Bacanya sambil dinikmati. Happy reading!"Bunda mau Abang ambilin apa?" tanya Milo kepada Rebecca yang sedang duduk di sofa sambil memegangi perut besarnya.
"Telponin ayah aja deh, Bang. Bilangin ya, Bunda nitip rujak yang asem dan suruh pulang cepet."
Milo mengangguk dan bocah itu berlari menuju telepon rumah yang jaraknya tak jauh dari tempat Rebecca duduk sehingga ibu hamil itu dapat mendengar percakapan antara bocah dan seorang ayah di seberang sana.
Bocah itu berjalan menuju ke dapur mengambilkan segelas air putih dan diberikan kepada Rebecca. Tak lama kemudian David datang membawa pesanan Rebecca dan Milo berlari riang memeluknya.
"Abang abis ngapain sih? Kok seneng banget?" tanya David menatap Milo.
"Tadi adek nendang, Yah. Kayaknya dia pengen ketemu Abang deh. Keluarnya kapan sih? Dijemput di mana? Jauh gak?"
David terkekeh sambil membawa Milo dalam gendongannya menuju Rebecca. "Nih rujaknya. Mau apa lagi?"
"Ambilin piringnya dong, Sayang. Kamu gimana sih!"
Ia pasrah dan segera mengambil piring di dapur. Ketika ia kembali ternyata Rebecca dan Milo sudah duduk di meja makan sambil tersenyum penuh arti. "Ada apa sih?"
"Apa?" sahut Rebecca.
David membukakan bungkusan rujak itu dan meletakkannya ke atas piring. Rebecca menggigitnya lalu mencocol buah asam itu ke dalam sambal. Milo tersenyum geli di seberang sana melihat David yang menelan ludahnya karena ngilu.
"Kamu makan ya? Aku udah kenyang mau tidur."
"Hah? Kamu serius?"
"Iya, Yah. Bunda serius," sahut Milo. "Bunda kasihan deh tadi bantuin Milo ngerjain pr."
"Kamu makan ya, Dav. Habiskan. Bisa mubazir soalnya," katanya sambil memerintahkan Milo mendekat ke arahnya. "Bang, awasin ayah, ya. Kalau rujaknya dibuang bilang ke Bunda."
"Siap, Bun."
Rebecca mulai gila, batin David berkecamuk.
•••
David menatap istrinya yang berjalan kesusahan di depannya. "Jadi prediksi lahirnya kapan?"
"Entah minggu ini atau beberapa hari lagi. Sumpah sakit banget."
Ia meringis pelan lalu membantu Rebecca berjalan menuju ke mobil. "Kayak apa sih sakitnya?"
"Kayak gitu. Eh aku mau martabak."
"Martabak apa?"
"Martabak telur."
"Telur apa? Ayam atau bebek?"
"Puyuh."
David melongo mendengar kalimat Rebecca. "Lumpia telur?"
"Bukan."
"Terus?"
Rebecca mendengus pelan. "Jadi, bahan utamanya martabak manis itu lebih tepatnya yang masih polos gitu loh, Dav. Kamu paham gak?"
David mengangguk. "Paham kok."
"Nah pas udah jadi kan seharusnya pakai mentega ya. Nah aku pengennya ada telur puyuh yang digoreng setengah matang terus ditaruh di atasnya. Dan aku mau itu kamu yang makan."
Anjir, istri gue beneran gak waras, batinnya.
"Kamu enggak mau ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiver
Teen Fiction"Mulai hari ini, lo jadi pacar gue," kata David santai. Rebecca tersentak dan ia tersenyum kecil. "Emangnya lo siapa? Anaknya gubernur? Cucunya presiden?" "Semua ini akan sempurna kalau kita bersatu." "Kepercayaan diri lo oke juga," balas cewek i...