[18]

4.2K 441 21
                                    

Jimin mendadak termenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin mendadak termenung. Pulang kerumah dengan otak kosong, bingung dan juga merasa melupakan sesuatu yang harusnya dia lakukan hari ini. Setelah di serang panik mendadak karena seseorang yang terus memanggilnya kakak, Jimin malah kini sudah berada di rumah. Tengah duduk dengan sebuah ponsel di gengamannya.

Setelah mengantar pemuda yang pingsan tadi, dia jadi agak linglung, hanya ingat rumah dan ingin pulang. Lalu mendapati rumah sepi dan dia berakhir duduk di sofa, melamun entah apa. Hingga sapaan lembut lantas membuatnya terkesiap.

"Jimin? Kau di rumah ternyata."

Mendapati Ibunya di sana, lantas mengedip bingung hingga sang ibu mengusap lengannya. "Kenapa tidak bilang jika kau pulang. Kami menunggumu lama sekali."

Raut khawatir jelas ada diwajah wanita paruh baya itu, sedang Jimin benar-benar seperti sulit merespon karena teramat bingung hingga suara Jihyun lantas ikut juga hadir memecah erat tatap mata Jimin denga sang ibu, "Hyung! Ya Tuhan! Kau di rumah." Napas Jihyun agak kasar, wajahnya merah." Setidaknya kabari aku jika sudah pulang. Aku dan ibu mencarimu!"

Jelas sekali raut kesal di wajah sang adik. Jimin kemudian seperti terkesiap,  mengerjap sadar setelah raut adiknya itu jelas adalah peringatan jika kelakuannya itu tak baik. "Uh, maaf..." Menggaruk kepalanya kikuk persis bocah polos yang kedapatan memasukan permen yang jelas di larang. "Aku menolong seseorang dan membawanya ke rumah sakit. Agak aneh, aku tidak mengerti kenapa aku pulang, mendadak seperti linglung, hehehe.."

"Jimin, kau baik?" Ibu menatap khawatir. Saat wanita itu datang memang melihat bagaimana Jimin seperti melamun di sofa, "Apa terjadi sesuatu?"

"Tidak, Bu. Hanya kepalaku agak aneh saja." Dia terkekeh, kemudoan beralih menatap Jihyun dengan raut merengut manis, "Maaf Jihyuniee...tidak akan ulangi lagi sumpah!" Mengangkat simbol janji. Sang adik mendengus saja membuang muka sambil meranjak menuju dapur utuk meletakan belanjaan sang ibu. Sesuatu yang menyangkut kakaknya selalu berubah menjadi hal sensitif.

Pemuda itu nyatanya agak menyesal dengan memberi kebebasan hidup pada Jimin setelah dirinya dihadapkan pada tubuh kakaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat kehidupan. Itu menakutkan, dia merasa sakit saat kakaknya merasa terkurung dengan dirinya sendiri karena itu dia mendorong Jimin untuk pergi bebas dengan hidupnya tanpa tahu menahu jika melihat kakaknya terbaring di rumah sakit itu lebih menyakitkan.

Terlebih Jimin tak mengingat apapun. Amnesia setelah menerjunkan diri dari tebing hingga kepala mengalami cidera parah. Tapi saat itu dia hanya berdoa untuk bangunnya Jimin dan Tuhan mengabulkan walau Jimin kehilangan dirinya sendiri.

"Tidak apa-apa. Dia hanya khawatir. Kau tahu dia sangat mudah marah, kan?" Ibu membelai surai Jimin lembut.

"Aku tahu, bu."

"Ganti bajumu. Jika kau lelah tidur saja."

Jimin memberi anggukan. Kepalanya memang agak pening dan dia memang butuh merebahkan diri. Jadi dia patuh saja, beranjak menuju kamar, sedangkan Ibu memilih langkah mendekati bungsunya yang kini sedang mengupas bawang untuk sesi masak makan malam. Wajah Jihyun masih keruh kendati Jimin telah berlalu di sana. Hal itu membuat sang ibu menghela napas lelah, kemudian mengambil duduk didepan Jihyun, mengambil beberapa lobak untuk di potong.

Healing [√] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang