8

29 8 0
                                    

Aku mengapit Popcorn large bucket dengan kedua tanganku, yang kugunakan juga untuk membawa minuman.

"Bantuin dong! Udah gue tlaktir... Gue bawain juga...."

Zaki hanya nyengir kuda. "Siap boss...," ucapnya dengan gerakan tangan hormat.

Payah! Harusnya hari ini aku bisa menguntit Reyhan dan Andira. Gara-gara si curut Zaki ini yang berele-tele di jalan. Aku jadi kehilangan jejak mereka.

Karena sudah janji terpaksa aku merogoh uangku untuk mentlaktir Zaki.

Tadi aku sempat ingin membatalkannya, Tapi cowok di depanku ini tidak terima. Dia bilang, "Pokoknya gue enggak akan membiarkan lu kemana-mana. Sampai lu tlaktir gue seperti janji lu tadi!"

Aku membuang napas malas. Film tentang peperangan sangat membosankan!

Alhasil aku yang kekenyangan makan popcorn akhirnya tertidur dan sama sekali tidak menonton.

Sedangkan Zaki yang duduk disampingku, terlihat sangat menikmati filmnya.

____

Cahaya lampu walau tidak terlalu terang, cukup menyadarkan ku dari tidurku. Sepertinya filmnya sudah selesai.

Kulihat beberapa orang tengah turun menuju pintu keluar. Beberapa yang lewat mencuri padang ke arah kami lalu saling berbisik dan terseyum.

"Nyaman, ya tidur di bahu gue! " ujar cowok di sebelah ku dengan alis yang ia naikan keatas, seraya tersenyum miring kepadaku.

Aku terkesiap sesaat setelah sadar kalau aku baru saja tertidur di bahu Zaki.

"Lihat deh, pacarnya ganteng banget. Pantesan dari tadi ceweknya enggak mau lepas. Di sandarin terus cowoknya."

"Mungkin Takut cowoknya hilang!"

"Iya bener, envy gue! "

Kupingku memanas. Bisa dipastikan pipiku sudah blushing parah! Mendengar percakapan beberapa gadis dari seberang tempatku duduk sekarang.

Sedangkan disampingku kulihat Zaki hanya menunjukan cengirannya santai.

Sedangkan disampingku kulihat Zaki hanya menunjukan cengirannya santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Ayo, pacar kita keluar... yayang laper, nih! "Gurau Zaki sambil merangkulku dan menaik turunkan alisnya.

Aku menghempaskan tangannya dari bahuku. "Yayang-yayang pala lu peang." Aku mencebik bibirku sambil menghentakan kakiku lalu melangkah keluar.

"Yaelah, baper banget sih, Rum! " Zaki mengikutiku dari belakang.

Aku berhenti tiba-tiba sehingga membuat Zaki yang mengikutiku dari belakang, tanpa sengaja menabrakku. Aku meringis sejenak sebelum perhatianku kembali kedepan.

Disana kulihat Reyhan dan Andira baru keluar dari studio teater yang berbeda dengan studio tempatku dan Zaki menonton.

Zaki ikut melihat apa yang aku lihat. Ia menghela napasnya. "Ternyata firasat gue benar. Calon pacar gue udah ada yang punya! "

Aku memandang sebentar wajah Zaki di sebelahku. Ada sedikit raut kekecewaan di wajahnya, kurasa wajar jika hanya sedikit mengingat ia baru saja menyukai Andira.

Pasti berbanding terbalik denganku yang sudah di penuhi kegelisahan sekarang.

Bagaimana tidak sudah bertahun-tahun aku menyukai Reyhan namun tidak pernah ada jawaban dari Kakak kelasku itu.

Apakah kegelisahanku sekarang adalah jawabannya. Jika itu benar mana yang lebih sakit?

Sakit karena cinta yang tak terbalas atau sakit karena merasa di bohongi, oleh dua orang yang amat sangat dekat denganku itu?

Entahlah, dadaku terasa sesak walau hanya membayangkannya saja.

Aku menggelengkan kepala sambil Menguatkan hatiku.

Kutarik lengan Zaki agar mengikutiku melangkah mendekati Reyhan dan Andira.

"Bukankah aku berhak mengetahui yang sebenarnya sekali pun itu menyakitkan."








































To be continue.....

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang