EPILOG

4.8K 695 192
                                    

Arga mengetuk-ngetukkan jarinya di meja dari kayu Jati, bosan menunggu. Baru saja dia tiba di Bawanapraba untuk melapor pada Sang Prabu tapi yang dicari sedang tidak berada di tempat. Pemuda itu menghela napas, dia tidak tahu berapa lama waktu di bumi sudah berjalan. Setahun? Dua tahun? Dalam hati dia ingin tahu bagaimana kabar Timun sepeninggalnya. Apakah pangeran Mataram tersebut memenuhi janji?

Suasana ruang singgasana sepi, tidak ada dayang-dayang, tidak ada pengabdi Sang Prabu, termasuk Adipati Utara, padahal Arga yakin makhluk itu yang pertama kali mengejeknya. Dia menunggu selama beberapa saat lagi sebelum memutuskan berdiri. Mungkin dia bisa ke Bale Ndeleng Tebeh, melihat keadaan di bumi sambil menanti, apapun asal dia tidak tertidur.

"Kukira kamu gagal melakukan tugasmu." Suara yang sangat familiar membuat langkah Arga berhenti.

"Ck! Hantu Comberan," decak Arga menoleh ke arah Adipati. "Aku malah mengira kamu sudah tewas dalam misi."

"Kurasa itu lebih terhormat daripada tertidur dua puluh tahun," balas pemuda tampan itu tertawa mengejek.

Wajah Arga berubah masam sebelum sebuah seringai muncul. "Setidaknya aku membantu seorang gadis daripada seseorang yang aku dengar menghunuskan pedang di hadapan perempuan."

Kali ini giliran rona merah menjalar di wajah Adipati Utara, kombinasi antara marah dan malu. "Kamu tidak tahu kelakuan Bawang Merah!"

Arga tertawa kencang karena berhasil membalas. "Yah, setidaknya kamu kembali utuh dan berhasil melakukan tugasmu. Kukira kamu akan merajuk dan pulang dengan tangan kosong."

Adipati men-jendul kepala Arga hingga sahabatnya membalas dengan pitingan di leher sambil tertawa-tawa.

"Apa kamu tahu di mana Sang Prabu?" tanya Arga setelah terlibat perkelahian main-main.

Adipati mengangkat bahu. "Aku tidak tahu, setelah melapor dan menyerahkan kristal, aku hanya duduk-duduk."

"Dan menganggu dayang-dayang," tambah Arga membuat Adipati melirik tajam.

"Kamu sendiri mau ke mana?" Pemuda itu mengalihkan pembicaraan.

"Ke Bale Ndeleng Tebeh."

"Cie, yang tidak bisa move on," goda Adipati menyeringai.

"Aku hanya memastikan pekerjaanku selesai dengan baik." Arga tetap berjalan cuek sementara Adipati berulang kali menggoda sahabatnya yang dibalas dengan memutar bola mata.

"Sst!" Arga menyikut Adipati.

"Ap--"

Tangan Arga membekap mulut berisik pria itu sambil memberi kode dengan tatapan mata pada sesosok pemuda yang memakai cermin berbingkai ukiran dari kayu jati di tengah bale. Mata Adipati membulat sebelum mengerling jahil. Arga melepas Adipati sebelum membalas dengan seringai yang sama. Mereka berdua berjalan mendekati pemuda yang dikenal sebagai Hulubalang Selatan dari belakang sambil mengendap.

Di dalam cermin muncul seorang gadis yang mereka kenal sebagai Sana Oka, salah satu pengabdi Sang Prabu. Gadis yang cukup menonjol di antara pengabdi yang rata-rata pria. Arga sendiri hanya beberapa kali berinteraksi dengan perempuan berwatak keras tersebut. Seringai Arga dan Adipati makin lebar ketika menyadari tatapan lembut Hulubalang kepada Sana Oka.

"Cantik, ya?" Arga berakting serius sambil manggut-manggut.

"Oh, jadi seperti ini seleramu?" timpal Adipati membuat Hulubalang tersentak dan menghilangkan gambar Sana Oka sedang mengelilingi bangunan bergaya Nias di cermin.

"Ka-kalian ma-mau pakai?" Dia menoleh ke arah kedua pemuda yang memandangnya geli. "Si-silakan!"

Dalam hitungan detik, Hulubalang kabur dari hadapan mereka, membuat Arga dan Adipati high five sebelum tertawa terpingkal.

"Aku tidak menyangka mereka berdua memiliki hubungan khusus," celetuk Adipati sementara Arga mengetuk-ngetuk cermin.

"Aku juga. Aku bahkan tidak menduga ada yang menyukai Sana Oka." Arga memusatkan perhatiannya pada cermin yang mulai menampilkan bayangan seorang wanita berusia awal dua puluhan.

"Hei! Sana Oka itu cantik!" bela Adipati. "Cuma kekeraskepalaannya yang bikin pusing. Wah! Pantesan kamu betah dua puluh tahun mencari kristal! Timun cantik bange--"

Kepalan tangan Arga mendarat di kepala Adipati membuat sahabatnya meringis kesal. "Jangan ganggu Timun! Lagipula, dia sudah menikah!"

Senyum Arga melebar ketika melihat sang pangeran memeluk gadis itu mesra. Ternyata sudah lebih dari lima tahun waktu berjalan dan kedua orang itu terlihat bahagia. Untunglah, kecerobohannya tidak berakhir bencana. Kini, dirinya bisa lega.

Terdengar suara gong menggema di seluruh Bawanapraba. Arga langsung tersentak dan menghilangkan gambar di cermin. Sang Prabu sudah datang dan dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melapor.

"Aku pergi dulu, jangan sampai matamu berair karena memandang Bawang Merah terlalu lama!"

Arga tertawa sambil menghindari pukulan Adipati yang kesal, sebelum berlari ke ruang singgasana. Di sana Sang Prabu telah duduk di kursi, agung dan berwibawa. Senyum tersungging di wajah keriputnya ketika melihat Arga.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya ramah setelah Arga memberi hormat.

"Baik, Prabu." Arga membalas, sebelum mengeluarkan serpihan kristal pusaka. "Saya telah berhasil melakukan tugas saya."

Sang Prabu memperlebar senyum sambil menggerakkan kristal tersebut ke tangannya. "Kerja bagus, Arga." Beliau terdiam sejenak, memandangi Arga sebelum akhirnya berkata, "Sepertinya kamu mendapat banyak pelajaran berharga kali ini."

Arga bungkam. Junjungannya tentu tahu segala yang terjadi, termasuk kelalaian yang dia lakukan, tapi alih-alih murka dan menghukum, Beliau memilih untuk tersenyum dan paham. Hal yang membuat Arga makin respek dengan pria tua tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

"Ya, Prabu." Akhirnya dia berbicara setelah kesunyian menggantung lama. "Jika tidak ada yang ingin Prabu sampaikan lagi, saya akan undur diri."

Sang Prabu menganggukkan kepala mempersilakan. Arga segera memberi hormat dan berjalan mundur beberapa langkah sebelum membalikkan badan. Sambil menghela napas, pemuda itu melintasi istana Bawanapraba, membiarkan pikirannya merekam kuat prinsip yang dia pegang saat ini.

Jangan malas.

__________________________________

Akhirnya selesai jugaaaaa~ Mungkin kisah ini ga seepic seri Twisted Folktales lain tapi aku cukup menikmati dalam menulis.

Terima kasih sudah menemaniku berpetualang bersama Arga ^^ semoga kita dapat bertemu lain kali :D

Aku suka dengan karakter Arga, jadi mungkin aku akan membuat extra chapter untuk membahas dia lebih banyak XD

Segitu aja deh. Kalau ada saran, plis jangan sungkan komen. See you when I see you!

Adipati Utara by HalfBloodElf
Sana Oka by mamijevon
Hulubalang Selatan by ....
Twisted Folktales by AryNilandari

[END] Timun Mas - Twisted Indonesian FolktalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang