Hari ini Inggris datang yang dengan brengseknya pula membawa tentara Belanda, aku ingin marah, tapi aku hanya wanita lemah yang hanya bisa sedikit membaca. Yang ku dengar hari itu hanyalah rakyat yang geram, aku langsung berlari ke bala tentara rakyat untuk menemui Kliwon agar ia menahan diri untuk tidak terlalu emosi. Alih-alih aku bertemu Kliwon, aku malah menabrak seorang cecunguk Inggris. Tentu saja aku yang meminta maaf karena aku pula yang salah, berlari tanpa melihat arah dan tentu saja karna ia adalah seorang petinggi Inggris. Aku tak tahu pula apa yang si Inggris itu bicarakan, tetapi aku langsung berlari lagi dan masuk ke dalam pos tentara rakyat sambil memanggil-manggil Kliwon dengan hebohnya.
Kliwon pun tak kalah heboh melihat kehadiranku, ia langsung bertanya apa yang aku lakukan di bala tentara, ia mengomel pula dan memberi ultimatum kalau sebaiknya aku tidak keluar rumah saat-saat ini, mengingat sekarang banyak Inggris yang berkeliaran.
"Kau jangan emosi melihat Inggris, Won" titahku padanya dengan napas yang masih tersenggal-senggal akibat berlari. Kliwon berbahaya saat emosi, dan itu bisa memancing Inggris untuk membunuhnya.
"Aku akan tahan Kenanga—dan kau sebaiknya pulang, akan kulaksanakan titahmu itu" jawabnya sambil mengelus puncak kepalaku yang membuatku mengangguk dan undur diri dari pos tentara rakyat untuk kembali ke rumah.
Di sepanjang perjalanan rumah aku bertemu dengan cecunguk Inggris yang kutemui tadi, tatapan matanya tajam dan mengikuti kemana aku berjalan. Sialan, apa ia sangat dendam padaku? Aku bahkan tidak melecetkan seragamnya sedikit pun.
Pada hari itu aku tidak memanjatkan doa pada Tuhan, dan mungkin itu adalah kesalahan fatal yang aku lakukan.
***
Di sepanjang pagi yang aku dengar hanyalah suara riuh tetangga dan tatapan tajam pada tentara Inggris yang berjalan dengan arogan ke sana ke mari. Perasaanku semakin rancu akan dergama yang mungkin-mungkin akan datang, dan pula akan Kliwon. Kliwon amat membenci bangsa Barat, apalagi ketika ia melihat perilaku Inggris yang semena-mena dan merasa superior, ia bisa kalap dilalap emosi.
Siang itu, terjadi penyitaan senjata yang dimiliki oleh pribumi. Bapakku menolak habis-habisan akan perintah yang diberikan Inggris. Bapakku pun dipukuli sampai bersimbah darah pada bagian pelipis dan terus merengkuh perutnya, yang aku tahu itu menduri. Aku pun langsung keluar dan menampar salah satu cecunguk Inggris itu. Kurang ajar pikirku, aku mencubit bapakku saja tak kuasa, malah ia menampar bapakku habis-habisan.
Pipiku pun digampar oleh cecunguk Inggris yang ku tabrak kemarin.
Lolongan tangis ibuku pun terdengar, walaupun samar dan kelabu. Ibuku langsung meminta maaf pada Inggris itu, tentu saja Inggris itu dengan arogannya menolak dan malah mendorong ibuku sampai tersungkur. Tubuhku diangkat olehnya dan ditarik paksa sampai mendekati mobil tentara AFNEI. Ibuku tak ada hentinya menangis, aku hanya memberontak sekuat tenaga sambil terus meraung dan mengelukan nama Kliwon.
Tuhan memang maha adil, Kliwon datang pula di saat itu dan langsung berlari ke arah ku, sambil berperintah untuk melepaskan genggaman Inggris dari lengan dan bahuku. Kliwon pun memekik mengatakan kalau Inggris hanyalah cecunguk brengsek yang tak tahu malu. Lalu saat itu pula tentara AFNEI langsung menyerbu tubuh Kliwon layaknya ia adalah serangga yang harus dimatikan sesegera mungkin. Seluruh tubuh Kliwon bersimbah darah akibat hantaman entah dari tangan ataupun kaki cecunguk Inggris. Yang pasti saat itu aku hanya bisa menangis dan menangis. Kepalaku ditahan agar terus memandang Pria-ku yang habis dilukai, ragaku pun sudah kehabisan asa dan akal, bahkan kesadaran. Kliwon disela-sela hidup dan matinya masih menyisipkan maafnya lewat angin yang menelisik ke dalam mata, telinga, dan buku-buku tanganku. Kala itu, aku merasa duniaku luruh ke tanah.
Dan pada hari itu, aku menyesal tidak menghadap wajah Tuhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/122250715-288-k646133.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMAKU KENANGA
Historical FictionKisah hidup Kenanga yang hanya bisa dijadikan kenangan pilu. Negerinya penuh dengan cecunguk, hidupnya hanya sebatas gundik, prianya tidak bisa bereinkarnasi.