Di bibir pantai ini,
kuharap kau akan berbicara jujur.
Dan kupercayakan kau sesaat padanya,
kupastikan,
ombaknya tak akan menelanmu,
bagai mulutku yang menyantap bubur setiap pagi;
ya, semoga anak lidahmu
bergetar seirama kata hatimu.Di punggung gunung ini,
kuharap aku akan menimbun kata-kata.
Dan dengarkanlah tubuhku sejenak,
kuyakini,
angin ini tak akan menerbangkanku,
laiknya hati dilayangkan dan kemudian dijatuhkan;
ya, semoga wajahmu berkenan
membenam di wajahku.Di kedua bola matamu,
aku akan terdiam selamanya.
Dan perlihatkan sajalah
anganmu barang sebentar,
kuterkai, tatapanmu, nanti
tak akan melukaiku
seperti dunia ini,
tempat biasa aku memijakkan kaki,
tetapi tak pernah mampu membuatku berdiri sendiri;
ya, andai saja ada ruang terbaik bagiku
tentu akan kubawa juga kau kesana.Dan nyatanya, ruang itu memang ada,
bukan pantai, bukan gunung,
melainkan adalah mataku;
yang di sanalah kau harus bermukim,
dan di sana pulalah kau akan bermakam.Aullia Akbar
Lintau, 17 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Nalar
PoetryAtas nama ingatan, izinkan Diksi nan bersemayam dalam Nalar, menempati tempat maya ini, menemani teman nyata ini; diriku.