tiga - day 2 - 2017

24 0 0
                                    

Day 2

"Pokoknya lo harus bareng kita terus," Protes Hani yang sibuk mengaplikasikan sunblock di sekujur tubuhnya sementara Athina memasang sunglasses kesayangannya. Sebenarnya apa sih maksud liburan kali ini? Mereka tidak melakukan apapun selain baring di pantai, bersepeda atau makan.

Dan Athina yang sudah membawa The Girl You Left Behind, buku yang dia beli minggu lalu itu memutar mata dan meletakkan novel itu di dalam keranjang sepedanya. Sambil menunggu teman – temannya yang lain untuk segera keluar.

Athina sadar bahwa semua orang disini berusaha mendekatinya, mengajaknya berinteraksi dan membuatnya "ada" di tengah – tengah mereka. Yang menjadi sebuah persoalan adalah Athina tau betapa orang – orang ini memaksa diri mereka untuk mendekatkan diri dengannya. Untuk berpura – pura merasa Athina adalah bagian dari mereka.

"Awas ya lo memasang 'anti social – social club' lo itu," Ancam Alan pada Athina.

"Anti social – social club apaan sih? Gak jelas banget lo,"

"Kita tuh nanti mau main bola voli. Gak pakai ya lo malah membaca novel dengan latar sendu – sendu gitu pas kita lagi asik," Alan menambahkan.

"Sendu apaan? Membaca itu essential, kalau lo main voli di lapangan kampus juga bisa," Kata nyelekit perempuan ini diabaikan begitu saja oleh teman – teman satu kelasnya ini. Mereka sudah terbiasa dengan tingkat sarkasme Athina yang diujung batas.

"Membaca di kampus juga bisa. Have fun dong," Balas Alan yang kemudian mengayuhkan sepedanya menuju pantai Bintang, tempat yang dikunjungi Athina semalam. Hari jumat seperti ini seharusnya tidak akan mengundang banyak wisatawan untuk datang. Dan itu yang mereka harapkan.

"Jauh juga ya ini pantai," Ujar Roni sambil memarkirkan sepedanya disusul dengan seluruh temannya yang lain.

"But it is worth it. Gue suka disini," Athina berpendapat.

Sekelompok teman ini berjalan menuju pantai yang memang cukup sunyi itu. Hanya ada sekelompok orang di salah satu saung yang berkumpul. Pendatang seperti mereka.

"Bentar, bentar. Itu Harris bukan sih?" Farhan menunjuk salah seorang dari kelompok itu. Athina mendesah pasrah, menyadari ada orang lain di tempat ini yang beberapa dari mereka kenal. Sebuah getaway tidak akan menyenangkan ketika harus bersosialisasi dengan orang yang kamu mungkin ketahui.

"Ada Farah juga tuh," Tambah Hana.

Dan seperti yang ada di kepala Athina tadi, mereka berkumpul menjadi satu dan bermain bersama. Tentu saja seperti yang sudah Athina inginkan sejak tadi, ia memilih duduk membaca novelnya dibanding bermain bola voli bersama yang lainnya. Terlalu melelahkan.

"Gak ikut main?"

Athina menoleh, melihat kearah laki – laki dengan kamera di lehernya yang ternyata mengambil tempat di sampingnya.

"Males,"

"I see,"

Pembicaraan itu berhenti dengan Athina yang mengabaikan jawaban laki – laki ini. Terlalu aneh, nyentrik. Athina tidak terlihat ingin berbicara dengan dirinya, dan itu membuat laki – laki itu lebih tertantang dibuatnya. Ia penasaran dengan perempuan ini.

"Nama gue, Erlangga. Lo?" Erlangga, laki – laki ini menyodorkan tangannya tepat di hadapan Athina yang akhirnya menutup bukunya.

"Athina," Balasnya kaku.

"Ceritanya seru banget ya?" Tanya Erlangga tertarik.

"Sangat,"

"Dan cewek cool – cool kayak lo gini suka sama novel romantis?" Pertanyaan Erlangga berhasil menarik perhatian Athina. Membuat gadis itu menoleh lagi kearah Erlangga.

"Is it weird?"

"No, that's just cool. Cewek yang galak kayak lo gini,"

"Untuk ukuran cowok yang baru ketemu gue, lo sangat berani ya?"

"Dan untuk gue yang pernah melihat lo disekitar kampus. Gue cukup berani," Dan jawaban itu menarik senyum Athina yang belum ditunjukkannya seharian ini.

"Ada apa dengan cerita ini sampai lo menghabiskan siang yang cerah di pulau ini dengan membaca?"

Athina mengangkat alisnya, berpikir keras dalam otaknya untuk menebak laki – laki ini hanya ingin basa – basi atau benar memberikan pertanyaan untuknya.

"I love the story,"

"Then tell me, what is it all about?"

"Ada dua cerita yang berbeda. Tapi bercerita tentang cinta. Dua – duanya adalah cinta yang dibawa sampai mati,"

"Then why do you like it?"

"Karena cerita kayak gini buat gue percaya cinta itu ada dan bisa bertahan selamanya,"

"Lo bicara nunjukkin lo gak pernah jatuh cinta, tau?"

"Emang gak pernah. And I always questioning myself what whould I feel when I do,"

Erlangga mengangguk dan tertawa kecil mendengar jawaban polos dan jujur dari Athina.

"Untuk ukuran cewek galak, lo ternyata melankonis juga,"

Athina balik tersenyum, "Untuk ukuran stranger yang baru gue lihat, lo berisik juga."

Three Days for Today (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang