Seminggu setelah kematian Kliwon, aku tetap berada di rumah Connor. Bapak dan ibuku sudah kembali pada Tuhan saat perang terjadi. Lengkap sudah alasanku untuk mati, tetapi aku tidak kunjung mati. Kota ku menang melawan Inggris, tetapi entah apa sebabnya Connor tak kunjung diusir dari bumi ini.
Aku tetap tak kunjung mati sebab Connor menyuruh tentaranya agar terus mengawasiku untuk tidak bunuh diri. Hari-hari hidupku begitu dinistakan Tuhan, Pada malam hari, lelaki itu akan menyetubuhiku. Tetapi aku tidak bergeming sedikit pun, aku tidak berontak, aku tidak mengeluarkan rintihan, Aku bahkan meragukan aku bernapas. Hal itu membuat Connor dongkol dan pergi meninggalkanku. Lalu pada paginya, aku akan sarapan seperti biasa. Tanpa pembicaraan tanpa tatapan.
Dan entah sejak kapan mulanya, aku berhenti merapal doa-doa pada Tuhan.
Pagi itu, aku bangun lebih awal dari seluruh makhluk di rumah—penjara ini. Aku berjalan mengelilingi seluruh petak dan sudut yang ada. Tak ada yang berbeda, tetapi kali ini aku kembali menjajakkan kaki-kaki ku ke ruangan kerja Connor. Mataku menangkap benda besi kecil di atas meja. Senjata Api.
Aku mengamitnya dan berjalan ke arah kamar tidur Connor. Aku masuk dan mengarahkan senjata ini padanya, ia bangun dan tersentak, rahangnya mengetat.
"Kenanga, jangan lakukan hal bodoh. Kau bahagia bersamaku. Jauhkan senjata itu, Kenanga."
Aku ingin tertawa di hadapan wajahnya. Orang bodoh manapun tahu, bajingan ini lah yang merenggut kebahagiaanku.
Lagi-lagi Ia berkata agar aku tenang dan menurunkan senjata itu dari hadapan wajahnya. Aku Menuruti perintahnya, aku mengarahkan senjata itu ke arah kepalaku.
Perasaan bahagia ku bangkit sembari mengingat bahwa Kliwon mati dengan senjata yang sama, mengingat bahwa Kliwon mati dengan cara yang sama.
"Kumohon Kenanga, jangan begini" tuturnya sambil berusaha merebut benda itu dari ku. Aku dengan cepat menghindar, dan menarik pelatuk.
Dan Tuhan mengabulkan doaku untuk bersauh dengan Priaku.
--Fin--
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMAKU KENANGA
Historical FictionKisah hidup Kenanga yang hanya bisa dijadikan kenangan pilu. Negerinya penuh dengan cecunguk, hidupnya hanya sebatas gundik, prianya tidak bisa bereinkarnasi.