"Ardian akan punya adik."
Aku terdiam.
Rasanya seluruh tubuhku berubah menjadi patung yang sewaktu-waktu bisa hancur.
"Kak?"
Aku tersentak lalu segera memalingkan wajah agar Alin tidak melihat mataku yang berkaca-kaca.
Pedih.
Oh Tuhan, berapa lama lagi aku sanggup menahan siksaan ini?
"Kakak kenapa?" tanya Alin sambil menyentuh punggungku. Nada suaranya terdengar begitu khawatir.
"Ah, aku—aku sakit perut. Aku harus ke toilet sebentar." Ucapku seraya berdiri lalu bergegas ke kamar mandi.
Di salah satu bilik toilet, air mataku tumpah. Aku menangis tanpa suara dan membiarkan saja air mataku mengalir.
Kalah.
Aku benar-benar sudah kalah.
Sementara aku tidak sanggup memberi seorang anak pun, sekarang Alin sudah mengandung anak keduanya.
Kini untuk pertama kalinya sejak aku mengetahui bahwa suamiku memiliki wanita lain, kata 'perceraian' melintas di benakku.
Apakah ini akhirnya?
Mungkin ini pertanda dari-Nya. Waktu bagiku untuk melepas suamiku dan membiarkan dia bahagia bersama Alin, wanita yang sanggup memberinya keturunan.
Aku duduk di atas kloset dengan jemari meremas dada.
Sanggupkah aku melepasnya dan sanggupkah dia melepasku?
Mungkin tidak.
Tapi harus.
Aku tidak bisa lagi berada di antara mereka. Mereka berhak bahagia. Ardian berhak bersama Papanya setiap hari. Alin juga berhak didampingi suami sepanjang kehamilannya.
Air mataku semakin deras ketika aku teringat masa-masa dulu. Ketika suamiku masih milikku seorang. Aku sering membayangkan akan semakin manja padanya begitu hamil. Aku akan menempel padanya tiap hari dan meminta banyak hal.
Tapi semua itu hanya bayangan.
Sebagai sesama wanita, aku bisa membayangkan bahwa Alin juga menginginkan hal yang sama.
Jadi, masih pantaskah aku bersikap egois dengan memaksa suamiku tetap di sampingku?
Tidak.
Aku tidak bisa membuatnya bahagia. Yang kulakukan hanya memberinya luka. Lagi dan lagi. Dan dengan tetap bertahan di sampingnya, luka yang akan kutimbulkan akan semakin parah dan sulit disembuhkan.
Karena itu aku harus segera pergi. Menyingkir dari kehidupan suamiku dan membiarkannya bahagia.
---------------------
Cuma mau ngingatkan lagi kalo cerita ini sad ending ya
Udah aku wanti-wanti sejak part awal.........XD
~~>> Aya Emily <<~~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (TAMAT)
ChickLit[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Seberapa sabar kau menerima kebohongan? Seberapa tahan kau menanggung luka hati? Seberapa kuat kau membagi kasihmu dengan orang lain? Tidak? Lalu, percayakah kau bahwa ada seseorang yang tahan mengalami semua siksaa...