Kringggggg
Bel tanda istirahat berbunyi dengan sangat nyaring, setelah murid di kelas X IPA 3 ini selesai menghadapi pelajaran fisika yang begitu membingungkan, mereka dengan cepat keluar kelas bak orang yang sedang dikejar setan.Hanya tersisa Fanya dan 3 murid lain yang tidak keluar kelas untuk pergi memburu jajanan di kantin.
Fanya sendiri kini sedang menyantap sandwich yang dibuat Iren untuknya sambil mendengarkan lagu bergenre pop dari handphone nya.
Saat akan memakan sandwich keduanya tiba-tiba Nada masuk kelas dan duduk di bangkunya dengan kedua tangan yang menjinjing kresek berisi makanan.
"Fanya, mau ga?" Tawar Nada sambil memperlihatkan ciki yang ia beli tadi. Fanya menggeleng pelan sebagai balasan.
"Oh... okey." Kata Nada.
”Kalo ini mau ga?" Tawar Nada lagi memperlihatkan makanannya yang kedua, kue coklat.
"Gue kenyang." Kini Fanya membalas dengan sebuah ucapan kemudian ia menutup bekalnya.
Lagi lagi Nada merasa gondok dengan sikap dingin Fanya, tapi untuk saat ini masih ia maklum karena mungkin Fanya masih dalam tahap adaptasi.
"Mmm... Fan, gue mau nanya." Nada membuka suara saat beberapa menit mereka terdiam.
Fanya menoleh dengan tatapan seolah bertanya.
"Pertayaan Dodit yang tadi belum lo jawab. Hehe."
Fanya menautkan alisnya bingung
"Yang mana?""Itu lho, alasan lo pindah." Balas Nada yang masih mengunyah makanannya.
"Karena nyokap."
"Dalam artian ini paksaan dong?" Sembur Nada yang membuat Fanya terdiam sejenak.
"Eh, sorry Fan. Gue..."
"Gapapa ko, ini bukan paksaan juga. Gue fine aja cuma yaa agak awkward gitu deh, mungkin karena pertama kali masuk." potong Fanya."Woyyy sekarang udah dimulai tuh pertadingan basket, SMA kita lawan SMA 31." Teriakan seorang murid dari luar kelas dengan perpaduan suara sepatu para murid yang sedang berlarian sampai terdengar dari dalam kelas Fanya yang membuat beberapa murid yang ada di dalam kelas pun ikut keluar.
Fanya memutar bola matanya dengan malas melihat peristiwa yang barusan terjadi. Apakah orang-orang bisa seheboh itu hanya gara-gara sebuah pertandingan basket? Huh, memang ini bukanlah tempat yang seharusnya Fanya berada.
Nada menoleh ke arah Fanya seraya tersenyum lebar. "Yuk, Fan. Mau kan lo?" Ajak Nada.
Fanya menggeleng untuk kesekian kalinya.
"Yahhhh, ayoo dong Fan, plissss... Mau yaaa... temenin gue nonton yaa... plisss..." Ajak Nada lagi, agar lebih membuat Fanya luluh ia menampilkan puppy eyes nya.
"Gak."
"Plis........" Nada terus memohon.
Fanya menghembuskan napas beratnya."Ya." Balas Fanya.
Mendengar persetujuan Fanya membuat Nada melompat sambil bertepuk tangan dengan girang.
"Come on babe." Nada menarik tangan Fanya dengan semangat.
Setelah sampai di lapangan basket, Nada langsung mencari tempat duduk, dan Nada berhasil mendapat tempat duduk di tribun kedua dari depan.
"Ka Devan!!!""Devan, lo pasti bisa!"
"Devan semangat ya!"
"Anjir, Devan ganteng banget."
"Devan aku padamu!"
Teriakan yang berasal dari kaum hawa memenuhi ruangan lapangan basket saat ini.
"Alay." Batin Fanya.
Pertandingan pun dimulai. Sedari tadi kebanyakan kaum hawa termasuk Nada selalu bersorak meneriaki nama Devan, nama yang sama sekali Fanya tidak tahu. Terlebih saat Devan berhasil mencetak poin. Ada yang melompat tak jelas, membentuk tangan berbentuk hati, dan yang lebih parah lagi ada yang sampai memukul mukul tempat duduk menggunakan botol untuk menimbulkan suara keras. Padahal yang ada malah rusak itu tempat duduk. Pikir Fanya.Meskipun begitu, Fanya tak perduli. Hanya saja ia merasa tak nyaman dengan bisingnya suara di ruangan tempatnya duduk sekarang.
"Fanya, lo liat cowok itu." Ujar Nada pada Fanya yang dari tadi hanya diam sambil menunjuk kearah laki-laki di lapangan bernomor punggung 9.
Fanya mengikuti kemana arah Nada tunjukkan. "Terus?" Fanya bertanya tak mengerti."Itu Ka Devan. Most wanted sekolah ini." Balas Nada sumringah, matanya masih terus menatap kearah Devan berada.
"Terus?" Fanya bertanya lagi tak mengerti maksud dari arah pembicaraan Nada.
"Lo ga liat tuh dia ganteng gitu. Apalagi pas dia lagi nyeka keringat. Ambyarrrr gue." Balas Nada masih terus tersenyum. Kedua telapak tangannya Nada gunakan sebagai tempat memangku dagunya.
"Ohh. Terus?"
Nada melirik kesal ke arah Fanya.
"Sabar Nad... sabar." Kata Nada seraya mengusap dadanya.Fanya yang melihat tingkah teman barunya itu hanya terkekeh kecil, setelah itu fanya pun bangkit dari tempat duduknya.
"Eh mau kemana lo?" Tanya Nada sambil menahan pergelangan tangan Fanya.
"Toilet. Udah lo tunggu di sini aja ya."
"Seriusan? Lo kan anak baru."
Fanya mengangguk pasti."Okedeh kalo gitu. Balik lagi ya, awas aja kalo engga."
Fanya mengangguk lagi sebagai jawaban, ia pun berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Sebenarnya ia tak ingin pergi ke toilet, tapi alasan ke toilet mungkin cocok agar dirinya bisa menjauh dari keramaian.
Tak terasa sudah 20 menit Fanya menghabiskan waktunya di taman sekolah sambil mendengarkan lagu dengan matanya yang terpejam.
Sampai tiba-tiba dia teringat pada Nada yang pasti sudah menunggunya di lapangan basket.
Fanya hentikan aktivitasnya dan segera bergegas untuk kembali menyusul Nada.
Saat sedang berjalan di sepanjang koridor sekolah, dari arah berlawan ada laki-laki yang Fanya sendiri tidak tahu, tapi jika boleh menebak dari seragam olahraganya pasti laki-laki itu adalah anggota basket yang tadi ikut bertanding. Fanya hanya melihat sekilas, pandangannya kembali lurus ke depan saat ia berpapasan dengan Iaki-laki itu.
"Tunggu." Teriak seseorang dari arah belakang. Sontak Fanya menghentikan jalannya, karena di koridor sedang sepi, dan hanya ada mereka berdua saja yang melintas.
"Punya lo kan?" Kata laki-laki itu sembari memberikan earphone berwarna biru langit pada Fanya.
Fanya kaget, ia pun langsung mengecek saku rok nya, dan ternyata memang benar itu adalah earphone miliknya.Dengan cepat Fanya mengambilnya dan kembali memasukkan ke dalam sakunya."Tadi jatuh pas lo ngambil handphone." Ujar laki-laki itu.
Fanya tak menghiraukannya, ia lanjut jalan tanpa mengucapkan kata terimakasih."Fanya?" batin laki-laki itu dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Wanted boyfriend (Completed)
Teen Fiction[ CERITA KOMPLIT SUDAH TERSEDIA DI DREAME. LINK SUDAH TERSEDIA DI BIO] Siapa sangka jika seorang Fanya yang memiliki sikap tidak perduli dan kasar itu dulunya adalah seorang yang perhatian dan humoris? Peristiwa beberapa tahun lalu yang menimpanya...