Pagi ini tidak seperti biasanya. Aku malas!
Aku bergeliat di kasurku yang cukup luas untuk satu orang.
Berkali-kali Andira mengetuk pintu kamarku. Mendengar suara kakakku itu membuat aku semakin malas bangkit dari kasur ini.
Sejak semalam mood ku benar-benar hancur. Bisakah aku bolos sekolah saja sekarang tapi sepertinya itu tidak mungkin, mengingat aku tidak punya kesempatan untuk bolos. Kenapa hari ini aku tidak sakit saja!
Dengan terpaksa aku bangkit dari kasurku."AKU UDAH BANGUNNN...JANGAN GEDOR-GEDOR LAGI BERISIK TAUUU!!"
"KALAU UDAH BANGUN, TUH BILANG DARI TADI! EMANG AKU ENGGAK CAPEK APA BOLAK-BALIK!" Teriak Andira dari luar kamarku, yang tak kalah sewot denganku.
Aku menghentakan kakiku kesal. "Kalau capek ngapain repot-repot bolak-balik. Dasar, kakak munafik!" Cibir ku pelan seraya pergi ke kamar mandi yang memang letaknya ada di dalam kamarku sendiri.
_____
Sejak di meja makan sampai di mobil ayah, yang mengantar kami ke sekolah aku masih diam. Beberapa kali Andira mengajakku bicara aku hanya berdeham ria kadang aku benar-benar mengabaikannya.
Sesampainya di sekolah, tidak mau membuang waktu aku segera memcium punggung tangan Ayahku lalu berlalu tanpa menunggu Andira seperti biasa.
Dan seperti biasa juga Reyhan menghampiri kami. Aku berpapasan dengannya. Jika biasanya aku akan sumringah tapi tidak kali ini, sesak yang kurasa.
"Pagi Arumi...," sapa Rey tak lupa dengan senyuman manisnya.
Hatiku bergetar melihat senyuman itu. Senyuman yang terlalu sering aku dapatnya tapi tetap mampu menggelitik hatiku, sampai aku tersadar itu tidak ada artinya sama sekali.
Aku memang bodoh! Setelah merutuki diriku sendiri aku membuang muka dan melangkah pergi tanpa sepatah katapun.
Baru dua langkah Reyhan memcekal pergelangan tanganku. "Kamu marah, Rum! " kening Rey mengkerut.
"Iyalah, pakai nanya lagi!!" Batinku.
Aku menghela napasku dan menunduk. Aku rasa mataku sudah memgkristal. "Lepas, Rey!!" Titahku.
"Arumi kamu kenapa sih?" Tanya Andira yang entah sejak kapan sudah ada di sampingku.
aku berusaha menarik tanganku dari genggaman erat Rey. Tentu saja hasilnya sia-sia tenagaku tak sebanding dengannya. "Lepas, Rey! Gue mau masuk," ucapku dengan suara serak.
Rey semakin menunduk. "Kamu nangis?" Kulihat keningnya semakin mengkerut saat bertanya.
"Sial, dasar air mata kurang ajar. Kenapa mesti keluar sekarang, sih!" Gerutuku dalam hati.
Seseorang melepas paksa genggaman Rey di lenganku. "Dia kan udah bilang lepasin!!" Ucap Satria dengan mata tajamnya.
Rey melepaskam genggamnnya yang memang terasa sangat erat.
aku mengelus lenganku bekas cekalannya. "Maaf!" Ucapnya.
Satria merangkulku. "Kalau lu enggak bisa bales perasaan cewek yang suka sama lo. Harusnya lo enggak kasih harapan dengan perhatian palsu lo."
Aku mendelik ke arah Satria.
Oh, Satria... Satria haruskah ia mengatakam itu sekarang....
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love
Short StorySaat kita mencintai seseorang, namun tidak menemukan jalan untuk bisa bersamanya. mana yang akan kita pilih? tetap bertahan dan berjuang sampai janur kuning melengkung. atau berhenti dan mengikhlaskan. Mencoba mencari cinta yang lain.