Masih pulaskah tidurmu
ketika sayup-sayup angin dinihari berkeliaran disekitar tubuhmu,
yang mencoba meneriaki kegelisahan pejamanmu
dan yang mendingin-bekukan setiap sudut ruang hatimu yang tersesaki kekecewaan?Dan puaskah matamu
jika kau terjaga di malam-malam hujan turun
membasuh penglihatanmu yang basah
dan yang kau dapati tak ada seorangpun yang bisa kau ajak berbincang?Lalu
Kenapa kau sapa lagi
luka-luka yang telah lama tersapu waktu?
Kenapa kau perah lagi
segala perih yang membengkakkan hatimu?
Dan kenapa terus kau usap sakitmu sembari kau isap seluruh sesalmu?
Sia-sia bukan,
menunggu sesuatu yang telah meninggi?
Harusnya, kau lari dari lara itu.Aullia Akbar
Surakarta, 7 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Nalar
PoetryAtas nama ingatan, izinkan Diksi nan bersemayam dalam Nalar, menempati tempat maya ini, menemani teman nyata ini; diriku.