Chapter 9

404 36 6
                                    


(Author POV)

"Aku tidak mungkin meninggalkannya, saat ini dia tengah mengandung anak ku. Maafkan aku, Noona... bisakah? Sungguh aku tidak ingin kehilangan Noona..."

Kata-kata Taehyung kala itu masih terngiang jelas diingatan Ji Woo. Sejak berangkat ke Jepang 2 hari lalu dia belum membalas satupun pesan maupun telepon dari Taehyung. Kenyataan yang dipaksakan di hadapannya bukan hal yang mudah untuk diterima dengan begitu saja. Semua bertambah berat karena dia merasa sendirian, ia ingin bercerita tetapi ia tidak tahu harus menumpahkan pada siapa. Selama ini hubungannya dengan Taehyung adalah sesuatu yang dirahasiakan dari publik. Tidak ada satupun temannya yang tahu kecuali member dan staf terpercaya agensi Taehyung.

Bercerita pada kedua orang tuanya maupun orang tua Taehyung jelas akan membuat masalah semakin besar dan menimbulkan ketegangan antar dua keluarga. Campur tangan keluarga besar dalam rumah tangga kerap kali berujung pada keputusan buruk dan tergesa, Ji Woo tidak ingin yang seperti itu. Tepat saat pikirannya tengah kalut ponselnya berdering dengan nama tulisan Jiminie terpampang disana. Jiwoo meragu beberapa detik sebelum memutuskan untuk menjawabnya. Mungkin dia bisa bercerita pada Jimin, toh Jimin sudah tahu semua.

"Yeobseyo, Jimin-ah...." Ji Woo tidak sadar bahkan suaranya masih bergetar.

"Noona? Noona baik? Ada apa dengan suara Noona?"

"J-Jimin-ah, apa kau sedang sendirian?"

"Uhm, tidak... aku sedang dengan Yoongi hyung, kami sekamar. Ada apa Noona?"

"Yoongi?" mendengar nama itu seolah Ji Woo mendapat sedikit cahaya terang di sela keruwetan pikirannya, bagaimana bisa dia melupakan lelaki itu, "Jimin-ah apa kalian berdua sedang sibuk?" lirih Ji Woo.

"Tidak, wae?' suara Jimin turun beberapa oktaf diselimuti kekhawatiran.

"Aku ingin melakukan panggilan video, sekarang juga." final Ji Woo.

"Arraseo, aku akan meminta Yoongi hyung, membuka aplikasi panggilan video di komputer jinjingnya. Noona matikanlah dulu dan hubungi Yoongi hyung 5 menit lagi, nee?"

"Arraseo." kemudian Ji Woo memutuskan panggilan teleponnya.

Lima menit kemudian mereka sudah saling berhadapan lewat komputer jinjing. Yoongi dan Jimin cukup kaget melihat penampilan Ji Woo. Matanya bengkak dan sembab, dengan sorot yang begitu layu. Tidak butuh seorang ahli ekspresi untuk mengetahui bahwa Ji woo habis menangis dalam waktu lama. Yoongi sudah bersahabat dengan Ji Woo sejak dia mulai pindah ke Seoul, mereka sempat berbagi flat dan berbagi pekerjaan part time. Yoongi selalu punya tempat lembut bagi Ji Woo di sudut hatinya. Untuk Ji Woo, Yoongi bisa berubah menjadi apa saja: adik, kakak, ayah, anak, sahabat, ataupun seorang pria. Maka ketika dia melihat keadaan Ji Woo, dia hanya butuh beberapa detik untuk tahu letak permasalahannya.

"Kau bertengkar dengan Taehyung?"

"Lebih dari itu. Taehyung berselingkuh di belakangku. Bukankah kalian semua semua juga sudah tahu?" Kedua pria di hadapannya tidak menjawab, "Hanya saja ada sedikit yang kalian belum tahu."

"Ceritakan." perintah Yoongi tegas.

Tanpa perlu diminta dua kali, Ji Woo membuka segalanya di hadapan Yoongi dan Jimin, sebelum mengakhiri ceritanya dengan sebuah pertanyaan, "Yoon, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Yoongi terdiam mencoba memilah kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ji Woo, sedangkan Jimin di sampingnya terlihat sekali geram menahan emosi.

SCATTERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang