Tetap menuliskanmu adalah kesalahanku yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Pertama.
Saat menuliskanmu, aku harus kembali lagi pada ingatan-ingatan yang menghubungkan semua denganmu. Sementara aku sudah berusaha agar tidak payah dalam hal melupakanmu.Kedua.
Saat menuliskanmu, aku harus bersiap kembali membuka luka lama yang selama ini sudah dengan susah payah kuobati sendiri — ya, aku sendiri. Kamu mana peduli.Ketiga.
Saat menuliskanmu, aku harus berhadapan dengan diriku sendiri. Sebab logika berkata agar berhenti saja, tapi hati selalu tak ingin menyudahi.Ah, ternyata aku hanya terlalu setia pada luka dan berpura-pura melupakannya.
Dan aku masih terlalu pandai dalam hal berpura-pura bahagia.
—SatuHuruf
#SunyiBerbunyi