afternoon talk

989 159 28
                                    

"Oh Sehun, apa kau ingin bicara tentang mengapa kau berubah pikiran? Kau tahu, aku selalu bersedia menunggunya,"

Sehun yang tengah memandangi kedua tangannya yang diperban mendongak, menatap manik kecoklatan milik orang yang telah menolongnya ini.

Menghela nafas, Sehun menepuk pelan sofa di sampingnya, menggesturkan agar Chanyeol duduk di sampingnya.

Tanpa sumringah dan basa-basi, Chanyeol langsung duduk dan menunggu Sehun untuk berbicara.

"Aku tak bisa membunuh diriku sendiri. Aku tak bisa meninggalkan dunia ini. Aku tak tahu mengapa."

Singkat, padat, dan jelas. Sehun bahkan tak lanjut berkata sesudahnya. Namun dengan untaian kata itu, Chanyeol tahu apa yang dirasakan oleh Sehun.

Tidak. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti apa rasanya berada di keadaan seperti Sehun. Tapi hatinya sakit melihat Sehun seperti ini.

"Kau bingung 'kan? Sudah kuduga. kau bahkan tak paham apa yang ku rasakan. Harusnya aku tak mempercayaimu,"

"Tapi rasa sakit itu tak bisa lagi ku tahan. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk pergi dari dunia ini,"

"Mulai dari menelan obat-obatan itu, mencekik diriku sendiri, menggoreskan silet itu di kulitku—"

"Sudah cukup."

Kalimat Sehun di potong oleh Chanyeol. Menoleh ke arahnya, Sehun mendapati manik kecoklatan indah itu berlinang air mata.

Tanpa aba-aba, Chanyeol memeluknya. Chanyeol memeluk Sehun.

Pelukannya hangat.

Begitu pikir Sehun. Ia serasa berada di rumah. Selama ini, rumahnya sangat dingin. Sepi.

Ia teringat akan kehangatan yang pernah ia rasakan tiga tahun lalu. Dengan orang itu. Sehun bahkan tak mau menyebut namanya.

Orang itu berubah total.

Tangisan Chanyeol semakin terdengar. Membuat mata Sehun terasa berat juga, ingin mengeluarkan air mata itu.

Ia ikut menangis dengan Chanyeol. Sehun tak tahu apa yang membuat dirinya sedih. Ia tahu pasti Chanyeol menangis karena kata-katanya.

Tapi Sehun sama sekali tak merasa itu menyedihkan.

Di benaknya, masih ada hal yang lebih kelam lagi untuk ia ceritakan.

Mengingat itu, Sehun menangis sejadi-jadinya. Masa lalunya.

Perlahan, isakan Chanyeol mereda. Chanyeol masih memeluk erat Sehun. Chanyeol menghapus air matanya, lalu membawa punggung tangannya ke wajah Sehun, hendak menghapus air matanya.

Dari sini, Chanyeol serasa melihat manusia paling indah di hidupnya.

Chanyeol mengusap pelan kepala Sehun.

"Sweetie, you know you don't deserve this,"

"Your tummy isn't a trash bin, don't throw that ugly pills down your throat,"

"Your skin isn't a paper, don't cut it,"

"Your blood isn't an ink, don't paint with it,"

"Kau tahu, aku yakin pasti masih ada orang yang peduli pada mu, Sehun. Jangan pernah lakukan ini pada dirimu lagi,"

"There's still someone to reach your hands."

Dan dengan itu, Sehun melepaskan semua kesedihannya di bahu orang yang sama sekali tak dikenalnya itu.

Sehun yakin ia mempercayai orang yang benar.

stranger → pcy + osh [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang