Senin pagi, di Udara yang masih lembab. Aku sudah menyibukan diriku di dapur.
Aku yang tengah mengenakan seragam sekolah berlapis apron berwarna biru ini, mencoba memotong-motong sayuran dengan gerakan kaku.
"Arumi, jangan dimakan terus! Itu timunnya tinggal sedikit! " protes Ibuku yang tengah mengaduk-ngaduk wajan berisi Nasi goreng yang hampir jadi.
Aku memang tidak terlalu suka memasak, tapi demi membuat nasi goreng untuk Reyhan aku putuskan untuk terjun langsung ke medan dapur, walau kenyataannya Mamaku lah yang memasak.
Sedangkan aku hanya bertugas memotong-motong dan menghias saja. Tapi tidak apa-apa yang pentingkan niatnya.
"idiiihh, lebay banget sih... bekal nasi goreng aja, pake loppe-loppe."
Aku memutar bola mataku kala mendengar ucapan nyinyir dari Andira.
"Biarin! biar pesan cinta aku langsung sampai ke hatinya Kak Rey..."
ucapanku hanya dibalas senyuman kecut dari Andira.Dia memang selalu seperti itu. Menampilkan wajah bosannya ketika mendengar aku yang selalu membicarakan tentang Rey.
Padahal dulu aku sempat berpikir mungkin saja Andira menyukai Reyhan juga.
Tapi melihat bagaimana sikapnya, yang tidak terlalu berminat saat membicarakan teman masa kecil kami itu.
Membuatku bernapas lega, setidaknya aku yakin Andira hanya menganggap Rey sebagai sahabat.
______
"Kaaakkkkk Reyyyyy...."
Aku melambai-lambaikan tangan ku dari dalam jendela mobil ayahku Ardi wijaya, yang sudah memasuki halaman sekolah.
Sebelum turun aku dan Andira mencium punggung tangan dan kedua pipi Ayahku dahulu.
Ini sudah menjadi rutinitas kami, karena ayah selalu mengantar kami pergi ke sekolah dahulu, sebelum ia bekerja.
Reyhan menghampiri mobil kami dan memberi salam pada ayah Ardi.
Ah, aku suka moment ini seperti menantu bertemu mertua saja.
Dengan riang aku keluar, dan menggandeng tangan Rey.
Tidak perduli dengan tatapan sinis siswi-siswi yang menganggapku seperti cewek centil.
Aku maklumi karena mereka memang tidak tahu, kalau aku sudah biasa melakukan ini pada Rey, sejak kecil.
Rey tersenyum dan mengelus kepalaku. Ah, senangnya!
Tapi kesenanganku seketika direnggut oleh Andira, yang menarik Reyhan menjauh.
"Rey, Kita harus ke ruang OSIS sekarang! Kita ada rapat OSIS, 30menit sebelum bel masuk!"
Andira mengatakannya sambil mengedipkan satu matanya ke arah ku."Dasar kakak durhaka!! "
"Iyaudah Arum, Kakak duluannya. Kamu langsung masuk kelas aja! "
pamit Rey dengan senyum tiga jarinya.Aku hanya membalas dengan senyuman hambar.
Setelah tubuh Rey menjauh bersama Andira. Aku menghentakkan kaki kesal.
Coba aku juga anggota OSIS!Sebuah tangan tiba-tiba merangkulku. dilihat dari bentuk tangannya sudah pasti ini tangan laki-laki.
Syukurlah, saat kulihat kesamping wajah Satria yang muncul karena jika bukan, maka akan ku smackdown cowok itu.
"lapeeerrrr... kantin yuk," ucap Satria seraya mengelus- ngelus perutnya.
Satria baru saja akan membawaku melangkah, tapi aku menahannya.
Aku menepuk keningku sendiri. "Bodohnya Arumi.."
Aku baru ingat bekal nasi goreng yang kubuat tadi belum kuberikan pada Rey."lu ke kantin duluan aja! gue ada urusan sebentar," ucapku seraya berlari menuju ruangan OSIS.
Satria tidak menjawab, hanya memandangku bingung.
Aku masuk ke ruang OSIS, tapi disini sepi.
"Apa rapatnya belum mulai?"Samar-samar aku mendengar suara seseorang, di balik lemari kaca yang cukup tinggi dan lebar.
Lemari yang berada di tengah ruangan ini, membuat ruangan terbagi menjadi dua sisi depan dan belakang.
"Nanti malem jadi nonton,kan?"
Itu suara Andira. Aku sangat mengenal suara itu.
Mungkin rapatnya di dalam. Kulangkahkan kakiku, dan secara tiba-tiba berada di depan mereka.
ku kira banyak anggota OSIS yang lain, tapi ternyata hanya mereka berdua.
senyumku memudar begitu pula dengan Andira dan Reyhan, bahkan mereka terlihat kaget!
"Loh, Arum kenapa kesini? " tanya Rey yang beranjak dari duduknya.
Aku tersenyum! dan memberikan kotak makan berwarna merah marun dari dalam tas ku kepada Rey.
"Nasi goreng spesial pake cinta," ucapku terang-terangan tidak lupa dengan senyuman yang kuperlihatkan semanis-manisnya.
laki-laki itu tersenyum geli, mata elangnya meredup menambah ketampannya dua kali lipat di mataku.
Dia mengambil kotak makannya dan mengacak-ngacak rambutku gemas.
"Makasih ya, Adek Arumi ku yang manis...."
Aduh, abang Rey senyumnya...
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love
Short StorySaat kita mencintai seseorang, namun tidak menemukan jalan untuk bisa bersamanya. mana yang akan kita pilih? tetap bertahan dan berjuang sampai janur kuning melengkung. atau berhenti dan mengikhlaskan. Mencoba mencari cinta yang lain.