-Tiga Puluh Tiga-

4.7K 380 18
                                    


"Bantuin gue nyatuin kembali bokap sama nyokap?"

"Gue sih mau. Caranya?"

"Gampang. Lo ada bukti cadangannya enggak?"

"Kenapa sih lo selalu nanya bukti? Kesel gue kalau kayak gini terus, seakan-akan tuh gue bicara bohong!" ucap Rebecca yang sudah tersulut emosi.

"Hei, hei! Bukan gitu, Becc. Maksudnya gini, nanti gue ketemuan sama Papa dan ngasih bukti itu ke dia. Gue bisa percaya sama lo. Tapi Papa?"

Rebecca terdiam mendengar penuturan David. Ia menatap langit-langit rumah sejenak lalu menatap David kembali. "Semua bukti sama Megan. Itu aja yang dapat Gia."

"Boleh mintain ke dia?"

"Boleh. Jadi kapan mau ketemu sama bokap lo?"

"Sampai buktinya lo kasih gue."

Rebecca : Van, bilangin sama anak-anak besok siang ngumpul. Sama Megan suruh bawa buktinya.

•••

Siang ini mereka kembali berkumpul. Bedanya, kalau seperti biasa mereka berkumpul di sebuah café, maka kali ini mereka lebih memilih di warung soto ujung jalan daerah Jakarta Selatan. Lebih tepatnya di dekat stasiun Tebet.

"Jadi mau ngomongin apa lagi?" tanya Atha.

"Makan dulu aja, Tha. Baru ngobrol-ngobrol," sahut Leon.

Mereka semua setuju dan langsung memesan enam porsi soto ayam ditambah tiga gelas es teh manis dan tiga gelas es jeruk. Tidak lama kemudian makanan datang dan mereka menyantapnya dengan lahap apalagi Gia, Atha, dan Evan yang banyak menuangkan sambal ke dalam mangkuk. Leon mengambil empat tusuk telur puyuh dan dua tusuk sate usus. Setelah semua kenyang barulah obrolan dilanjutkan.

"Bukti yang dikasih Gia lo bawa kan Meg?" tanya Evan.

"Enggak."

"Tapi masih ada kan?" kini Evan yang bertanya.

"Enggak. Datanya hilang," jawab Megan tenang.

"Anjir! Datanya hilang? Kok bisa?"

Megan mengangkat bahunya. "Enggak tahu, ah. Udah gue balik duluan."

"Aneh tuh anak," ucap Leon yang langsung pergi meninggalkan mereka disusul Evan dan Atha, menyisakan Rebecca dan Gia yang terdiam di tempat ini.

"Kita harus ikutin Kak Megan."

"Setuju."

•••

Flashback on

"Gue tahu lo capek nyembunyiin ini semua," ucap seseorang yang entah dari mana datangnya dan langsung duduk di samping Megan.

"Sarah?"

"Gue tahu lo suka sama Leon? Lo sayang sama David? Tapi lo enggak bisa mendapatkan salah satunya? Benar begitu?"

Tanpa ragu Megan pun mengangguk.

"Gue tahu, lo hancur saat Leon nembak sahabat lo itu? Betul? Apalagi saat David lo itu tunangan dadakan sama Rebecca?Lo terlalu munafik Meg untuk mengakui itu semua."

ShiverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang