Malam datang tanpa di temani rembulan dan sang bintang.
Langit menghitam hanya ada diatas atap genteng rumahku saja.
Sang kelelawar terbang sembari tertawa mengejek kearahku yang termenung.
Angin-angin mulai berhembus menerpa tubuhku yang mulai kedinginanRintik hujan mulai berjatuhan dengan perlahan
Tetes demi tetes.
Perlahan.
Membawa sebuah rindu.
Sayang,
Rindu itu terbang bersama sang kelelawar jalang.
Sekali lagi!
Ia terbang sembari tertawa mengejek ke arahku.Ku tangkap rindu yang sempat terbang bersama sang kelelawar
Sayang.
Aku tak bisa menggapainya.
Lagi-lagi hewan itu mengejekku.Ini untuk kesekian kalinya dia tertawa kepadaku.
Akhirnya kudapatkan rindu.
Rindu yang baru.
Mereka berjatuhan bersama sang air mata awan.
Dengan cepatnya mereka berjatuhan.
Sehingga,Sang kelekawar basah kuyup dan kedinginan.
Aku.
Tertawa
Mengejek
Sang kelelawar jalang.Rindu itu semakin banyak.
Berjatuhan bertubi-tubi.
Mengalir bersama air bah kedalam selokan.Kotor dan busuk.
Aku membuangnya begitu saja.
Bersama ikan-ikan dan cacing sutra.
Biarlah rindu itu mengambang dan mengalir.Aku tak peduli.
Karena rindu itu sudah ku buang.Sidoarjo,
Langit malam tanpa bintang.
22 Oktober 2017-kuro
KAMU SEDANG MEMBACA
Quotes & Puisi
PoetryKetika lidah terlalu keluh untuk berbicara. Ketika mulut membeku tak mau membuka. Ketika kata yang mewakili semua. Aksar berubah menjadi rasa. Jangan harap Quotes dan Puisi ini sebagus milik Boy Candra. Kuro