Habis kata, mulut membusa
lalu apa?
Menenteng toak dan melatahi orang?
Tak puas, lantas bikin api unggun dimana-manaEsok atau setahun lagi,
atau seabad lagi, apa bedanya?
Baik jadi hantu saja!
Toh, Tuan lebih suka tokek bernyanyi
ketimbang tawa anak sendiri,
apalagi suara tangisEs campur di pinggir jalan
satu sendok pun Tuan tak habis
Sisanya meleleh, disemuti
mana peduli?Ah, nasib!
Tangerang, Februari 2011