3. Ice cream

2 0 0
                                    

Kesal, itulah yang sedang dirasakan Jelita saat ini. Ketiga sahabatnya sedang di kantin, sedangkan ia ditinggal sendiri di kelas bersama dengan penghuni kelas lainnya seperti kursi, meja, buku, dan kawan kawan.

"Dasar cees biadab. Gue lagi pusing mikirin tugas eh mereka malah ninggalin ke kantin. Sebel." Gerutu Jelita sambil mengerucutkan bibirnya tanda kekesalannya.

Suara derap langkah semakin mendekat ke arah tempat duduk Jelita, awalnya gadis itu mengira itu adalah sahabat sahabatnya.

"Bawel amat sih lo, ngeluh aja kerjaannya. Dari dulu gapernah berubah" Kata si cowok tinggi beralis tebal dan berbadan sesuai dengan umurnya.

"Lo kalo gatau apa apa diem deh daripada bikin gue makin bete aja. Dari dulu lo juga gapernah berubah, bikin bete gue terus." Jawab Jelita yang dibalas senyuman oleh si cowok yang tak lain bernama Jingga.

"Gue masih bingung deh Ta, kenapa ya kita bisa musuhan gini. Padahal dulu lo sama gue pacaran, sekarang mau ngomong satu sama lain aja canggung. Apalagi kalo ada temen temen. Nah giliran ada kesempatan lagi berdua gini, kitanya malah berantem. Aneh ya"
Katanya sambil terkekeh.

"Lo mau tau jawabannya? Tanya diri lo sendiri." Jawab Jelita telak lalu bangkit dari kursinya dan meninggalkan kelas sebelum perdebatannya dengan 'mantannya' itu semakin membuat moodnya turun.

Sebelum Jelita keluar kelas, Jingga mencekal pergelangan tangan gadis itu sehingga mau tak mau membuat si empunya berbalik badan.

"Kalo emang bener lo dari dulu gapernah berubah, satu yang gue tau, lo kalo lagi badmood gini cuma butuh ice cream" Ucapnya sambil memberikan satu bungkus ice cream rasa strawberry kepada Jelita.

Jelita tertegun sambil melihat ice cream itu lalu ia menatap Jingga yang masih memegang pergelangan tangannya.

"Lo juga tau Ga, gue gapernah bisa nolak tentang ice cream. So, gue terima ice cream lo dan tolong lepasin tangan lo dari gue sekarang." Kata Jelita sambil memegang ice cream yang sudah berpindah tangan kepadanya. Lalu ia pergi meninggalkan kelas sebelum Jingga membuatnya kesal, lagi.

"Oh ya, 1 lagi, thanks buat ice creamnya, Ga" Kata Jelita sambil tersenyum lalu pergi.

"Kalo ice cream dari gue lo bisa terima, apa maaf dari gue lo juga bisa terima Ta?" Tanya Jingga pasrah sambil menundukkan kepala. Ia tau bahwa ia yang salah. Ia ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan Jelita. Tapi takdir tak memihak keduanya dan takdir jugalah yang hanya bisa memutuskan jalan mereka, masing masing.

Jelita masih bisa mendengar suara Jingga dan perkataan Jingga, tapi ia berlagak cuek dan meninggalkan kelas sebelum hati dan perasaannya bercampur aduk.

"Gue juga gatau Ga, sampai kapan gue sanggup ngehindar dari lo" Batin Jelita bersuara.

~

"Jejellll! Lama amat sih lo. Kita semua nungguin kali disini" Teriak Bella membuat beberapa siswa yang berada di kantin menoleh ke arahnya.

"Berisik berisik. Mengganggu ketenangan makan siang gue aja deh lo Bel" Kata Nadira yang langsung dihadiahi pelototan dari Bella.

"Kalian sih ninggalin gue, udah tau gue lagi bete malah ditinggal sendiri" Kata Jelita membela dirinya sambil memakan ice cream strawberry ditangannya.

"Tuh kan udah ada ice cream, pasti bete lo perlahan cair kan Jel? Kita kita udah tau kali kalo lo bete pasti pelariannya cuma ice cream" Jawab Shilla bijak.

"Lo beli ice cream dimana deh Jel? Perasaan lo di kelas kan dari tadi, gamungkin lah kalo lo kesini dulu. Kan kita kita disini dari tadi" Tanya Nadira kebingungan.

"Dari Jingga." Jawab Jelita jujur.

"Dasar ya lo, giliran dikasih ice cream aja baik. Coba kalo si Jingga minta maaf lagi, pasti lo diemin kan?" Tanya Bella.

"Ya gue kan emang gitu" Jawab Jelita.

"Terserah!" Ucap Bella, Nadira, dan Shilla berbarengan.

"Eh tapi pulang sekolah jadi ya ke tempat dia sebentar" Kata Jelita.

"Iya tapi nebeng mobil lo aja ya Nad soalnya gue tadi berangkat dianter bokap" Ucap Shilla yang dibalas anggukan oleh Nadira.
Kemudian mereka melanjutkan acara makan siang yang tadi sempat tertunda.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang