Bab. 13 Penantian

482 8 0
                                    

Sehari sebelumnya.....

Sambil menungu layla yang sedang mengambilkan minuman untuknya, Sunny iseng membuka-buka buku Layla yang menumpuk diatas meja belajarnya. Hari ini dia memang sengaja berkunjung ke rumah Layla untuk mengantarkan oleh-oleh kunjungannya dari Eropa. Sunny beberapa waktu lalu terpilih sebagai salah satu penari yang mewakili indonesia diajang pertukaran budaya di Eropa.

Sunny ini merupakan mahasiswa Pendidikan seni tingkat akhir. Dia cukup terkenal di kampusnya,mungkin sunny memang tidak pandai dalam hal akademik tapi dalam seni apalagi menari dia adalah Einstainnya. Sejak tahun pertama Sunny sudah diminta bergabung dalam sanggar milik dosennya, dari sana keahliannya makin terasah,Sunny dan groupnya sering diminta untuk tampil dibanyak acara.

Sebuah buku diary bersampul coklat menarik perhatiannya, buku ini seperti sengaja berusaha disembunyikan oleh pemiliknya dibalik buku – buku yang lain. Sunny membukanya dan mendapatkan banyak puisi tertulis disana, iseng sunny membacanya.Buku itu bercerita banyak tentang perasaan sang pemiliknya, tentang rasa rindu, harapan dan mimpi – mimpinya. Semua hal itu mengacu pada seseorang yang telah lama menghilang tanpa kabar.

Layla tampak terkejut melihat buku di tangan Sunny, ketika masuk dengan sebuah nampan berisi minuman. Sunny mengangkat tangannya menggoyangkan buku tersebut. Layla mengambil dan menaruhnya kembali keatas meja.

"itu semua tentang Fadhli kan?!" pertanyaan yang sebenarnya lebih mirip pernyataan. Layla hanya mengangguk.

"Tapi semua ini sudah berakhir"

Sunny menatap Layla tidak mengerti,bagaimana mungkin semua ini berakhir jelas – jelas dalam puisinya Layla terus merindukan Fadhli.

"Kamu ingat ka Damar, Sun..?"

Sunny mengangguk, tentu dia ingat dengan jelas siapa Damar, kakak kelas mereka yang mempesona, tampan, pintar dan sholeh. Mereka terpaut tiga tingkat, sewaktu Sunny dan Layla satu SMP, Damar kelas satu SMU. Damar adalah idola di Pesantren mereka dan sebagai ketua santri pribadinya yang hangat membuat banyak orang jatuh hati, bukan hanya mereka berdua. Sewaktu SMP dulu sunny adalah penggemar fanatik Damar, selama tiga tahun sampai Damar lulus SMU Sunny selalu mengikutinya tentu dengan menyeret Layla disampingnya, dia selalu mencari –cari alasan untuk bisa bicara dengan Damar. Namun sewaktu Damar lulus mereka tidak lagi mendengar tentangnya.

"Trus apa hubungannya dengan ka Damar?"

"Ayah nya menemui Abi untuk melamar jika aku setuju, mereka akan kemari lusa untuk meresmikannya"

Sunny seakan sesak nafas mendengarnya..

"trus apa jawaban kamu.."

"Aku jawab itu terserah Abi.., kamu taukan kedua orangtua ku ingin aku cepat menikah. Apalagi dengan banyak nya yang melamar aku,mereka takut menimbulkan fitnah"

Sunny mengangguk mengerti, entah kenapa banyak sekali pria yang ingin mejadikan Layla pendamping hidupnya, namun selama ini Layla selalu menolaknya dengan alasan ingin fokus kuliah, namun kini setelah lulus - ah tidak bahkan Layla belum lulus sekarang meskipun dia hanya tinggal menunggu wisuda- rasanya Layla tidak lagi punya alasan untuk terus menolak setiap lamaran yang datang.

Sunny tau alasan utama Layla menolak selama ini adalah Fadhli, namun setelah bertahun –tahun pria itu menghilang tanpa kabar, salahkah jika kini Layla menyerah dan memilih melanjutkan hidupnya. Meskipun entah kenapa justru dia yang tidak terima.

"Jahat kamu La.. kamukan tau Ka Damar itu suami masa depan aku" Sunny pura – pura merajuk membuat Layla tersenyum.

"Maaf temanku yang cantik.." canda Layla sambil mencubit pipi Sunny

"Aku pikir kalo itu ka Damar mungkin aku bisa melupakan Fadhli, karena ka Damar bukanlah orang asing bagiku dan berkat pengaruh kamu aku rasa aku sedikit menyukainya dulu"

Sunny menatap Layla dengan serius..

"Apakah kamu tidak merasa kamu begitu jahat La.."

".........."

"Bagaimana jika bahkan setelah menikah kamu tidak juga mampu menghapus bayangan orang itu. Akan ada banyak orang yang akan patah hati karena nya. Sekarang saja aku sudah merasa patah hati... aku patah hati karena kamu menyerah pada cinta sejatimu, karena Fadhli pria bodoh yang menghilang tanpa kabar dan karena ka Damar pria yang begitu baik yang akan menderita karena menikahi wanita yang tidak akan pernah mencintainya" air mata Sunny mengalir di pipinya, dia tidak dapat lagi menahan emosinya " Atau kamu berniat menjadi seperti tokoh Layla dalam novel favorit mu, mati menderita dalam cintanya"

Layla menyenderkan tubuh nya ke tembok dan mendesah mendengar ucapan Sunny

"Maafkan aku Sun... aku tidak tau lagi harus bagaimana, aku telah melakukan segala yang aku bisa untuk melupakannya. Apakah kamu tau betapa menderitanya merindukan seseorang itu, terkadang aku berkhayal dia disana juga merindukan aku, namun sudah enam tahun berlalu tanpa kabar"

Sunny ikut mendesah,dia teringat sepupunya Akmal tentang cerita – ceritanya mengenai Fadhli, cerita yang tidak pernah bisa dia sampaikan kepada Layla karena khawatirakan menyakiti Layla.sejak lulus Layla tidak pernah lagi membicarakan Fadhli, terkadang Sunny bertanya – tanya apa Layla sungguh –sungguh telah melupakan Fadhli, namun puisi –puisi yang dibacanya tadi menyadarkannya bahkan sampai detik ini pun perasaan Layla masih sama untuk Fadhli. nampaknya seseorang memang harus bergerak menyadarkan kedua sejoli ini kalo mereka merindukan satu sama lain.

Ku Tunggu Kau Di PelaminanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang