UNDANGAN PERTUNANGAN
Divia terus melancarkan pukulan ke arah samsak berwarna hitam di hadapannya. Bryan dengan setia menunggui wanita itu berlatih Thai Boxing di basement rumah pada minggu sore.
Beberapa kali Bryan memberinya handuk untuk menyeka peluh yang menghiasi wajahnya.
Yudha masuk ke basement dan membawakan sebuah amplop untuk Divia. Katanya dari Neil. Divia menerimanya dan melihat sebuah undangan pertunangan dengan nama Neil di dalamnya bersama nama seorang wanita, Pooja Shankar Sharma.
"Hah! Akhirnya dia dijodohkan juga dengan wanita asli India," ujar Divia.
"Harusnya disana tertulis namamu...," sindir Bryan.
Divia melotot.
"Itu hanya akan terjadi jika nama pria itu yang bersanding denganku," Divia berkata dengan galak.
Bryan tertawa.
"Ya..., jika dia kembali...," balas Bryan.
Baru saja Divia akan merajuk karena jawaban Bryan, tiba-tiba ponselnya berdering. Wanita itu segera mengangkatnya.
"Ya..., kenapa?," tanya Divia dengan nada malas.
"Begitu caramu menjawab telepon dari calon suamimu?," dengus Arka yang jengkel.
Divia semakin malas mendengarkannya.
"Ayo bertemu di HNN Mall..., Moreno, Bella, Arizh, akan menunggu disana," ajak Arka.
"Mau apa?," tanya Divia lagi.
"Mencari hadiah untuk pertunangan Neil..., kau sudah terima undangannya kan?," Arka menghentikan mobilnya di tempat parkir HNN Mall.
"Baiklah, aku segera kesana."
Divia menyimpan ponselnya setelah berkirim pesan dengan seseorang. Ia pun bergegas mandi lalu buru-buru pergi menuju HNN Mall.
Di sebuah food court ia melihat orang-orang yang sudah menunggunya disana. Bryan mengikutinya seperti biasa.
"Tidak bisakah Bryan tak mengikutimu sekali saja?," tanya Arizh.
"Tidak bisa Ar..., dia memang harus selalu ikut kemanapun aku pergi," jawab Divia.
"Kecuali jika dia pergi denganku," ujar seseorang yang ternyata adalah Ari Marhiiz.
Divia langsung membatalkan niat untuk duduk dan segera memeluk Ari dengan erat.
"Marhiiz!!!," Divia bersorak riang.
Ari hanya tertawa dengan tingkah Divia. Arka bangkit dari kursinya dan segera memisahkan kedua insan yang sedang bermesra-mesraan itu secara paksa.
"Berhenti pegang-pegang calon permaisuriku!," bentak Arka.
Ari melongo. Divia menjitak kepala Arka dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Divia ; Cinta Tak Berbatas
Teen Fiction[COMPLETED] Ini bukan tentang kisah cintaku. Ini tentang kisah cinta kami. Ya..., kisah cinta kami. Kami, yang mencintai Divia. - Arizh Alfredo - Aku dan Divia. Hanya aku dan Divia! Tak boleh ada yang lain!!! Dia sahabatku!!! - Bella Maureen Motkhva...