Aku disini,
Duduk beberapa meja dibelakangmu, menatap punggung mu, menatap gerak gerikmu dari kejauhan, hanya itu yang bisa aku lakukan.
Aku disini, melihat kamu yang masuk kedalam kedai kopi itu dihari jum'at sore, membawa tas penuh laptop dan pekerjaanmu.
Aku disini, duduk beberapa dibelakang mejamu melihat mu mengerjakan tugas-tugas yang menunggu untuk segera diselesaikan
Kamu disana, duduk membelakangiku, duduk menatap jendela yang menghadap jalanan, yang terkadang padat bahkan macet.
Kamu disana, duduk berkutat dengan tugas-tugas mu, sibuk dengan laptopmu, sampai lupa meminum kopi mu yang makin lama airnya menjadi dingin.
Aku disini, menyemangatimu dalam doa. Memandangimu, sambil tersenyum sedih.
Aku ingin, ingin sekali memeluk punggungmu sekali lagi, menyemangatimu, memberikan semangat agar kau mengerjakan tugas dengan sepenuh hati, duduk disebelah mu menemani mu berkutat dengan tugas-tugasmu.
Tak apa, tak apa jika kau tidak mengajakku mengobrol, hanya duduk disebelahmu menatap wajahmu serius berkutat saja aku sudah bersyukur.
Atau sekali lagi aku mendengar suaramu yang berat memanggilku, seperti dulu. Seperti dulu saat kau memanggil namaku penuh cinta.
Sekarang?
Aku bisa apa? Yang kulakukan hanya menatap punggung mu dari kejauhan, menutupi wajah saat kau berbalik, menutupi wajah saat kau berjalan menuju kasir, dan pulang saat sosok mu sudah menghilang jauh dijalanan.
Agar kau tak melihat, melihat gadis yang telah menyakitimu ini, malah menunggu mu, merindukanmu, dan memikirkanmu sepanjang hari.
Rutinitasku jum'at sore selama 3 bulan terakhir seperti itu. Hanya menunggu mu, melihatmu, memerhatikanmu dari jauh. Khawatir saat kondisimu mulai memburuk, atau khawatir saat malam mulai larut dan kau belum pulang. Hanya itu yang kulakukan, dan berfikir, masih ada kah aku di pikiranmu? Masih ada kah aku dihatimu?
Sampai suatu hari setelah 5 bulan aku menjalankan rutinitasku,
Aku melihatmu masuk, dengan senyuman secerah mata hari, kau bahkan bersiul, kau mengerjakan tugas seperti biasa, tapi ada yang aneh, kau mengecek handphone mu lebih sering dari biasanya, kau mengecek handphone mu terlihat gelisah, tapi tiba-tiba kau tersenyum cerah dan langsung bergerak mengetik sesuatu.
Bahkan kau sempat melupakan tugasmu dan sibuk dengan Handphone mu yang bisa aku simpulkan kau sedang chattingan, tapi entah dengan siapa, dan kenapa pula firasatku tidak enak? Dan kenapa pula aku sangat penasaran?
Beberapa minggu kau terus melakukan itu, bahkan kau terkadang sampai tertawa-tawa sendiri, atau tersenyum-senyum sendiri layaknya orang dimabuk cinta.
Dan, hari ini kau datang, tidak lagi sendiri, tapi bersama wanita, wanita yang cantik, tingginya sepundakmu, rambutnya pendek sebahu, senyumnya sangat manis, dia memakai rok pendek hitam selutut, memakai kemeja pink muda yang manis, lengannya dilipat sampai sikut, membawa tas selempang hitam yang disangkutkan di bahu kanannya, sedangkan kamu, seperti biasa bersama kemeja Abu mu, celana jins biru belelmu, dan menggendong tas hitam besarmu tapi ada yang beda kali ini, kau tersenyum, wajahmu secerah mentari pagi yang terbit di timur.
Kau menatap tulus wajah wanita itu, menatapnya dengan penuh kasih sayang, menarik tangannya lembut, memesankannya minuman, berbicara sambil menatap wanita itu, sesekali melontarkan lelucon yang membuat wanita itu tertawa.
Dan aku?
Aku disini, menatap semua itu dengan senyum pedihku, tak kusadari setetes air mata meluncur dengan lancarnya keluar dari mataku membasahi pipiku. Aku mengambil tisu membasuhnya dengan cepat, aku menunduk menutupi wajahku. Setelah berhasil menguasai diri, aku mendongkak melihat bagaimana kau berbicara dengan wanita itu, bagaimana kau mengelus rambutnya dengan lembut seperti dulu kau mengelus rambutku.
Aku tersenyum getir, mungkin inilah akhirnya. Namaku benar-benar sudah terhapus dari hatimu, diriku sudah hilang dari pikiranmu, sudah tergantikan dengan wanita cantik disebelahmu. Aku tersenyum sekali lagi, berusaha ikut bahagia melihatmu tertawa dengan lepas seperti itu, berusaha mengusir pedih dihati dan ikut bahagia melihat orang yang kusayangi akhirnya bahagia dan memiliki orang yang menyayanginya lagi.
Sayang, kuharap dia adalah wanita yang tulus mencintaimu, wanita yang benar-benar menyayangimu, bukan yang mempermainkanmu seperti yang aku lakukan dulu, bukan yang seperti aku meninggalkanmu, dan memilih lelaki lain yang katanya 'lebih' dari dirimu dan ternyata nyata nya tidak.
Sayang, maafkan aku yang dulu sudah menyakitimu, aku akan mendoakanmu dari sini, mendoakanmu agar kau bahagia dengannya, agar dia tidak melakukan apa yang kulakukan dulu sehingga akhirnya kau merasakan cinta sejati.Aku bangkit dari kursiku, menyeka sekali lagi air mataku, lalu berjalan keluar, kali ini aku sudah tidak berhak duduk disana lagi memperhatikanmu, kali ini sudah ada yang memperhatikanmu dari dekat, menyayangimu, mengkhawatirkanmu. Aku melangkah berjalan menuju pintu, tanganku menyentuh gagang pintu dan membukanya, aku berjalan keluar dari cafe.
Kali ini aku melangkahkan kaki keluar dengan sisa tenagaku, dengan sisa hatiku, dengan penuh penyesalan aku keluar.
Maafkan aku yang dulu sayang, sekarang kau berhak bahagia dengannya.
Aku pergi sekarang, takkan ku ganggu kau, aku pergi untuk mencari cinta yang lain, dan aku berjanji takkan kulakukan lagi apa yang telah kulakukan dulu padamu.
Selasa, 17 oktober 2017
------------
{An}
Nyambung gasih? Aneh ga? Alay ga? Wkwkwk biarin lah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen
Short StoryAda beberapa cerpen, dan ada beberapa curhatan galau penulis ??