lima - Athina - 2027

21 0 0
                                    

Athina

Dalam hidup, ada waktu – waktu yang membuat kita sadar bahwa kita sebagai manusia nyatanya hidup untuk terus diganggu. Dan sebagai seorang yang bekerja, setinggi apapun jabatan kamu, orang – orang masih akan membuat kamu ingin mencakar dinding.

Seperti sekarang, bosku yang keriting dan bawelnya minta ampun itu menelpon dan menyuruhku untuk menginterview satu orang calon narasumber bersama penulis teks "Dari Kacamata Mereka" sementara aku baru tertidur empat jam yang lalu. Terlalu dini untuk membuka mata setelah menghabiskan malam yang panjang.

Dan rasanya sangat menyebalkan untuk memaksakan diri untuk bangun dan pergi di hari minggu yang harusnya dihabiskan dengan me time yang menyenangkan. Me time ku tidak akan pernah menjadi seperti me time milik Hana yang terkadang diluar logika. Hello, menghabiskan uang puluhan juta untuk membeli dress mewah, champagne mahal dan memesan table untuk teman – temannya. Buang saja aku ke laut. Korporat perusahaan entertaiment seperti aku tidak akan mampu menghabiskan sebanyak itu hanya untuk satu malam.

Me time yang aku butuhkan tidak lebih dari sekedar tidur, ke salon untuk sekedar merapikan rambutku, menikmati spa untuk sekedar menghargai tubuhku yang bekerja keras setiap harinya, terkadang membaca novel dan mendengarkan lagu dari The Black Skirt, klasik masa kuliah yang bahkan tidak banyak orang ketahui sampai berbicara sepanjang hari dengan Alan, sahabatku yang cerewetnya minta ampun.

Bicara tentang Alan, aku jadi penasaran kemana laki – laki itu pagi ini. Manusia yang selalu menjadi makhluk paling rusuh saat kuliah itu sudah menjadi seorang news anchor terkenal di Indonesia. Wajahnya selalu ada di liputan malam salah satu televisi swasta ternama. Cowok yang tengilnya minta ampun itu telah tumbuh jadi laki – laki yang dikagumi banyak perempuan diluar sana. Belum lagi dengan statusnya yang your ideal bachelor itu, jika acara televisi "The Bachelor" jaman dulu masih ada dan tayang di Indonesia, dijamin akan ada banyak wanita yang mendaftar demi dia.

Well, aku tidak blabbering untuk memuji Alan. Ia akan tertawa terbahak – bahak jika tau aku berpikir seperti ini tentangnya. It's just, even though he is annoying, he is a good friend of me. Or even, he is a best friend.

While people say that there is no best friend between a man and a woman. We prove that we are a good friend. Teman yang bisa saling mengatai, mencaci maki dan bahkan mengetahui kisah hidup teman lainnya. To say it enough, he knows my secret better than Hana.

Alan tau terlalu banyak tentang aku. Pernah satu hari dia datang ke apartement ini jam empat pagi setelah aku tanpa sadar menelponnya ketika mabuk sendirian. Dan kemudian Alan merapikan semua kehancuran yang aku lakukan, merapikan botol – botol alkohol yang kuhabiskan dan membuatkanku hangover soup. Terakhir, dia akan mengomeliku dua jam tanpa henti setelah aku tersadar dan berulang kali mengatakan bagaimana aku harus mengetahui batas minumku.

But to talk about drink, sometimes there will be a time where you feel like you want to pass your limit. You want to feel the freedom, that you are in a state of happiness, and no one can control you. So in that moment you forget everything to nothing.

Oh crap, apa aku terlalu banyak bicara? Wulan, asisten yang bekerja untukku dari perusahaan telah menghubungiku jutaan kali. Mengirim pesan untuk memastikan aku akan sampai ke sana dalam waktu dua jam karena tiba – tiba si narasumber yang satu ini mengubah isi pikirannya dan meminta interview hari ini tanpa notice sebelumnya. Sangat menyebalkan, bukan?

"Mbak, interviewnya akan diadakan dalam dua jam, tolong,"

"Demi Tuhan, Wulan. Aku sudah membaca pesan kamu sejak kami menghubungi aku lima belas menit yang lalu," Kataku dengan nada kesal memotong pembicaraannya. Aku benar – benar tidak berada di mood yang baik saat ini.

"Maaf mbak, karena mendadak saya khawatir mbak tidak mengangkat,"

"Kalau kamu tau mendadak, kenapa gak cari hari lain?" Ucapku sambil mengangkat selimut yang menutupi tubuhku sejak tadi.

"Maaf mbak. Narasumbernya hari ini sibuk sampai tiga hari kedepan, jadi kita harus menyesuaikan,"

"Terus kenapa gak dari kemarin?" Oke, maafkan aku yang terkesan annoying. But please, who doesn't need a lovely Sunday for yourself?

"Narasumbernya baru setuju hari ini, mbak," Terdengar Wulan menjawab dengan nada pasrah.

"Kok bisa? Yaudah ganti minggu depan aja, kan gak harus minggu ini. Ribetin banget sih,"

"Tapi mbak, narasumber ini yang paling susah kita hubungi. Sayang kalau dilepas mbak,"

Aku menghela napas mendengar jawaban Wulan yang sebenarnya masih terdengar menyebalkan. Bisa dipahami bahwa tim kreatif dan talent scount telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari narasumber yang bisa menaikkan rating acara kita, tapi demi apapun aku juga tidak yakin dengan hal itu. Kita sudah pernah mendatangkan seorang anak yang mengurus ibunya yang cacat, seorang pelajar jenius melihat temannya sampai seorang ibu yang kehilangan anaknya yang menjadi tentara. Harus kuakui, untuk mempertahankan sesuatu yang segar dan menarik di dalam sebuah acara adalah challenge yang besar.

"Memang siapa narasumbernya?"

"Seorang fotografer mbak, terkenal banget pokoknya,"

Fotografer tidak pernah terdengar menyenangkan di telingaku, entah dulu ataupun sekarang.

"Yaudah, saya siap – siap dulu,"

"Oke, mbak. Diharapkan tidak telat ya mbak. Karena narasumber kita yang ini beda mbak, pokoknya yang kelas A banget. Tolong ya mbak,"

Aku mengangguk secara tidak sadar meskipun tidak terlihat oleh Wulan. Detik kemudian, aku memutuskan panggilannya dan bergegas. I guess there won't be any calm lovely Sunday for me this week.

____

Author Note :

Uhlala ternyata aku masih sempat - sempatnya menulis padahal besok ada ujian MID. Tolong ingatkan aku jika ada kesalahan grammatical, EYD atau typo(s) karena sesungguhnya aku baru menyelesaikan tulisan ini dan langsung mengepostnya.

Beri komentar yang membangun ya, guys.

Love, Vanessa.

Three Days for Today (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang