Mau disanjung bagaimana pun, Booby akan tetap merasa kalah.
Sekalipun ia jadi pemenangnya, Bobby akan tetap dengan rasa mindernya.
Meskipun ia tak pernah mengatakan hal ini pada siapapun,
Termasuk Jisoo.
Sebagai teman dekat, Jisoo gemas melihat tingkah laku alay Bobby yang seperti ini.
Pulang dari kosan Joy, ia bergegas pergi ke kosan Bobby setelah mendengar kabar diumumkanya pemenang loba karya cipta puisi yang diadakan fakultas sebelah.
Begitu sampai di depan kosan, Jisoo lantas menerobos pintu kosan kawanya ini sambil menunjukan senyum 5 jarinya, sambil mencari sesosok lelaki yang ingin ia ucapkan selamat.
Namun ia tak menemukan sosok tersebut, senyumanya luntur seketika digantikan dengan kerutan kecil dari bibirnya.
Bingungnya, Jisoo rasa pintunya tidak terkunci, berarti sang pemilik ada di dalam kan?.
Akhirnya Jisoo memilih mengitari kamar. Menaruh tasnya di atas meja belajar, membuka jendela yang tadinya tertutup rapat dan menata bantal diatas kasur.
Suara langkah kaki mengalihkan attensi Jisoo ke arah pintu kosan.
Bobby masuk menenteng beberapa keresek yang ia lihat mencuat beberapa tusuk sate dari dalamnya
Dan 2 keresek lainya yang tak Jisoo tau isinya.
Lalu menyodorkanya pada Jisoo
Jisoo menerimanya dan lekas mengambil piring dan sendok di rak piring milik bobby.
Bobby sudah duduk siap di karpet menunggu Jisoo, namun dengan raut murungnya.
Jisoo ikut duduk di hadapanya, bingung melihat eksprei Bobby.
"Kenapa sih tu muka? Kan udah menang, kenapa harus murung gitu sih?," keluh Jisoo.
"Gapapa" jawab Bobby santai lalu mengeluarkan satu tusuk cilor yang bercabang menjadi 3 itu dari pelastik dan mulai melahapnya.
Jisoo juga mengikuti tindakan Bobby tapi tak ikut melahap cilor tersebut. Membiarkan cilor itu dingin dengan sausnya yang mulai menetes ke atas keresek.
Entahla, Jisoo jadi tak enak hati untuk memakanya karena melihat ekspresi Bobby yang cuek seperti ini.
Menyadari lawan bicaranya tadi yang tak mengubah posisi dan malah menatapnya membuat Bobby menatapnya balik
"Kenapa ga dimakan?," tanya Bobby heran dengan tangan yg masih memegang tusukan cilor.
Jisoo lantas menggeleng dengan tatapn sayunya lalu menaruh kembali cilor yang tadi ia ambil dari dalam plastik.
Bobby yang melihat itu jadi panik dibuatnya.
"Lu kalo gamau beliin gua cilor juga gak apa apa kok Bob, gua gak maksa,"- membuang nafas ringan- " Oiya, selamat yah Bob. Akhirnya lu bisa lulus matkul poetic device, jadi gaperlu ngulang lagi," yang ia akhiri dengan senyum manisnya.
Bobby melihatnya jadi tak tega.
"Gua ikhlas kok Jiss, cuma gua lagi ga mood aja," ia selipkan dengan senyum paksa
Jisoo yang merasa suasana nambah awkward akhirnya memilih berdiri dan berjalan ke arah meja belajar.
Bobby masih memperhatikan gerak gerik Jisoo.
Sampai Jisoo mengeluarkan 1 botol kecil minuman hasil fermentasi rasa strawberry dan meletakanya di atas meja belajar milik Bobby.
Berbalik dan memakai tas selempangnya,- " Gua pulang Bob. Diminum yah," lantas berjalan ke arah pintu kosan.
"Buru-buru amat, mau kemana?," tanya Bobby yang ia sadari suasana kini jadi tambah kaku.
"Gua ada Janji sama Taeyong, Assalamualaikum," buru buru Jisoo keluar kamar kosanya Bobby.
Mendengar nama itu, mood Bobby tambah down.
Lalu membalas salam tersebut dengan lemas.
Mengakhiri acara makanya sendiri dan mulai merenung akan sikapnya pada Jisoo.
Biasanya tak pernah se-kaku ini.
Jisoo terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil memandang lalu lalang manusia di dari balik kaca
Dan itu membuat taeyong gemas melihatnya
"Udah Jis, ntar juga ada waktunya. Dia mungkin belum sadar sama perasaan loe" Taeyong mencoba menenangkan sambil menepuk pelan bahu Jisoo
Jisoo tersenyum lalu menatap Taeyong, "Makasih yah Yong, udah mau dengerin bacotan gua."
"Kalem aja Jis, nih makan makananya! Keburu dingin ntar"
Dilihatnya senyum yang masih terpatri di wajah Jisoo, membuat ia ikut tersenyum juga.
"Sorry Jiss, cuma bisa traktir lo ini doang. Coba kalo gua juara 1, lu mau makan dimanapun gua jabanin kok," ujarnya sambil mencampur saos dan kecap dengan baso beranak yang masih mengepul.
"Duh Yong, lu juara 2 aja gua udah makasih lu nawarin gua traktiran duluan. Ga perlu gua yang minta-minta," ucapnya miris sendiri.
"Udahlah, makan aja noh!," suruh Taeyong gemas.
"Hehehe, iye iye
Lu gaperlu jadi juara 1 dulu Yong buat neraktir gua. Hehehehe" lalu Jisoo melanjutkan kegiatan makannya.
Taeyong hanya tersenyum
Karena gua bakal tetep jadi juara 2 di hati lo, Jiss - batinya miris.
Sehun dan Joy akhirnya memilih keluar dari kosan.
Dengan Joy yang masih kesal dengan kelakuan Sehun, dan Sehun yang masih merasakan perih di pipi bagian kirinya.
Menaiki motor dengan suasana yang masih mencekam. Iya, Sehun masih takut Joy mengamuk di tengah jalan atau tiba tiba Joy minta berhenti di jalan sepi dan menghabisi Sehun saat itu juga.
Oke, itu hanya delusinya yg berlebihan.
Karena tak mungkin juga Joy kuat mengalahkan kekuatan Sehun.
Sampai di kosan, keduanya melihat Bobby yang asik melamun di sofa, memandang kosong pada tumbuhan kering depan kosan.
Joy dan Sehun bertatapan seakan bertanya ' kenapa nih bocah?'.
Keduanya melangkah masuk melewati Bobby yang mungkin tak menyadari datangnya Joy dan Sehun.
Bobby bergulat dengan pikiranya sendiri
Kenapa dia tadi merasa tak puas padahal ialah juara 1-nya..
Iya, ia juara 1,
Tapi setelah melihat bahwa juara 2-nya adalah Taeyong. Nyalinya malah menciut.
Apalagi setelah melihat penggalan terakhir dari tulisan yang Taeyong buat
Ia jadi merasa bukan apa apa dibanding Taeyong
Untuk J, terimakasih telah menjadi ungu
Memar di ulu hatiku
Taeyong menghapus bait keduanya, Membiarkan puisi ini terlihat layaknya surat cinta.
Ong yang kebetulan dari tadi nongkrong di depan kamar Bobby, menyaksikan masuknya Jisoo yang excited dan keluar dengan wajah murung cukup bisa mengerti situasi yang Bobby alami.
'Lu kurang usaha Bob' - Ong