7

36 7 0
                                    

Kemeja dengan motif bunga-bunga, rok diatas lutut dan hiasan make up tipis.

Aku memperhatikan Andira dari atas sampai bawah.

hemmm...Aku mencium aroma kebohongan.

"Kak Andira beneran mau belajar kelompok?" Mataku menyipit.

Aku masih ingat, perkataan Andira yang tidak sengaja aku dengar tadi pagi. Dia menyebut soal 'nonton'.

"Beneran lah, Arumi!! kamu kan tahu kakak udah kelas 12 jadi banyak tugas. Iyaudah Kakak berangkat dulu, ya! " ucap Andira seraya mencium punggung tangan Mama yang baru saja keluar dari kamar.

"Hati-hati ya sayang. Jangan pulang terlalu malam! " Titah Mamaku seraya menggerakan jari telunjuknya kekiri dan kekanan.

Selang beberapa saat setelah Andira keluar. Aku bergegas mengambil tas kecilku.

"Aku Keluar juga ya mah... mau nonton Satria tanding futsal! " ucapku sambil mencium punggung tangan Mamaku yang terlihat sedikit kaget.

"Eh, kok kamu baru bilang kalau mau keluar, Rum? "

"Iya, mah mendadak...."

Aku berlari cepat-cepat keluar, jangan sampai aku kehilangan jejak Andira.

Aku tidak bohong dengan mama, memang aku berniat nonton futsal tapi sebelum itu aku ingin memastikan sesuatu.

Aku berhenti di belakang pohon yang cukup rindang. Di depan, aku dapat melihat Andira berdiri di halte seperti menunggu kendaraan umum. Aku menghela napas pelan " Ternyata hanya prasangka gue aja!"

Degh... Jantungku berpacu sedikit lebih cepat, kala mataku menangkap sosok yang kukenal. Cowok dengan motor sport berwarna hitam berhenti di depan Andira.

"Enggak mungkin...."Aku terus menyangkal dalam hati, seiring motor sport hitam milik Reyhan melaju pergi bersama Andira.

______

Suara klakson motor, menghempaskanku dari lamunan.

Aku mengerutkan keningku.
Seorang cowok dengan jaket hitam tengah bertengger di atas motor matic berwarna putih.
Tepat di jalanan sampingku berdiri.

" Itu kening mengkerut mulu... nanti cepet tua loh!" Celetuknya santai. Mengabaikan wajah jutekku.

Aku berdehem sesaat guna mengubah sedikit raut wajahku. Sedikit terpengaruh dengar perkataannya.

Cling... ide di kepalaku tiba-tiba muncul!
Aku menjentikkan jariku dan langsung duduk di jok belakang motor Zaki.

"Jalan bang! Kita ke bioskop sekarang! " ucapku seraya menepuk pundak Zaki.

"Anjir, lu pikir gue tukang ojek."

"Udah buruan gue tlaktir, nih! " Aku mengguncang bahunya.

" Ditlaktir? " ia bertanya seiring memutar badannya ke arahku.
Aku mengangguk cepat.

"Makanmya ditlaktir juga kan? " lanjutnya sambil mengeluarkan cengiran khasnya dan menaik turunkan alisnya.

Aku mendesis dengan Mata membulat.

"Iyaaaaa....." jawabku mulai tak sabar. Dasar curut udah mulai banyak maunya dia.

Zaki baru saja akan menyalakan mesin motornya namun urung. Ia kembali menghadap kearahku.

"Lu enggak suka sama gue kan, Rum? " matanya menyelidik.

Aku menghela napas dengan kasar lalu ku keplak saja helm putih di kepalanya.
"Enggak mungkinlah gue suka sama lu! "

Zaki terkekeh kembali. "Ooh.. Bagus deh! Lu itu calon adik ipar gue, jadi gue melarang lu suka sama gue!! " ucapnya seraya menyalakan mesin dan melajukan motornya.

"Siapa juga yang suka sama lo... jangan kepedean deh..." gerutuku.

Zaki menarik satu tanganku ke pinggangnya. "Pegangan dipinggang biar enggak jatoh! "

"Iiihhh.... ogah!! " Aku menghempaskan tanganku dan beralih memegang pundaknya.

Terlihat dari kaca spion, Zaki terkekeh.

Aku sedikit terpesona. Dia sebenarnya imut juga, tapi sayang aku sudah terlajur sebal!

"Kalau mau pegang pundak... Sekalian... dipijat-pijat biar ada faedahnya gitu! " ceplosnya.

Aku mencebik bibirku. " Enak aja! Emangnya gue tukang pijet apa!"

Diam-diam aku menyeringai dibalik punggungnya. Si iblis jahil muncul di kepalaku.

Secara tiba-tiba aku meremas kuat pundaknya.

Zaki yang tidak menduga perbuatanku, bergidik lalu tanpa sengaja motornya oleng.

Aku dan nya berteriak setengah histeris.

Untung saja dengan cepat, Zaki dapat mengembalikan keseimbangannya.

"Anjir, kaget gue!! Apaan-apaan sih lu... Untung tadi kita enggak jatoh!!" Ucapnya setengah berteriak.

"Bodo...." balasku sedikit menutupi rasa tegangku. Hampir saja tadi kami nyium aspal.

Kulihat dari kaca spion wajah Zaki masih cemberut dengan alis yang juga mengkerut.

Diam-diam aku mengangkat kedua sudut bibirku. Memamerkan deretan gigi putihku dibalik punggungya.

"Kok, gue malah lucu ya, melihat orang di depan gue ini kesal!! "

Entah kenapa, untuk sesaat si curut Zaki ini dapat mengalihkan pikiranku dari Reyhan dan Andira.








Entah kenapa, untuk sesaat si curut Zaki ini dapat mengalihkan pikiranku dari Reyhan dan Andira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang