Enjoyed..
..Author POV
Pagi hari sekali, sekitar pukul enam pagi, gadis berkudung segiempat putih itu sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Ia sudah menyiapkan sarapan untuk kakaknya yang akan berangkat bekerja.
Sherin mengetuk pintu kamar kakaknya dan berpamitan.
"Bang, Sherin pamit sekolah dulu ya. Assalamu'alaikum," pamitnya.
Sherin mempunyai satu Kakak laki-laki, namanya Muhammad Rizky Pahlevi, lebih sering disapa Kipe oleh Sherin. Mereka berdua anak yatim piatu, kedua orangtua mereka sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Kehidupan mereka berdua sebatang kara, hanya tinggal disebuah kontrakan kecil yang ada diujung kota.
"Uang sekolah kamu, abang simpen di meja" ujar Kipe yang sedang dikamarnya pun hanya menyahut.
Kipe bekerja sebagai montir yang gajinya tidak seberapa besar, kerja di bengkel sederhana milik tetangganya.
"Oh iya Sherin! Kalo pulangnya lebih cepet kamu, tolong langsung masak sayuran yang ada di meja ya," kata Kipe lagi.
"Iya bang, bawel banget dah," jawab Sherin sedikit menendang pintu kamar Kipe.
Kamar di kontrakan ini hanya dua, dapur dan kamar mandi ada di belakang, dan kamar mereka sangat dekat dengan ruang tamu yang sekaligus jadi ruang tv.
Sherin mengambil uang yang ada di meja di dapur. Hanya lima belas ribu ia jajan, itu juga kadang ia sisihkan untuk membantu kakaknya membayar kontarakan.
Ibu dan Ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil, pada saat Kipe lulus SMA, orangtaunya yang hendak melihat Kipe tergesa-gesa karena terlalu sibuk dengan urusan kantor mereka telat dan melupakan acara Kipe. Dan pada akhirnya buru-burunya itu berujung pada kecelakaan maut.
Pada saat itu, orang tua Sherin dan Kipe sedang pada massa jaya-jaya nya. Perusahaan yang mereka pegang sedang dalam posisi tinggi, tapi karena maut tidak ada yang tahu, setelah meninggalnya kedua orang tua Kipe dan Sherin, perusahaan itu terbengkalai tanpa pemimpin, hingga suatu hari orang yang tak bertanggung jawab mencuri hak asasi yang seharusnya milik Sherin dan Kipe.
Hingga saat ini.. Sherin dan Kipe harus pindah rumah karena rumah besar dan mewah mereka di sita karena tidak pernah membayar pajak.
***
Sherin mengkayuh sepedanya perlahan, berangkat ke sekolah hanya bermodalkan sepeda yang ia beli satu bulan yang lalu, biasanya hanya berjalan kaki, menempuh jarak lima kilometer dengan berjalan kaki, jika menggunakan angkutan umum, ongkosnya untuk pulang pergi tidak cukup, jadi ia bertekad mengumpulkan uang sendiri dan membeli sepeda, bukan sepeda baru, tapi sepeda lama yang masih layak pakai.
Diperjalanan banyak yang memandangnya takjub, Sherin bahkam sudah terbiasa, orang-orang kota mungkin melihat anak SMA elite menggunakam sepeda bagi mereka itu sangat aneh, bagi Sherin tidak sama sekali.
Perjalanan memerlukan waktu dua puluh lima menit. Merasa ada yang tidak beres dengan sepedanya, Sherin menepi dan melihat ban-nya. Ternyata kempes.
"Duh, mana baru setengah perjalanan lagi. Gimana nih, di daerah sini kan gak ada bengkel." Sherin celingukkan sendiri.
Dengan berat hati ia menuntun sepeda itu, tapi langkahnya terhenti sejenak ketika ada mobil hitam menepi didepannya, lalu turun seorang lelaki muda yang berseragam sama sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GirlXFriend [REVISI]
Ficção Adolescente[REVISI] #8 In teenfiction (Kamis, 06 September 2018) Bukan cerita tentang cowo atau cewe cupu, bukan cerita badboy bertemu dengan ice girl, dan bukan cerita tentang benci jadi cinta. Hanya sebuah cerita yang berawal dari pertemuan yang tidak disen...