Red Moonlight: Konflik

145 8 0
                                    

"Kau pikir aku yang melakukannya?" tanya Sanji.

"Siapa lagi?" bantah Nami.

"Dan kau pikir aku mendekatimu karena hendak memangsamu?"

"Untuk apa lagi?"

Sanji menghela napas. Ia kembali melembutkan tatapannya. "Aku benar-benar jatuh cinta padamu, Nami-san. Kau mungkin tak percaya, tapi aku ingin melindungimu dari... AWASSSSSSSSSSS!"

.

SYUTTTTTTT...

.

Sanji menarik lengan Nami tepat saat sebuah bayangan melesat cepat di atas mereka, membuat bayangan itu gagal menyahut Nami yang posisinya lebih tinggi karena berdiri di atas kursi.

"Dia datang," bisik Sanji.

Kecepatan mengerikan itu dan hawa dingin yang menusuk saat dilewati, tak salah lagi, Nami mengenalinya sebagai... "Ada vampir lain?"

Sosok misterius itu berdiri di tengah lintasan karpet merah yang memanjang di depan altar. Kemudian, ia menoleh. Rambut peraknya tergerai panjang. Dan taring di mulutnya jauh lebih besar dan panjang dari milik Sanji, membuat rahang atasnya maju seolah menyerupai moncong binatang buas. Singa.

"Ternyata kau, Pak Guru Absalom?" seru Nami terkejut.

Vampir yang disebut Absalom itu terkekeh. "Kukira kau akan mencuri start, bocah, jadinya aku tak bergerak. Kebetulan aku memang bisa melihat kalau keagresifanmu padanya berbeda dengan siswi-siswi lain yang kau dekati sebelumnya," katanya pada Sanji. "Tapi harusnya dari awal aku percaya bahwa vampir lemah sepertimu yang selama ini bersikeras menolak darah segar yang langsung dihisap habis dari leher manusia, tak akan sanggup memangsanya."

"A-Apa?" kali ini keterkejutan Nami lebih besar dari yang tadi. Ja-Jadi Sanji memang jujur padaku? Tapi, aku tak pernah mendengar penjelasan dari organisasi bahwa ada jenis vampir yang seperti Sanji, batinnya.

"Sekarang, serahkan pengantinku yang ke-7 itu padaku," lanjut Absalom menjulurkan tangan.

"Berarti kau mengakui kalau keenam korban sebelumnya memang perbuatanmu?" kata Nami.

"Pengantin?" sambung Sanji semakin bersikap protektif terhadap Nami. Ia maju sedikit sambil tetap merentangkan salah satu tangannya untuk menutupi Nami. "Jangan membuatku tertawa dengan sebutan itu."

"Terserah aku mau menyebutnya dengan apa. Toh, sebelum kumangsa, mereka semua kupakaikan gaun pengantin dulu. Kau tahu darah perawan sungguh lezat. Mereka murni, suci, dan akulah yang akan menodainya."

Ouch, pikir Nami. Guru ini pasti juga sangat mesum.

"Nami-san bukan pengantinmu!" bentak Sanji. Lagipula, tadi ia sudah nyaris membuatnya tidak perawan lagi.

"GARURURURU...," Absalom tertawa dengan aksen aneh. "Kau tak akan bisa mengalahkanku. Vampir yang tak pernah menjaga nutrisi darahnya seperti kamu sangatlah lemah jika dibandingkan denganku."

"Apa maksudnya?" tanya Nami mulai khawatir.

"Dia benar," jawab Sanji. "Nutrisi terbesar vampir tetaplah berasal dari darah segar manusia hidup, bukan dari kantong darah maupun darah hewan meski hal itu bisa dijadikan substitusi makanan. Analogikan saja dengan perbedaan nutrisi dari sayur dan daging berlemak bagi manusia, mana yang lebih menyehatkan dan kuat."

Nami bisa melihat bulir keringat Sanji yang amat sangat jarang terjadi itu.

"Ayo serahkan," lanjut Absalom.

Two MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang