Menghentakku dalam samar hari
melompati garis tipis;
jeda antara Kau dan aku
Meresap dalam pilu,
menanam ikhlas di hati:aku sudah mati
Tertatih mengikis waktu,
rapat terbelenggu kelam harap
Retak kalbu mata melekat
cumbui sayap-sayap patah
mendamai berkalang gersang bumiDi ujung cahaya-Mu aku memupuk
kepingan asa dan berinya bentuk
Namun andaipun sepekat darah,
tetaplah menunduk dan rebah
di dasar palung
temani suram
hingga masa bertiup
dan menghitamHitam...
Dalam hitam ia mengalun, menghambur
tenang bersahaja di pelukan-Mu
Memecah lagi kepingan
kian merapuh,
terenyuh,
jatuh,
remuk tak berbentukDan di akhir gelap-Mu
kumengapit jiwa
dan hati berserakan,
berdesau lirih mengemis
menanti kepastianBila tiba cahaya sang pagi,
aku tahu, Tuhanku,
aku sudah matiMATI
Mati dari rapuhku
meremas jiwa sepenuh kemarin
Mati dari jatuhku
menyayat diri semalam sungguhMaka menghentakku dalam samar hari
melompati garis tipis
dari hidup menuju matiMati rasa untuk berhenti.
Tangerang, Maret 2014