Ia sikat
seluruh rasa sakit
dengan senyum sakti.Dengan tangkas
ia tangkis segala sedih
agar tak ada tangis.Tawanya tak lagi tertawan,
canda menjadi candu.
Luka mendadak lugu,
"Hahahaa," ia terbahak begitu lucu.Hidupnya berubah,
kegalauan tak berani lagi berulah.
Hirupan napasnya seringan kapas.Kini, ia senang.
Kini, ia tenang.
Kini, ia menang.
Kini, tak ada lagi yang harus ia kenang.Aullia Akbar
Surakarta, 11 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Nalar
PoetryAtas nama ingatan, izinkan Diksi nan bersemayam dalam Nalar, menempati tempat maya ini, menemani teman nyata ini; diriku.