TIGA

2.1K 148 25
                                    


Dari puluhan tempat yanga ada di istana Gyeongbokgung, ada salah satu paviliun kecil di tengah danau. Tempat ini, sering digunakan oleh seorang putri yang kini mendiami istana sedari dia lahir. Paviliun itu menjadi tempat yang biasa digunakan sang putri untuk belajar.

"Bunga teratainya belum tumbuh" Begitulah ucapnya saat langkahnya terhenti di tengah jembatan Chwihyanggyo ―jembatan yang menghubungkannya dengan paviliun Hyangwonjeong ―nama dari paviliun kecil itu.

"Sepertinya air di danau Hyangwonji terlalu keruh sehingga teratai tidak bisa tumbuh" Sang putri itu masih diam padahal dia sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Mata yang indah berkilau oleh air danau kala dia melirik dayangnya yang menjadi sanggung. Mata itu tak berekspresi, tapi hal itulah yang membuat sang sanggung merundukkan kepalanya lebih dalam.

"Sampai sini kalian tidak perlu mengikutiku" Ujar pelan sang Putri.

"Tapi yang Mulia Putri" Rengek sanggung yang sepertinya tidak menyetujui keputusan sang anak Raja.

"Apa kau sedang membantahku Jo sanggung" Sang Putri berbalik badan dengan dahi yang menyernyit tak suka. Rambut kepang satunya ikut bergoyang seiring gerak sang Putri.

Sedangkan dayang yang bermarga Jo itu terlihat ketakutan melihat ekspresi marah dari sang Putri. Bukan hanya dia saja yang terlihat ketakutan, para dayang nanin lainnya yang berdiri di belakangnya hanya menunduk dalam.

"Mohon ampuni hamba yang telah lancang" Sesal Jo sanggung dengan membungkukkan badannya dalam, sama halnya dengan para nain.

Sang Putri tak mengatakan apapun selain berbalik badan dan berjalan menuju paviliun Hyangwonjeong seorang diri.

Angin bertiup ringan kali itu, tapi mampu menerbangkan anakan rambut yang menyisa di telinganya. Rambut yang di kepang itu menggunakan pita merah hati yang tampak cocok dengan rambutnya yang indah.

Angin juga mampu mempermainkan chimanya yang juga berwarna merah crimson dengan ujung chima ada sulaman benang kuning emas yang membentuk pola krisan yang apik. Walau begitu sang Putri tak pernah kesulitan untuk terus melangkah.

Dia melangkah pasti memasuki arena paviliun yang banyak ditumbuhi tanaman. Udara terasa sejuk disini, banyak pohon rindang yang ditanam.

'Oleh sebab ini aku ingin pergi dari istana ini' Ujarnya merana didalam hatinya yang sepi. Mata itu kembali berlari ke jembatan tempat diamana Jo sanggung dan nainnya yang menunggunya.

'Bahkan air danau Hyangwonji tak lebih kotor dari istana'

.

.

PRINCE OF JOSEON FROM JAPAN

© K. Natsuki

NARUTO © MK-SENSEI

FICTION│T│NARUFEMSASU

ROMANCE│FRIENDSHIP│TIME TRAVEL│JOSEON!AU

.

.

Jam yang melingkar di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul 8. Gemertuk di gigi terdengar saat dirinya menggeram kesal. keringat sudah memanaskan dirinya pagi itu. Tapi ini sudah di hitung siang oleh si bocah SMP tahun ke-2.

Peluh itu sudah melepekkan rambut pirang di atas kepalanya. Berkali-kali tangan berkulit khas musim panas itu menyeka keringat dipelipisnya, tapi langkah kakinya yang semakin cepat, menyebabkan keringatnya terus bercucuran deras.

"Ah, sial!" Gerutunya saat tiba di gerbang tinggi SMP Fukui.

"Bocah bokong ayam itu malah tidak membangunkanku" Lagi-lagi si bocah pirang itu berdumal.

Prince of Joseon from JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang