End

1.8K 248 25
                                    

"Sasuke, masih tidak bisa dihubungi, ya?"

Pertanyaan tersebut membuat gerakan tangan, Naruto yang akan menyuap keripik kentang terhenti. Dua saudaranya yang lain menatapnya penasaran, menanti jawaban dari pertanyaan satu-satunya perempuan diantara mereka.

"Tidak." jawab Naruto, tanpa pikir panjang. "Aku juga tidak peduli dia pergi kemana. Mau si Teme itu hidup atau mati aku tidak peduli." gumamnya dengan wajah cemberut. Si Teme itu sudah menghilang selama seminggu. Bayangkan bagaimana jengkelnya Naruto mencarinya sambil mengutuk tanpa henti.

Deidara memutar mata melihat tingkah kekanakan kakaknya tersebut. "Serius? Kau tidak akan menangis jika si Uchiha itu mati sungguhan?" tanyanya main-main.

Naruto yang mendengar itu justru melempar keripik kentang ditangannya kearah Deidara. "Kau mendoakannya mati?!" pekiknya kesal bukan main.

"Aku cuma bercanda! Kenapa kau serius sekali, sih?" Deidara menghalau serangan bantal yang bertubi datang padanya.

"Astaga!" seru Kyuubi, kaget dengan kelakuan adik-adiknya. "Bereskan itu!" perintahnya.

"Kak Naru yang bereskan." gumaman Deidara mendapat pelototan sadis dari Naruto, membuatnya ciut tidak bisa membantah lagi.

Beberapa saat setelah hening dan hanya terdengar suara televisi. Bel berdering di apartemen sulung Namikaze yang lumayan luas.

Melihat tidak ada yang bergerak membuka pintu. Naruko yang sedari tadi hanya memainkan handphone mendengus, beranjak kearah pintu.

Naruko menyuruh tamunya masuk dan ia kembali ke ruang dimana saudaranya yang lain bersantai. "Dei, ada yang mencarimu." ujarnya, memberitahu si bungsu yang sedang membersihkan remahan keripik kentang.

"Siapa?" tanya Deidara. Keningnya berkerut bingung.

Naruko mengedikan bahunya, menunjuk kearah belakang dan ada seseorang berjalan mendekat.

Deidara melotot kaget.

Naruto yang penasaran ikut melirik.

"Sa-Sasori-danna!" serunya nyaring. Setengah tidak yakin jika pria berambut merah itu benar Akasuna Sasori.

Sasori yang dipandangi oleh keempat Namikaze bersaudara tersenyum kikuk. "Hai." sapanya kaku.

Naruto merasa melewatkan sesuatu di sini. Tapi, ia tidak mengeluarkan suara, hanya menatap Deidara dan Sasori bergantian.

Deidara sendiri hanya tersenyum malu-malu. Mempersilahkan Sasori untuk bergabung bersama mereka.

Saat si Akasuna berwajah babiface mendekat, Naruto tidak membuang kesempatan untuk bertanya. "Sejak kapan kalian dekat?" tembaknya langsung tanpa basa-basi.

Melihat Sasori yang tampak kesusahan menjawab. Deidara menyela terlebih dahulu. "Itu... Kami kenal tanpa sengaja, hanya itu." jawabnya asal.

Naruto tidak percaya ucapan adiknya yang pandai berakting. Ia menatap Sasori tajam, tau jika pria berambut merah itu kesusahan untuk berbohong.

"Anu... Kak. Kami harus pergi." Deidara berdiri tergesa sambil mengamit tangan Sasori untuk mengikutinya.

"Jangan pulang larut malam." pesan Kyuubi, acuh tak acuh.

Sedang Naruto mendengus. Ia butuh penjelasan dari Sasori. Apa maksudnya mendekari adiknya. Naruto berdiri menyusul Deidara dan Sasori.

"Tunggu!" cegahnya saat kedua orang itu sudah didepan pintu. "Aku masih penasaran—"

"Sebenarnya, Naru..." potong Sasori, mengantung kalimatnya. "Aku dan Deidara sekarang dekat. Mungkin agak canggung bicara ini padamu. Tapi aku... Ibarat tidak dapat kakaknya, adiknyapun jadi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLOWER BOYS: Next Door(Versi SasuNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang