirkan sesuatu. Jimin tersenyum tipis, sadar jika satu-satunya yang berubah adalah dirinya. Matanya melirik Yoongi yang tengah duduk tenang dengan sekaleng soda di tangannya.
Terakhir bertemu dengan pemuda itu adalah hal buruk yang pernah terjadi antara dirinya dan Yoongi. Mengenal Yoongi sejak muda, tak pernah sekali mereka melontarkan kata kasar sebagai bentuk marah. Dirinya adalah adik yang selalu mampu membuat Seorang Min Yoongi mau mengangkat tangannya untuk mengelus surai. Dan itu surai miliknya.
Hati Jimin menciut saat kilas moment itu melintas di memorinya. Rindu, dia rindu menjadi Jimin yang selalu tersenyum dan baik hati. Jimin yang selalu mendapat usapan lembut dari Min Yoongi
"Ada apa?" Yoongi menatap Jimin penuh tanya saat mendapati sang adik tengah menatapnya lekat.
Jimin lekas mengeleng, membuang muka menuju langit. Bibirnya mengatup sedikit kuat, entah gejolak di hatinya seakan bisa membuat bibirnya tiba-tiba bergetar. Di sisinya Yoongi masih enggan mengalihkan tatapannya pada Jimin, dia tahu, sangat tahu jika Jimin tengah menahan sesuatu di sana.
Jemari Yoongi terangkat, mengusap surai Jimin hingga membuat pemuda itu menoleh dan mendapati raut wajah Yoongi kini tengah menuntut sesuatu.
"Pulanglah." Lirih Yoongi. Air matanya hampir menyeruak namun pemuda itu seperti enggan mengalihkan wajahnya. Yoongi benar-benar ingin memohon sekarang, "Mereka membutuhkanmu, kami membutuhkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing [√]
FanfictionJeon Jungkook kehilangan dunianya dalam sekejap, dan mengukir bukti tak kasat mata jika mereka berenam yang patut di mintai pertanggung jawaban.