11

44 8 1
                                    

"Maksud lo apa?" Rey menatap Satria tajam.

Kulihat Andira menunduk. Ia melipat dalam bibir bawahnya. Boleh kutebak! dia pasti sudah mengerti maksud perkataan Satria. Kupikir Rey pasti juga sudah mengerti.

Satria mendekati Rey, "Pikir aja sendiri! Lo kan pinter...." ia mendecih lalu menarikku pergi.

Aku hanya mengikuti Satria. Sempat aku menengok ke belakang. Andira seperti akan mengejarku tapi Rey menahannya.

______

"Menyedihkan! Kenapa lo membuat gue kelihatan menyedihkan?" Aku menghentak tautan Satria saat kita berada di sudut sekolah yang cukup sepi.

"Apa yang salah? Justru akan kelihatan lebih menyedihkan kalau lo terus diam... Jika lo enggak suka mereka membohongi lo, harusnya lo jangan diam saja. Katakan yang sebenarnya kalau lo sudah tahu semuanya! "

Aku menggigit bibir bawahku.
"Gue malu!" Ucapku putus asa.

Aku menyeka air mataku yang sudah mengalir, entah kenapa saat patah hati aku jadi mudah sekali menangis.

"Gue merasa selama ini seperti orang bodoh!"

Ku lihat Satria menghela napasnya dalam. "Dasar cengeng!!" Cibirnya.

Lalu ia mengusap rambut hitamku.
"Enggak usah malu.. Lo enggak bodoh. Mereka yang salah karena udah membohongi lo!"

Aku mengembuskan napasku, setidaknya ucapan Satria itu sedikit melegakanku.

"Udah jangan nangis lagi! Udah jelek tambah jelek aja jadinya...." ledeknya membuat aku menghempaskan tangannya dari kepalaku.

"Emang gue jelek, ya?" Alisku menurun dengan bibir mencebik.

Dia menganggukan kepalanya mantap. Benar-benar minta di kemplang Satria ini. Bukannya menghibur.

"Udah jelek, enggak sexy.. enggak pintar juga...jutek lagi ck..ck.." ia berkata dengan teganya seraya mengelengkan kepalanya prihatin. Kan, minta di tampol banget nih cowok!

Aku mendesis kesal, dan langsung saja kutarik kerahnya hingga ia membungkuk.

"Bilang apa, coba sekali bilang!" Titahku seraya menjitak rambut coklatnya.

Satria malah terkekeh lalu ia mengapit leherku dengan lengannya. "Galak... tapi manis!"

Aku sempat mendelik untuk kata pertama yang meluncur di bibirnya namun kemudian tersenyum kecil untuk kata terakhirnya." Coba bilang sekali lagi kata terakhirnya!"

Ia menahan senyum mendengar permintaanku.

"Manis... Arumi manis!!" Ucap laki-laki bermata coklat itu seraya mengacak-ngacak rambutku dalam pitingannya.





















-->-->-->bersambung..





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang