BAGIAN 4

3.5K 255 45
                                    

Dimas's POV

Dimas Nugraha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimas Nugraha

Flashback On

Plakkk!!!

Aku memukul kepala Neil dan Moreno secara bersamaan. Keduanya menoleh ke arahku dan bersiap membalas. Aku hanya bersikap santai seraya membetulkan letak kacamataku.

"Itu hukuman karena udah buat gue nunggu kaya' orang bego di perpustakaan selama satu jam!," kataku gemas.

Mereka berdua terlihat terkesiap dan mencoba ingin mengalihkan perhatianku. Aku bersidekap sambil memasang tatapan tajam ke arah mereka.

"Gini Dim..., tadi..., itu..., kita lagi...," Neil bicara terbata-bata.

"Bergosip!!!," kata-kataku semakin kubuat tajam.

Neil menatap Moreno dan meminta bantuan. Aku menghela nafas, sebenarnya kerena jengkel, tapi akhirnya aku malah merasa lelah dengan sikap kedua sahabatku itu.

"Kita nggak ngegosip kok..., kita lagi ngomongin kurikulum tahun ini," kata Moreno.

Dalam hati, aku ingin sekali tertawa keras, sekeras-kerasnya saat mendengar kebohongan Moreno. Tapi karena aku sedang dalam mode jengkel level Dewa, maka aku hanya berpura-pura memasang wajah dingin.

"Sejak kapan ngomongin cewek bernama 'Pinky' termasuk dalam kurikulum di sekolah kita?."

Moreno dan Neil membeku di tempatnya. Akhirnya tanpa kuminta, mereka pun menjelaskan apa yang terjadi tadi saat Bella dan cewek itu ada di hadapan Moreno. Aku hanya diam, karena sejujurnya aku sudah tahu. Aku sudah tahu tentang cewek itu.

Aku sedang di perpustakaan tadi, Moreno mengirim pesan dan mengatakan sedang berjalan menuju ke perpus. Namun setelah lima belas menit tak kunjung datang, aku pun keluar perpus untuk mencarinya. Pada saat itulah aku juga melihat Neil yang sedang mengawasi Moreno dan Bella.

Cewek itu. . .

Cewek dari kelas X-1.

Kelasku.

Dia hanya cewek biasa di kelasku. Yang aku tahu, dia tak punya satu orang teman pun di kelas. Kerjaan yang paling sering dia lakukan adalah menghilang dengan cepat ketika pelajaran berakhir. Aku selalu menyimpulkan kalau dia tak betah berada di kelas.

Pinky. Itu bukan namanya. Setiap guru yang memanggilnya di kelas ketika menyuruhnya untuk mengerjakan soal di white board selalu menyebut namanya. Divia. Namanya Divia. Divia Astrid.

Bagaimana aku mengenalnya?

Jawabannya sederhana. Pertama, karena dia sering dipanggil oleh guru untuk mngerjakan soal. Kedua, karena dia ketua kelas di kelasku. Ketiga, karena aku menyukainya.

Ya. Aku menyukainya.

Dia cewek paling berbeda di kelasku, tak peduli dengan siapa dia bicara, tak peduli dari keluarga mana, tak peduli pintar atau bodoh. Dia tetap seperti itu. Menjadi dirinya sendiri dan tak membeda-bedakan orang lain.

Tak pernah ikut menjerit sok imut ketika Arka Alexander lewat di depan kelasku. Dia juga tak pernah mencari tahu siapa Arka Alexander seperti cewek-cewek lain. Tidak KEPO! Tidak suka bergosip. Tidak suka gelap.

Ponselnya masih ponsel jadul berwarna pink-hitam, dengan satu gantungan berbentuk Bintang di ujungnya. Parfumnya selalu menebarkan wangi beraroma J-Lo Still, aku dapat menghirup aroma itu setiap kali duduk di sampingnya.

Ya. Aku duduk di sampingnya. Tapi dia tak terlalu mengenalku karena dia tak terlalu banyak bicara. Kami hanya berinteraksi hanya jika saling membutuhkan.

Saling membutuhkan? Ada perlu apa dengannya?

Dia sering meminjam ballpoint-ku jika miliknya tertinggal atau hilang, dan aku suka saat mendengar suaranya ketika berbicara denganku.

"Bisa pinjam ballpoint-mu Mas?," katanya.

Aku ingin sekali tertawa setiap kali dia memanggilku 'Mas', bukan 'Dim', seperti yang biasa orang lain lakukan. Terkadang aku merasa sangat tua ketika dia memanggilku begitu, tapi aku membiarkannya. Aku suka saat dia memanggilku begitu. Karena hanya dia yang memanggilku begitu.

Lalu, perluku apa dengannya?

Aku sering meminjam buku catatannya jika aku sedang malas mencatat. Dia tak pernah meng-iya-kan jika aku meminjam, tapi langsung memberi bukunya begitu saja lalu menghilang lagi secepat kilatan cahaya untuk meninggalkan kelas.

Aku seperti stalker terhadapnya?

Ya, memang! Bukankah sudah kubilang kalau aku menyukainya?

★★★

Happy reading...
Masih berlanjut...
Jangan lupa comment and vote ya...
Thanks my editor Unnissi13

Divia ; Cinta Tak BerbatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang