Chapter 19

494 36 26
                                    

  •  

  •

(Ji Woo POV)

"Bodoh! Bodoh! Kim Ji Woo bodoh! Apa yang ada di pikiranmu tadi!" aku memejamkankan mata kuat-kuat, berharap kilasan perbuatan kotorku dengan Jimin barusan dapat menghilang. Aku benar-benar gegabah. Memalukan sekali. Bagaimana bisa aku melemparkan diriku begitu saja pada Jimin? Aku perempuan bersuami bahkan kami memiliki seorang putri, tapi aku menikmati bercumbu dengan pria lain. Tidak! Bahkan, aku mencumbu pria lain, di rumahku, rumah suamiku, di kamar putri kami.

"Ya Tuhan, aku benar-benar murahan." rutukku, menatap langit-langit ruangan depan, masih dengan Taera di gendonganku, yang kini kembali terlelap.

Astaga, jika tadi Taera tidak menangis keras, apa yang akan aku dan Jimin lakukan? Kami hampir saja- "Ya Tuhan, aku kotor sekali." gumamku.

"Noona, tidak." aku menengok dan menghadapi Jimin yang berdiri tepat dibelakangku. Aku tidak menyadari sejak kapan dia ada di sana. Tanpa sadar aku mundur satu langkah menjauh dari Jimin. Aku terus menundukan wajah menatapi lantai, terlalu malu menatap Jimin, terlalu merasa kotor untuk memandangi Taera.

"Noona tidak kotor, Noona juga bukan murahan. Kalau ada yang kotor itu Tae dan kalau ada yang murahan itu selingkuhannya." lanjut Jimin.

"Jimin-ah, tadi- kita- itu- Jimin, aku-"

"Aku tahu Noona sedang kalut, Noona tidak sedang berpikiran lurus saat melakukannya, aku tahu. Maafkan aku yang justru memanfaatkan keadaan noona, aku... aku tidak bisa menahan diri melihat noona begitu rapuh. Aku pikir aku bisa melakukan sesuatu untuk menenangkan noona, tapi aku justru melakukan sesuatu untuk kepuasanku sendiri. Akulah yang brengsek di sini. Maafkan aku...." potong Jimin dengan nada penuh sesal.

Aku terdiam tak menjawab sama sekali. Setengah berpikir, setengah melamun. Benar, aku memang sedang tidak berpikir jernih saat memulai tapi ditengah perlakuan Jimin padaku, aku sadar sepenuhnya, aku... menikmatinya. Aku menginginkankannya. Aku ingin lebih.

"Noona tidak perlu merasa buruk. Aku yang salah, aku yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jadi, jangan menyalahkan diri Noona. Jika noona ingin menganggap semua tidak pernah terjadi maka anggaplah begitu. Aku tahu, noona hanya sedang tertekan, semua yang terjadi tadi adalah kesalahan semata. Meskipun begitu, maafkan aku yang menikmatinya. Aku tidak ingin melupakannya, tapi noona tenang saja, aku tidak akan membuka mulut. Bagiku biar saja semua kuanggap mimpi dan Noona, lupakanlah semuanya. Aku menyayangi kalian..."

Jimin menarik lembut kepalaku dan mendaratkan kecupan kilat di keningku, kemudian beralih ke kening Taera yang tertidur lelap. Dia tersenyum simpul, sebelum berjalan keluar.

Aku masih tidak bereaksi apapun, kepalaku kosong. Aku menatap punggung Jimin yang tertelan pintu. Mulai mencerna ucapan panjang lebar Jimin barusan.

"Aku benar-benar keterlaluan." gumamku pada diri sendiri.

+

Sepulang dari rumah sakit Taehyung tidak menemukan istrinya di kamar mereka dan kamar Taera terkunci rapat. Untuk malam ini dia tidak tidur dengan keluarga kecilnya. Niatan untuk meminta maaf kepada Jiwoo terpaksa ia tunda sampai esok hari. Taehyung memang si brengsek yang meninggalkan istrinya demi wanita lain, namun ia juga tidak bisa mengabaikan seorang nyawa yang merupakan darah dagingnya sendiri.

"Hee.."

"Astaga Oppa kau mengejutkanku!" Pekik Heeyoung menurunkan bajunya dari kepalanya.

"Mianhe." Dia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

SCATTERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang