Hari ini, Si Mbok memberi surat balasan dari orang tuaku serta Kliwon. Keduanya sama-sama bersedih akan penyanderaan akan aku oleh Inggris, dan berdoa agar aku tetap dalam tangan, dan naungan Tuhan. Yang bercokol di pikiranku adalah surat Kliwon yang mengatakan telah banyak peristiwa terjadi setelah aku pergi, Connor sering mengunjungi Kliwon di pos Tentara Rakyat dan mengatakan kalau aku baik-baik saja di rumahnya dengan nada mengejek. Terputar lagi kejadian seminggu lalu akan Connor yang menyergap kamarku tiba-tiba. Aku tidak baik-baik saja, Won. Aku ingin menangis dipelukan bapak dan ibuku, aku ingin berlari dan memeluk Kliwon sesegera mungkin.
Malam itu, aku langsung menulis surat balasan untuk orang tuaku dan Kliwon. Sempat terpikir olehku untuk mengatakan yang Connor lakukan terhadapku, tetapi itu akan merusak segala hal tentang aku dan Kliwon. Duniaku sudah rusak sejak Inggris masuk, dan aku tak akan memperburuk semua ini.
Aku harus menunggu seminggu lagi agar dapat mengirimkan suratku. Aku meletakkan surat itu ke dalam laci meja dan kembali menguncinya. Simpanan kertas curianku sudah menipis, esok aku akan mencuri lagi dari ruang kerja Connor dengan jumlah yang lebih banyak lagi.
Terdengar ketukan dari arah pintu. Aku dengan seluruh kesiagaan dan kesigapan yang membuncah pun langsung ke arah pintu dan membukanya. Connor berada tepat di hadapanku. Dia tampak normal, dan tidak meracau.
"Kenanga, saya minta maaf—kau sebaiknya ikut makan malam" ucapnya dengan menatap lurus ke mataku. Terlihat dalam matanya ada kelibatan rasa bersalah. Aku pun ikut berpikir, mengapa ia selalu memintaku untuk makan malam dengannya? Padahal ia bisa saja menyuruh orang untuk memberiku makan di kamar. Ia juga bisa tidak memberiku kamar, tapi ia tetap menempatkan aku di kamar.
"Jangan lakukan itu lagi. Dan kau harus berjanji" jawabku menyetujui untuk makan malam dengannya, mengingat ia selalu mengunjugi Kliwon dan mencemoohnya. Aku hanya takut kalau-kalau ia akan menebas habis Kliwon.
Makan malam berjalan dengan bisu, hanya suara dentingan garpu dan sendok yang terdengar di sepenjuru ruangan. Tak ada yang berbicara, aku pun juga tak berharap ia mengajak aku berbicara. Aku ingin ini cepat selesai, memang bibirku berkata kalau aku sudah memaafkan Connor. Tetapi tidak dengan harga diriku.
***
Hari ini aku sedang menunggu kabar surat-surat yang akan ditujukan untukku. Tetapi si mbok tidak kunjung datang hari ini, bahkan sampai sore hari ini si mbok belum datang juga. Apa si mbok sakit? Akan sangat menyedihkan bila ia sakit dan hari Jumat ini aku tidak bisa mendapat surat dari Kliwon.
Connor masuk ke rumah dengan langkah tergesa-gesa dan langsung menghampiriku yang sedang menyirami bunga di taman belakang. Ia langsung melempar kertas tepat di wajahku. Aku pun mengamit salah satu kertas itu dan langsung mengenalinya. Ini surat yang kutulis untuk orang tuaku dan Kliwon. Mata Connor menggelap dan langsung menampar pipiku.
"Kau wanita sialan! Aku memberimu makan dan tempat tidur, tetapi kau tetap mengirimi pria itu surat?" nada suaranya tinggi. Aku masih memegangi pipiku, rasanya seperti kembali lagi tepat di hari aku dibawa pergi dari orang tuaku dan Kliwon.
"Kau yang sialan! Bunuh saja aku, brengsek!" pekik ku tidak mau kalah dengan tinggi suaranya. Lalu ia berkata kalau si mbok sudah ia pecat dan diberi ganjaran yang tepat. Benar-benar Connor adalah lelaki brengsek dan kasar.
Aku dibawa paksa ke dalam kamar Connor. Disetubuhi, lalu dibiarkan. Aku memberontak dengan sekuat tenaga, tetapi aku kalah kuat dengan binatang sepertinya. Dengan ini, aku langsung pergi ke kamar mandi dan menggosok tubuhku, berharap jejak-jejak di tubuhku hilang. Aku terus menggosok dan menggosok sampai kulitku perih dan mendidih di bawah kucuran air hangat. Aku terus meminta maaf pada Tuhan dan orang tuaku, dan juga Kliwon. Duniaku dibabat habis oleh Inggris, harga diriku sudah hilang berlabuh kemana, dan aku tidak akan pernah mempunyai muka untuk bersauh dengan priaku lagi, Kliwonku.
Esok Paginya, Connor langsung memaksaku untuk sarapan dan berkata kalau mulai saat ini aku adalah gundik miliknya. Matanya melirik tubuhku sekilas yang terlihat memerah akibat gosokan ku semalam. Ia lagi-lagi menegaskan kalau aku hanya miliknya seorang. Ia juga berkata kalau ia akan mulai melucuti senjata milik pribumi secara besar-besaran.
"Ini semua adalah ulahmu, Kenanga. Jika hari ini adalah akhir bagi kotamu, maka kau adalah sebabnya." ucapnya sebelum meninggalkan ku sendiri di dalam rumah yang terkunci, tak ada yang dapat aku lakukan. Dan tak pernah ada.
Maka hari ini aku memohon pada Tuhan, aku merajuk. Biarkan bapak, ibuku, bahagia. Biarkan Kliwon ku bahagia.
Note :
Ah, ya. Siapa yang mengira kalau Connor mengerti bahasa?
Dan juga terima kasih atas vote-nya. Sangat memberi saya motivasi untuk melanjutkan novel yang.....ya abal-abal.
Pokoknya, Terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMAKU KENANGA
Historical FictionKisah hidup Kenanga yang hanya bisa dijadikan kenangan pilu. Negerinya penuh dengan cecunguk, hidupnya hanya sebatas gundik, prianya tidak bisa bereinkarnasi.