dua - Athina

43 1 10
                                    

Today, 2027.

Athina.

Ketika aku masih muda, orang - orang selalu bilang bahwa kamu harus keluar dari zona nyaman kamu. Ketika kamu merasa gagal, kamu sedang melakukannya dengan baik. Dan karena ketika kamu merasa nyaman, disitu kamu akan gagal. But I think these sentences only made to make people stay in the wrong place. What kind of bullshit people trying to say when I was young.

Tidak pernah ada sebuah ketidaknyamanan membuktikan kamu sedang berada di jalan yang benar. Ketidaknyamanan berarti kamu harus mencari yang nyaman. Zona aman.

If only I am still that naïve girl who think that I can do and be whatever I want. Di usiaku yang ketiga puluh, aku belajar hidup adalah sebuah dunia diplomasi dimana kamu harus pandai memainkan sebuah peran. Menggunakan strategi terpintar kamu meskipun itu terkadang melawan prinsip hidup yang kamu punya.

Contohnya sekarang, aku harus mendengarkan ocehan Wahyu Adi, bosku yang rambutnya keriwil itu sedang bicara tentang bagaimana kita harus menciptakan inovasi untuk episode - episode kedepannya talk show ini berjalan.

"Kita tidak boleh membiarkan rating kita seperti ini," berikut perkataannya yang terus diulang sejak tadi. Membuatku heran dengan dirinya yang bisa menjabat sebagai Executive Board of Program di LTV. Instead of blabbering, why don't you give a better solution?

Dari Kacamata Mereka adalah sebuah talk show yang sudah berjalan satu tahun belakangan ini. Tayang setiap minggunya dengan menghadirkan tokoh, figur atau orang apapun dan mereka akan bercerita tentang apapun tentang hidup mereka. How they look and think about their life. Or even people life.

Rating acara ini sedang turun - turunnya dan bosku yang tukang ngomong itu berusaha membuat aku, sebagai produser dari acara ini untuk membuat sebuah drama yang sedikit tidak masuk akal. Skandal percintaan, cinta, atau kisah sedih yang sampai membuat ibu - ibu dirumah bisa mengiris bawang untuk menangis. Oh tidak, aku tidak ingin acaraku berubah menjadi drama klise.

Sesuatu yang dibuat - buat tidak akan terlihat bagus di manapun itu. Gak mungkin aku menyewa siapapun itu untuk berpura - pura memiliki kisah yang menggugah sementara dua orang itu hanya akan menjadi aktor, dua orang stranger yang tidak memiliki koneksi dan rasa. Sepertinya bosku tidak mengerti essensi itu. Bahwa ketika dua orang tidak memiliki perasaan, mereka hanya akan menjadi dua orang asing yang berada di tempat yang sama.

***

"Thin, hangout yuk minggu ini," Ucap Hani membujuk setelah memaksa aku untuk makan siang dengannya. Dan aku tidak perlu susah payah menebak apa yang ada di dalam pikiran wanita ini. Terlalu mudah ditebak.

Sudah dua bulan ini Hani memaksaku untuk ikut dengan Social - Social Time dimana dia akan menghabiskan weekend nya di clubbing dengan semua kebebasan yang bisa ia dapat setelah bekerja dan mengurus anak dalam satu minggu. Aku masih heran dengan ketahanan tubuhnya yang kuat setelah memiliki Ayla, balita berusia tiga tahun yang imut dan menggemaskan. Lucunya, Hani baru saja mempraktekkan kegilaannya ini dalam dua tahun terakhir. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan di masa muda.

"Lo akan mengerti kalau lo sudah tidak punya kebebasan," Bicara kebebasan ketika dia melakukan semua hal yang orang bebas lakukan. Tapi bagaimanapun, aku tidak heran. Ada banyak hal yang orang - orang dewasa sesali ketika mereka tumbuh, bahwa mereka tidak menjalani hidup mereka sepenuhnya ketika muda.

I wasn't too, until I met him.

"Gue sibuk nih. Si keriting bawel banget suruh gue nyari narasumber yang lebih menggigit,"

"Makanya ikutan sama gue, ntar gue cariin narasumber keren deh,"

"Narasumber apaan? Cerita tentang ajeb - ajeb?" Ucapku santai yang dibalas dengan reaksi tawa yang cukup berlebihan darinya.

"Gila lo, enggak lah. People nowaday go clubbing to release their stress, build a relationship. Bukan joget - joget dangdut doang kayak yang ada di pikiran lo,"

Aku tau pergi ke clubbing bukan tentang joget - joget dangdut dengan lagu melayu yang jika lagunya ada di daftar laguku akan membuatku memilih mematikan ponsel. Bukan itu masalahnya. The idea of be socialize with people is the one I hate the most. I never once a social person.

"Gak deh, gue males,"

"Athina, lo itu masih muda. There are a lot of flavor in this earth, taste them,"

"It's not about being young or flavor whatever you mean, Na. It's just about how I live my life,"

"Come on. Lo harus berhenti menutup diri lo, orang lain udah punya keluarga baru setelah delapan tahun sakit hati,"

Aku tertegun mendengar ucapannya. Orang lain udah punya keluarga baru setelah delapan tahun sakit hati. Masalahnya adalah aku bukan orang lain. Dan aku tidak bisa menjadi orang lain.

Jika segampang itu menyelesaikan sebuah perasaan. Delapan tahun akan menjadi terlalu lama.

Aku sudah pernah berada di posisi orang lain itu, sekali, disaat orang lain belum merasakannya. Dan sekarang aku sangat iri dengan mereka.

Hari ini, setelah delapan tahun aku dan laki - laki itu berjalan ke dua arah yang berbeda. Bukan sebuah cinta yang belum selesai, tapi rasa yang hari itu aku miliki tidak berhenti menyakitiku sampai hari ini. Untuk ukuran orang yang terlihat bahagia, aku adalah orang yang menyedihkan.

Three Days for Today (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang